Bogor, 26/1 (ANTARA) - Dalam kurun waktu satu bulan Instalansi Pemulihan Ketergantungan (IPK) Napza Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) merawat 400 pasien rawat jalan ketergantungan narkotika dan HIV/AIDS.

Menurut Humas RS Marzoeki Mahdi, dr Farid Patuti selain merawat pasien rawat jalan untuk penderita HIV/AIDS dan pencandu narkoba, RS Marzoeki Mahdi juga memiliki instalasi rawat inap.

"Kita memiliki fasilitas rawat inap untuk pecandu narkoba dan penderita HIV/AIDS, tapi sejak setahun ini kita lebih banyak melayani pasien rawat jalan," katanya di Bogor, Kamis.

Patuti mengatakan, pasien rawat jalan ini berasal dari sejumlah kalangan yang tinggal di wilayah Jabodetabek.

Dikatakannya, selama 2011 terjadi penurunan jumlah pasien rawat inap untuk pencandu narkoba dan HIV/AIDS. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah satu diantaranya keberadaan Rumah Ketergantungan Narkotika Lido milik Badan Narkotika Nasional (BNN) menjadikan banyak pasien memilih menjalani perawatan gratis disana.

Berdasarkan catatan humas, pada 2009 jumlah rawat inap pasien Napza sebanyak 250 orang dan pada 2010 sebanyak 199 orang.

Sementara itu, menurut Kepala Unit Ruang Infeksi dan Detoksifikasi RS Marzoeki Mahdi, dr Efi Afifah jumlah pencandu narkoba (residen-red) dan penderita HIV/AIDS yang menjalani perawatan terus meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan data yang dikumpulkan pihaknya, para residen ini kebanyakan dari kalangan usia produktif. Umumnya mereka kecanduan dari ganja, hingga ke obat-obat psikotropika.

"Kebanyakan mereka yang menjalani perawatan disini dari kalangan usia produktif. Awalnya dari coba-coba akhirnya kecanduan," kata Efi.

Efi mengatakan metode pengobatan yang dilakukan pihaknya kepada para pencandu adalah menggunakan sistem terapi sistomatik.

Pasien selain diberikan terapi obat-obatan juga diberikan terapi pendekatan, suport, dan spiritual.

"Disini kita menggunakan sistem sistomatik, kita tidak hanya memeriksa kondisi fisik, mental juga, kita memiliki ahli terapi phisikologi. Karena narkoba ini berhubungan dengan phisikologis si residen," katanya.

Efi mengatakan, 400 pasien rawat jalan tersebut terdiri dari residen (pencandu) dan penderita HIV/AIDS.

Untuk penderita HIV/AIDS selain menggunakan pengobatan metadon, RS Marzoeki Mahdi juga menggunakan sistem konseling kepada setiap penderita.

Untuk rawat inap di RS Marzoeki Mahdi, jumlah penderita mengalami penurunan. Karena lebih banyak yang memilih rawat jalan.

"Biasanya yang dirawat inap bila dia memiliki keluhan terhadap kesehatannya. Tapi, jika dia baik-baik saja, lebih banyak rawat jalan," katanya.

Efi mengatakan, selain merawat pasien HIV/AIDS dewasa, sepanjang 2010 hingga 2011 pihaknya juga merawat 39 anak-anak yang terjangkit virus mematikan tersebut.

"Usia paling kecil yang kita pernah rawat yakni usia lima bulan. Kebanyakan anak-anak ini terjangkit dari ibunya. Dimana ibunya ada yang terjangkit dari ayahnya," kata Efi.

Menurut Efi, pencandu narkoba identik dengan HIV/AIDS karena narkoba menjadi salah-satu faktor penyebaran penyakit mematikan tersebut.

Namun, tidak semua penderita HIV/AIDS pencandu narkoba. Perkembangan penyakit ini terus mengalami peningkatan, penyebarannya tidak hanya melalui pemakaian jarum suntik, namun prilaku manusia yang tidak setia pada pasangan.
 
Laily R
 

Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012