Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) Yeka Hendra Fatika mengingatkan penurunan harga ayam hidup yang terus terjadi bisa merugikan peternak dalam jangka panjang.
Yeka, dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa, menyatakan penurunan harga ayam hidup ini telah terjadi sejak Oktober 2018 dan patut mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Berdasarkan pantauan, harga rata-rata ayam hidup pada Februari 2019 mencapai kisaran Rp17.300 per kilogram atau menurun dari periode Oktober 2018 sebesar Rp19.000 per kilogram.
"Dengan demikian, terjadi penurunan harga ayam hidup rata rata setiap bulan 8,6 persen. Kondisi ini jelas merugikan peternak unggas rakyat mandiri," katanya.
Ia memperkirakan dengan penurunan harga sebesar Rp3.000 per kilogram yang disertai dengan potensi 18 juta ekor ayam hidup dan asumsi tingkat kematian lima persen, maka kerugian peternak dapat mencapai Rp2 triliun.
Menurut dia, kondisi ini bisa memberikan dampak lanjutan yaitu jumlah petani unggas rakyat mandiri yang makin berkurang setiap tahunnya.
Pernyataan Yeka ini diungkapkan dalam menanggapi aksi unjuk rasa para peternak hewan unggas yang kecewa lantaran harga ayam yang jauh lebih murah di pasaran.
Dalam tuntutannya, para peternak yang melaksanakan aksi di lapangan Monas itu, meminta adanya revisi UU Peternakan karena tidak adanya perlindungan usaha peternakan dalam negeri dari persaingan tidak sehat.
Aksi itu sempat menarik perhatian karena peserta aksi sempat melepas ayam boiler yang merepotkan para petugas.
Editor berita: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Yeka, dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa, menyatakan penurunan harga ayam hidup ini telah terjadi sejak Oktober 2018 dan patut mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Berdasarkan pantauan, harga rata-rata ayam hidup pada Februari 2019 mencapai kisaran Rp17.300 per kilogram atau menurun dari periode Oktober 2018 sebesar Rp19.000 per kilogram.
"Dengan demikian, terjadi penurunan harga ayam hidup rata rata setiap bulan 8,6 persen. Kondisi ini jelas merugikan peternak unggas rakyat mandiri," katanya.
Ia memperkirakan dengan penurunan harga sebesar Rp3.000 per kilogram yang disertai dengan potensi 18 juta ekor ayam hidup dan asumsi tingkat kematian lima persen, maka kerugian peternak dapat mencapai Rp2 triliun.
Menurut dia, kondisi ini bisa memberikan dampak lanjutan yaitu jumlah petani unggas rakyat mandiri yang makin berkurang setiap tahunnya.
Pernyataan Yeka ini diungkapkan dalam menanggapi aksi unjuk rasa para peternak hewan unggas yang kecewa lantaran harga ayam yang jauh lebih murah di pasaran.
Dalam tuntutannya, para peternak yang melaksanakan aksi di lapangan Monas itu, meminta adanya revisi UU Peternakan karena tidak adanya perlindungan usaha peternakan dalam negeri dari persaingan tidak sehat.
Aksi itu sempat menarik perhatian karena peserta aksi sempat melepas ayam boiler yang merepotkan para petugas.
Editor berita: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019