Teori Habibie, menjadi salah satu capaian besar dalam kehidupan Muslim modern. Kerinduan akan sosok-sosok ilmuwan berlatarbelakang Islam seperti Al-Khawarizimi, penemu konsep algoritma, Ibnu Haitham, menemukan model optic modern, Ibnu Sina, dengan ilmu kedokteran, dan lainnya, terobati dengan kehadiran Habibie, cendikiawan Muslim Tanah Air.
Peneliti Sosial Vokasi Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati di kampus Vokasi UI Depok, Kamis mengatakan berbagai temuan beliau, bukan hanya memberikan warna bagi ilmu pengetahuan, khususnya penerbangan, namun memberikan pijakan nyata bagi peradaban umat manusia.
Baca juga: Wali Kota Sukabumi imbau warganya kibarkan bendera setengah tiang
"Fakta inilah yang mendorong, saya dan teman-teman sebaya di masa kecil, menjadikan Habibie sebagai sosok ideal dari kecerdasan dan kesuksesan di masa datang. Habibie, menjadi legenda hidup di dalam setiap keluarga, yang membutuhkan kiblat motivasi kemajuan anak-anak mereka. Itu pula yang membuat saya, menjadi berambisi untuk sekolah di Jerman. Meskipun tidak pernah menyelesaikannya, menerima Beasiswa DAAD, bagaikan 'mendekap' sang Idola," kata Devie.
Di tengah-tengah beberapa indikator-indikator keberhasilan yang belum berpihak pada bangsa (sebut saja IPM; Global Talent Competitivenes Index; Indeks Kesehatan yang tertinggal jauh, bahkan dari negara-negara tetangga), karya-karya Habibie memberikan harapan, bahwa Indonesia bisa.
Baca juga: Reza Rahadian antarkan Habibie ke peristirahatan terakhir
Tentu saja ini bukan perkara mudah. Habibie telah mewariskan mantra absolut yaitu kombinasi Iptek dan Imtak. Iptek tanpa dipandu oleh Imtak, akan membawa kehancuran umat. Sedangkan Imtak tanpa mesin penggerak iptek, hanya akan memicu ketertinggalan.
"Mampukah kita semua mengkonsumsi resep kebesaran Habibie tersebut," tanya Devie.
Baca juga: Selamat jalan Bapak Dirgantara Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Peneliti Sosial Vokasi Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati di kampus Vokasi UI Depok, Kamis mengatakan berbagai temuan beliau, bukan hanya memberikan warna bagi ilmu pengetahuan, khususnya penerbangan, namun memberikan pijakan nyata bagi peradaban umat manusia.
Baca juga: Wali Kota Sukabumi imbau warganya kibarkan bendera setengah tiang
"Fakta inilah yang mendorong, saya dan teman-teman sebaya di masa kecil, menjadikan Habibie sebagai sosok ideal dari kecerdasan dan kesuksesan di masa datang. Habibie, menjadi legenda hidup di dalam setiap keluarga, yang membutuhkan kiblat motivasi kemajuan anak-anak mereka. Itu pula yang membuat saya, menjadi berambisi untuk sekolah di Jerman. Meskipun tidak pernah menyelesaikannya, menerima Beasiswa DAAD, bagaikan 'mendekap' sang Idola," kata Devie.
Di tengah-tengah beberapa indikator-indikator keberhasilan yang belum berpihak pada bangsa (sebut saja IPM; Global Talent Competitivenes Index; Indeks Kesehatan yang tertinggal jauh, bahkan dari negara-negara tetangga), karya-karya Habibie memberikan harapan, bahwa Indonesia bisa.
Baca juga: Reza Rahadian antarkan Habibie ke peristirahatan terakhir
Tentu saja ini bukan perkara mudah. Habibie telah mewariskan mantra absolut yaitu kombinasi Iptek dan Imtak. Iptek tanpa dipandu oleh Imtak, akan membawa kehancuran umat. Sedangkan Imtak tanpa mesin penggerak iptek, hanya akan memicu ketertinggalan.
"Mampukah kita semua mengkonsumsi resep kebesaran Habibie tersebut," tanya Devie.
Baca juga: Selamat jalan Bapak Dirgantara Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019