Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Satya Hangga Yudha meyakini Indonesia mampu beralih dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT), sehingga memenuhi target emisi karbon yang ditetapkan.
Menurut dia, proses transisi tersebut dilakukan berdasarkan batas kemampuan nasional dan merujuk pada standar yang diterapkan negara-negara maju.
"Transisi energi harus bertahap. Kita beralih ke EBT, namun batu bara masih menjadi sumber energi yang kompetitif dan murah. Maka, supaya kita konsisten dengan penurunan emisi karbon di PLTU batu bara, maka perlu dilakukan co-firing (pencampuran) dengan biomassa dan ke depan dengan teknologi penyimpanan karbon CCS dan CCUS," kata Hangga dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, tugasnya sebagai Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Komersialisasi dan Transportasi Minyak dan Gas Bumi adalah amanah dalam kapasitasnya membantu Menteri dan Wakil Menteri ESDM menjalankan tugas-tugasnya, yang selaras dengan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden RI yaitu Astacita poin 2 dan 5 tentang swasembada energi dan hilirisasi.
"Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia akan mengembangkan energi baru terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil," katanya.
Hangga mengatakan hingga 2040, lebih dari 100 GW kapasitas energi akan dibangun, yang 75 persennya berasal dari energi terbarukan, 5 GW nuklir, dan 20 GW dari gas.
Mantan Analis Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas itu berharap dengan adanya Keppres Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional yang dipimpin Menteri ESDM, bisa meningkatkan investasi, hilirisasi, dan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan nilai tambah pada komoditas Indonesia.
"Indonesia harus bisa beralih dari bahan bakar fosil ke EBT untuk mencapai target Paris Agreement tahun 2030 dan juga NZE di 2060. Coal phase down menjadi penting, namun harus ada solusi," tegasnya.
Menurut Hangga, PLTU akan dipensiunkan, tetapi harus ada penggantinya. Sumber energi yang bisa menjadi base load, yang murah, dan dapat diakses oleh masyarakat adalah co-firing dengan biomassa, gas, dan EBT.
Baca juga: Menteri ESDM tegaskan diskon 50 persen tarif listrik tidak diperpanjang