Bogor (Antara Megapolitan) - Revitalisasi peran agribisnis tanaman jambu mete secara komprehensif mendesak dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk perkebunan dinilai mampu mendorong penerimaan devisa negara dan menyejahterakan masyarakat.
Demikian disampaikan Kepala Badan Litbang Pertanian Muhammad Syakir dalam Forum Komunikasi Jambu Mete II di Balitro, Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.
"Badan Litbang terus meningkatkan dan memanfaatkan inovasi teknologi guna merevitalisasi peran tanaman perkebunan untuk meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat," kata Syakir.
Ia mengatakan, hingga saat ini aktivitas agribinis jambu mete di seluruh sentra produksi belum berjalan maksimal dan belum mampu memberikan tambahan pendapatan yang memadai bagi para petani.
"Ini tercermin dari rendahnya nilai ekonomi yang diterima oleh petani jambu mete," katanya.
Menurut dia, permasalahan mendasar pengembangan produk jambu mete di Indonesia di antaranya adalah pemasaran dan harga yang rendah sehingga kurang menggairahkan minat petani untuk lebih serius menggeluti agribisnis jambu mete.
Di satu sisi dukungan pemerintah pada pengembangan agribisnis jambu mete masih kurang dan pihak industri pemrosesan dalam negeri yang tidak berkembang.
"Kesungguhan semua pihak untuk sama-sama memajukan agribisnis jambu mete nasional perlu ditampakkan," katanya.
Syakir mengatakan, potensi lahan kering yang tersedia, potensi agribisnis jambu sangat potensial sebagai salah satu pilar untuk menyejahterakan masyarakat di wilayah tersebut.
"Kami mendukung program peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di wilayah berlahan kering, beriklim kering secara berkelanjutan perlu segera dilakukan revitalisasi agribinisnisnya," katanya.
Syakir menambahkan, melalui forum komunikasi jambu mete II ini diharapkan dapat dihasilkan rumusan komitmen dan rencana aksi dari masing-masing pihak pemangku kepentingan untuk mewujudkan agribisnis jambu mete yang lebih tangguh dan langsung memberikan dampak peningkatan kesejahteraan petani.
Peneliti Ecofisiologi Mete dari Balitro Badan Litbang Pertanian, Joko Pitono menambahkan, banyak faktor yang menyebabkan kendala pada perkebunan jambu mete di tanah air, di antaranya, bahan tanaman atau jenis varietas mete yang asal-asalan, belum menggunakan varietas unggulan.
"Pemeliharaan yang lazimnya bagus dipelihara dengan pupuk, sehingga tidak bisa mengendalikan hama, dan mete yang dikembangkan di suboptimal, sehingga kurang mampu memberikan tambahan pendapatan bagi petani," katanya.
Persoalan lainnya, harga jual mete yang masih rendah, dan hampir sebagian besar perkebunan jambu mete adalah perkebunan rakyat, tidak seperti sawit yang kini didominasi swasta perkebunan.
"Balitbang memiliki sembilan varietas unggulan jambu mete yang akan kita uji cobakan bersama Dirjen perkebunan dengan menerapkan metode multi cropping, yakni menanam tanaman lain di sela-sela tanaman jambu mete, untuk menambah nilai ekonomi bagi petani," katanya.
Revitalisasi Agribisnis Jambu Mete Tingkatkan Daya Saing
Kamis, 13 Oktober 2016 11:49 WIB
Kesungguhan semua pihak untuk sama-sama memajukan agribisnis jambu mete nasional perlu ditampakkan.