Korban bencana pergeseran tanah di Kampung Gunungbatu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengaku ikhlas harus kehilangan dan meninggalkan rumah dan lahan pertaniannya yang rusak.
"Mau bagaimana lagi jika kondisinya sudah seperti ini dan harus merelakan rumah serta lahan pertanian yang merupakan mata pencaharian utama kami," kata Ida Empang warga RT 01, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, kepada wartawan, Jumat.
Dia tidak berani lagi datang ke rumahnya yang bakal ambruk, bahkan lantainya sudah terbelah dan pondasi rumahnya amblas. Selain itu, lahan pertaniannya pun sudah tidak ditanami lagi sebab ia tidak berani bertani karena tanahnya terus menerus amblas.
Dia rela kehilangan harta yang dikumpulkannya itu dari jerih payah keringat akibat bencana pergeseran tanah yang semakin parah di kampungnya. Tidak hanya ia, tetangganya pun sudah tidak ada lagi yang mendiami rumahnya sehingga kampung itu menjadi kosong.
Menurut dia, jika pemerintah mengeluarkan kebijakan harus direlokasi maka dia siap karena hanya dengan cara itu solusinya sebab ia tidak tahu harus kemana lagi mendirikan rumah. Ida pun tidak peduli lagi pada hartanya, yang terpenting keselamatan dirinya dan keluarganya.
"Saya sudah hampir dua minggu tinggal di pengungsian, seluruh peralatan rumah tangga dipindahkan. Kami tidak berani lagi masuk ke rumah hanya bisa memandang dari jauh rumah yang waktu demi waktu rusak hingga amblas rata ke dalam tanah," katanya.
Senada dengannya, Yati yang tinggal di RT 02 mengatakan akibat bencana ini dirinya pun harus kehilangan rumahnya dan mata pencaharian utamanya sebagai petani. Rumahnya sudah tidak bisa dihuni sementara lahan pertanian rusak dan tidak bisa ditanami lagi karena sudah terbelah dan amblas.
Namun, ia sesekali datang lahan pertaniannya untuk memanen sisa padinya yang dikarenakan sudah masuk masa panen serta sayang jika padi yang mempunyai kualitas terbaiknya itu tidak dipanen untuk menutupi kerugian agar tidak membesar.
"Saya lebih memilih tinggal di pengungsian, namun pagi datang ke sawah untuk memanen sisa padinya. Saya juga tidak tahu ke depannya seperti apa yang terpenting bisa selamat dahulu," katanya.
Sementara, Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Eka Widiaman mengatakan Kampung Gunungbatu ini sudah tidak bisa lagi dijadikan permukiman, maka dari itu pihaknya mengimbau warga agar meninggalkan rumahnya dan tidak memaksakan diri untuk tetap tinggal.
"Semua warga yang terdampak dan terancam sudah meninggalkan rumah, memang masih ada aktivitas seperti bertani tetapi menjelang sore hari mereka sudah kembali lagi ke tenda dan tempat pengungsian," katanya.
Hingga saat ini jumlah rumah yang rusak berat dan tidak bisa dihuni lagi sebanyak 73 unit dan 36 lainnya terancam dan sudah mengalami retak atau rusak ringan. Tidak hanya rumah, lahan pertanian dan fasilitas umum lainnya pun ikut rusak akibat bencana pergeseran tanah ini.*
Baca juga: BPBD dan relawan sisir permukiman terdampak pergeseran tanah
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Mau bagaimana lagi jika kondisinya sudah seperti ini dan harus merelakan rumah serta lahan pertanian yang merupakan mata pencaharian utama kami," kata Ida Empang warga RT 01, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, kepada wartawan, Jumat.
Dia tidak berani lagi datang ke rumahnya yang bakal ambruk, bahkan lantainya sudah terbelah dan pondasi rumahnya amblas. Selain itu, lahan pertaniannya pun sudah tidak ditanami lagi sebab ia tidak berani bertani karena tanahnya terus menerus amblas.
Dia rela kehilangan harta yang dikumpulkannya itu dari jerih payah keringat akibat bencana pergeseran tanah yang semakin parah di kampungnya. Tidak hanya ia, tetangganya pun sudah tidak ada lagi yang mendiami rumahnya sehingga kampung itu menjadi kosong.
Menurut dia, jika pemerintah mengeluarkan kebijakan harus direlokasi maka dia siap karena hanya dengan cara itu solusinya sebab ia tidak tahu harus kemana lagi mendirikan rumah. Ida pun tidak peduli lagi pada hartanya, yang terpenting keselamatan dirinya dan keluarganya.
"Saya sudah hampir dua minggu tinggal di pengungsian, seluruh peralatan rumah tangga dipindahkan. Kami tidak berani lagi masuk ke rumah hanya bisa memandang dari jauh rumah yang waktu demi waktu rusak hingga amblas rata ke dalam tanah," katanya.
Senada dengannya, Yati yang tinggal di RT 02 mengatakan akibat bencana ini dirinya pun harus kehilangan rumahnya dan mata pencaharian utamanya sebagai petani. Rumahnya sudah tidak bisa dihuni sementara lahan pertanian rusak dan tidak bisa ditanami lagi karena sudah terbelah dan amblas.
Namun, ia sesekali datang lahan pertaniannya untuk memanen sisa padinya yang dikarenakan sudah masuk masa panen serta sayang jika padi yang mempunyai kualitas terbaiknya itu tidak dipanen untuk menutupi kerugian agar tidak membesar.
"Saya lebih memilih tinggal di pengungsian, namun pagi datang ke sawah untuk memanen sisa padinya. Saya juga tidak tahu ke depannya seperti apa yang terpenting bisa selamat dahulu," katanya.
Sementara, Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Eka Widiaman mengatakan Kampung Gunungbatu ini sudah tidak bisa lagi dijadikan permukiman, maka dari itu pihaknya mengimbau warga agar meninggalkan rumahnya dan tidak memaksakan diri untuk tetap tinggal.
"Semua warga yang terdampak dan terancam sudah meninggalkan rumah, memang masih ada aktivitas seperti bertani tetapi menjelang sore hari mereka sudah kembali lagi ke tenda dan tempat pengungsian," katanya.
Hingga saat ini jumlah rumah yang rusak berat dan tidak bisa dihuni lagi sebanyak 73 unit dan 36 lainnya terancam dan sudah mengalami retak atau rusak ringan. Tidak hanya rumah, lahan pertanian dan fasilitas umum lainnya pun ikut rusak akibat bencana pergeseran tanah ini.*
Baca juga: BPBD dan relawan sisir permukiman terdampak pergeseran tanah
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019