Palang Merah Indonesia (PMI) hingga saat ini sudah membina ribuan unit palang merah remaja (PMR) di tingkat sekolah dan madrasah yang merupakan bagian ekstrakurikuler di setiap tingkatan sekolah.
"Pembinaan dan pelatihan dibutuhkan untuk mengembangkan dan membentuk remaja berkarakter positif," kata Ketua Bidang Penanggulangan Bencana dan Relawan PMI Provinsi Jateng Sarwa Pramana melalui sambungan telepon, Rabu.
Baca juga: Staf dan relawan PMI se-Jateng dilatih keterampilan pertolongan pertama
Menurut dia, bukan hal yang mudah menjadi pembina PMR yang berkomitmen menumbuhkan jiwa kerelawanan di era millenial ini. Tugas pembina membentuk generasi yang peduli dan berkontribusi kepada lingkungan secara nyata membuat jalur evakuasi dan simulasi.
Seperti Pentaloka Pembina PMR di Pusdiklat PMI Jateng di Semarang, pelatihan rutin yang dilaksanakan dapat dikembangkan sesuai situasi dan kondisi agar mengasah kepekaan sosial anggota PMR.
Baca juga: PMI ditunjuk jadi tuan rumah pelatihan EVCA tingkat Asia Pasifik
"Ajak anak-anak PMR belajar di luar sekolah atau bila memungkinkan saat ada bencana diajak membantu masyarakat. Juga gunakan media sosial untuk melakukan publikasi positif agar menjadi pembelajaran yang baik," tambahnya.
Kepala Seksi Pelayanan Masyarakat PMI Jateng Dwi Handoko mengatakan saat ini tercatat 4.712 PMR unit sekolah/madrasah di Jateng, termasuk di Sekolah Luar Biasa yang aktif melakukan kegiatan. Pentaloka ini bertema relawan muda berkarakter dibina dengan hati. Bertujuan mengembangkan gagasan dan ide baru dalam melatih keterampilan anggota PMR di Jateng yang dapat menjadi peer-educator-pendidik sebaya bagi temannya.
Baca juga: PMI gelar konferensi PMR se Jateng ajak aksi bersama untuk aman bencana
"Era saat ini menuntut kreatifitas dalam pola pembelajaran dan pelatihan yang sesuai standar. Pembinaan PMR di kabupaten dan kota perlu penyamaan persepsi, sehingga melalui pentaloka ini nantinya adanya rekomendasi baru dalam pengembangan kurikulum yang sesuai perkembangan zaman," kata Pembina PMR di Kabupaten Tegal Thamalia Haristiani.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Pembinaan dan pelatihan dibutuhkan untuk mengembangkan dan membentuk remaja berkarakter positif," kata Ketua Bidang Penanggulangan Bencana dan Relawan PMI Provinsi Jateng Sarwa Pramana melalui sambungan telepon, Rabu.
Baca juga: Staf dan relawan PMI se-Jateng dilatih keterampilan pertolongan pertama
Menurut dia, bukan hal yang mudah menjadi pembina PMR yang berkomitmen menumbuhkan jiwa kerelawanan di era millenial ini. Tugas pembina membentuk generasi yang peduli dan berkontribusi kepada lingkungan secara nyata membuat jalur evakuasi dan simulasi.
Seperti Pentaloka Pembina PMR di Pusdiklat PMI Jateng di Semarang, pelatihan rutin yang dilaksanakan dapat dikembangkan sesuai situasi dan kondisi agar mengasah kepekaan sosial anggota PMR.
Baca juga: PMI ditunjuk jadi tuan rumah pelatihan EVCA tingkat Asia Pasifik
"Ajak anak-anak PMR belajar di luar sekolah atau bila memungkinkan saat ada bencana diajak membantu masyarakat. Juga gunakan media sosial untuk melakukan publikasi positif agar menjadi pembelajaran yang baik," tambahnya.
Kepala Seksi Pelayanan Masyarakat PMI Jateng Dwi Handoko mengatakan saat ini tercatat 4.712 PMR unit sekolah/madrasah di Jateng, termasuk di Sekolah Luar Biasa yang aktif melakukan kegiatan. Pentaloka ini bertema relawan muda berkarakter dibina dengan hati. Bertujuan mengembangkan gagasan dan ide baru dalam melatih keterampilan anggota PMR di Jateng yang dapat menjadi peer-educator-pendidik sebaya bagi temannya.
Baca juga: PMI gelar konferensi PMR se Jateng ajak aksi bersama untuk aman bencana
"Era saat ini menuntut kreatifitas dalam pola pembelajaran dan pelatihan yang sesuai standar. Pembinaan PMR di kabupaten dan kota perlu penyamaan persepsi, sehingga melalui pentaloka ini nantinya adanya rekomendasi baru dalam pengembangan kurikulum yang sesuai perkembangan zaman," kata Pembina PMR di Kabupaten Tegal Thamalia Haristiani.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019