Depok, (Antaranews Bogor) - Politisi muda PDI Perjuangan Fahmi Habcy membuat puisi politik untuk menanggapi kolaisi pilpres yang ada saat ini.
"Masyarakat harus cerdas dan cermat menanggapi koalisi pilpres dan harus jeli melihat latar belakang bisnis para capres. Apakah mereka mempunyai rekam jejak penguasaan sumber alam," katanya di Depok, Kamis.
Ia mengatakan di tahun 80-an mantan Menlu AS Henry Kissinger pernah memproyeksikan bahwa geopolitik internasional dan kepemimpinan masa datang adalah sejauh mana pertarungan politik untuk menguasai dan mengendalikan sumber daya alam suatu negeri maka negeri itu bisa dikuasai.
Berikut puisi yang ditulis Fahmi Habcy:
Jayabaya (lupa) Meramal
Ada kisah negeri beradab
Dipenuhi banyak bedebah
Yang merambah setiap celah
Jayabaya (lupa) meramal :
Kan muncul calon pemimpin dari era gelap
Menikam;
Membunuh;
Mencuri;
Tak berperikemanusian
Teriak cinta negeri
Kuasai alam buat sendiri
Teriak penuh wacana (pura-pura berdasamuka)
Citanya kuasai batubara di pulau Warunadwipa
Teriak (terpaksa) anti-asing
Nusantara (nya) genting di negeri seberang
Londo berambut jagung; Londo berambut ireng
saling gugat, saling cakar
Bertarung milyaran barang tuhan bagi rata (batubara)
Hati rakyat menatap miris dipaksa menanggung
Ribuan trilyun gobog negeri dipertaruhkan
Menang dia negeri menangis
Kalahnyapun negeri meringis
Jayabaya (lupa) bernubuat:
Kan muncul calon pemimpin
yang disumpah serapah tulang-tulang yang dikuburnya, dan dimaki-maki arwah yang disembunyikannya
Bergelar Rah-wo berikrar janji setia bersama seorang "Ra-tih"
Di Rebo Pon berwuku Sungsang
Teriaknya keras menghitamkan awan biru :
"Aku mampu pimpin jutaan rakyat (kapan)"
Nun jauh darinya ....
Berdiri tegap putri anggun berputra tunggal berani lantang berucap padanya:
"Ngelindur kau...Kapokkkkkk !!!
Lenteng Agung, 15 Mei 2014.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Masyarakat harus cerdas dan cermat menanggapi koalisi pilpres dan harus jeli melihat latar belakang bisnis para capres. Apakah mereka mempunyai rekam jejak penguasaan sumber alam," katanya di Depok, Kamis.
Ia mengatakan di tahun 80-an mantan Menlu AS Henry Kissinger pernah memproyeksikan bahwa geopolitik internasional dan kepemimpinan masa datang adalah sejauh mana pertarungan politik untuk menguasai dan mengendalikan sumber daya alam suatu negeri maka negeri itu bisa dikuasai.
Berikut puisi yang ditulis Fahmi Habcy:
Jayabaya (lupa) Meramal
Ada kisah negeri beradab
Dipenuhi banyak bedebah
Yang merambah setiap celah
Jayabaya (lupa) meramal :
Kan muncul calon pemimpin dari era gelap
Menikam;
Membunuh;
Mencuri;
Tak berperikemanusian
Teriak cinta negeri
Kuasai alam buat sendiri
Teriak penuh wacana (pura-pura berdasamuka)
Citanya kuasai batubara di pulau Warunadwipa
Teriak (terpaksa) anti-asing
Nusantara (nya) genting di negeri seberang
Londo berambut jagung; Londo berambut ireng
saling gugat, saling cakar
Bertarung milyaran barang tuhan bagi rata (batubara)
Hati rakyat menatap miris dipaksa menanggung
Ribuan trilyun gobog negeri dipertaruhkan
Menang dia negeri menangis
Kalahnyapun negeri meringis
Jayabaya (lupa) bernubuat:
Kan muncul calon pemimpin
yang disumpah serapah tulang-tulang yang dikuburnya, dan dimaki-maki arwah yang disembunyikannya
Bergelar Rah-wo berikrar janji setia bersama seorang "Ra-tih"
Di Rebo Pon berwuku Sungsang
Teriaknya keras menghitamkan awan biru :
"Aku mampu pimpin jutaan rakyat (kapan)"
Nun jauh darinya ....
Berdiri tegap putri anggun berputra tunggal berani lantang berucap padanya:
"Ngelindur kau...Kapokkkkkk !!!
Lenteng Agung, 15 Mei 2014.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014