Bogor (ANTARA News Megapolitan) - Pepatah lama mengatakan "Jadi ibu tidak ada sekolahnya, menjadi ibu adalah pembelajaran seumur hidup".

Menjadi ibu yang baik adalah impian setiap perempuan, tetapi impian itu tidak mudah untuk dilakukan karena tidak ada sekolah khusus untuk menjadi ibu.

Psikolog Tika Bisono dalam sebuah artikel di laman dream.co.id mengatakan, sekolah untuk menjadi ibu itu ada, yaitu ketika anak mendapat pengajaran dan norma dalam keluarga.

Sekolah menjadi ibu dimulai dari seseorang lahir, gurunya adalah ibu masing-masing individu tersebut.

Seorang perempuan akan banyak belajar melalui kesalahan dan melakukan kesalahan adalah wajar, justur dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat bisa jadi belajar mencari solusi, menjadi ibu yang tangguh, panutan keluarga.

Untuk meningkatkan kualitas, kapasitas, dan kemampuan para ibu rumah tangga dalam menghadapi masalah-masalah keluarga, Pemerintah Kota Bogor meluncurkan Sekolah Ibu pada awal 2018.

Sekolah Ibu ini diinisiasi oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor, Yane Ardian Bima Arya.

Pada bukan Oktobr 2018 lalu sekolah ini telah mewisuda 2.040 ibu-ibu lulusan Sekolah Ibu angkatan pertama.

Kota Bogor menjadi yang pertama di Jawa Barat dan satu-satunya di Indonesia yang mengembangkan inovasi pendidikan nonformal bagi ibu rumah tangga dengan meluncurkan Sekolah Ibu.

Bahkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yakin bahwa Sekolah Ibu sebagai banteng terakhir kebahagian Jabar.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menilai, Sekolah ibu adalah jawaban dari ikhtiar Kota Bogor mengatasi perubahan-perubahan nilai di kehidupan masyarakat sebagai akibat dari kemajuan zaman. Juga dari pengaruh negatif kemajuan teknologi serta pertambahan jumlah penduduk.

Sekolah Ibu menjadi sebuah ikhtiar Pemkot Bogor untuk menjadikan Kota Bogor sebagai kota bahagia, penuh cinta, dan warganya sejahtera.


Cikal bakal

Awal Oktober 2018 Gubernur Ridwan Kamil didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Praratya mewisuda sekaligus meresmikan keberadaan Sekolah Ibu di Kota Bogor, dan rencananya akan menerapkannya ke seluruh wilayah Jawa Barat.

Upacara wisuda angkatan pertama Sekolah Ibu dilangsungkan di gedung Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Dramaga Bogor. Turut hadir pula Rektor IPB Dr Arif Satria yang didampingi Ketua Agrianita IPB, Retna Widawati.

Berbagai persoalan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, kriminalitas, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajar, pergaulan bebas, bahkan LGBT melatarbelakangi lahirnya Sekolah Ibu di Kota Bogor.

Yane Ardian Bima Arya, Ketua Penggerak PKK Kota Bogor selaku inisiator, menyebutkan ada banyak faktor yang menyebabkan munculnya semua permasalahan sosial.

Dari penelusurannya, jika ditarik ke hulu, penyebab munculnya dan berkembangnya persoalan sosial tersebut adalah kondisi kehidup banyak keluarga yang tidak harmonis.

Kasus perceraian yang meningkat, tanpa disadari telah melahirkan anak-anak "broken home" yang tumbuh cenderung dengan masalah-masalah ketidakmatangan emosional dan sosial.

Peran ibu di rumah tangga sangat vital, sehingga perbaikan kehidupan rumah tangga dapat dilakukan dengan lebih memberdayakan para ibu rumah tangga.

Sekolah Ibu telah disiapkan selama dua tahun, terlebih dahulu diujicobakan di Kelurahan Babakan dan Kelurahan Katulampa. Dan kini sekolah tersebut telah dilaksanakan di setiap kelurahan (68 kelurahan).

Setiap kelurahan memiliki dua tutor atau tenaga pengajar Sekolah Ibu. Dari 68 Sekolah Ibu yang ada, terdapat 136 pengajar yang berasal dari berbagai kalangan mulai dari psikolog, guru, dan profesi lainnya.

Setiap kelurahan jumlah kelas dibatasi untuk 30 orang peserta.

Total ada 20 modul materi yang disampaikan kepada peserta setiap Senin dan Kamis.

Sekolah ibu dimulai dari pukul 13.00 sampai dengan 15.00 WIB. Adapun peserta merupakan ibu yang sudah menikah, atau pernah menikah.

Sedangkan tutor disyaratakan mereka yang sudah menikah minimal lima tahun, memiliki anak dan masih dalam ikatan pernikahan.

Materi yang disampaikan antara lain tentang "parenting" seperti tata cara berkomunikasi antara istri dan suami, atau antara orang tua dengan anak, pengetahuan tentang mengelola kehidupan rumah tangga yang harmonis.

Materi lainnya tentang manajemen keluarga, manajemen keuangan keluarga, mengelola potensi diri, memahami kepribadian anggota keluarga, ketahanan keluarga, hingga bela Negara dan cinta Tanah Air.

Sekolah ibu didirikan dengan tujuan untuk menciptakan ketahanan keluarga Kota Bogor.

Ibu merupakan sosok utama yang memegang peranan penting dalam sebuah keluarga. Ibu memiliki banyak pernan dan mampu melakukan banyak hal untuk kebutuhan semua anggota keluarganya.?

Peran seorang ibu terhadap anaknya harus bisa menjadi guru, teman, dan sebagai pelindung.

Seorang ibu tidah harus mengajarkan matematika, atau fisika, tetapi mengajarkan pendidikan karakter kepada anaknya.

"Ibu saya adalah ibu sekaligus guru abadi saya," kata Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Pendidikan karakter yang bisa diajarkan oleh seorang ibu seperti mengajarkan anak untuk antre di bank, membantu orang tua yang sedang menyeberang, berbicara yang baik atau diam, dan menjaga kebersihan karena sebagian dari iman.

Peran ibu sebagai pelindung harus memastikan anaknya diproteksi sampai nalar dan logikannya dewasa, sehingga bisa mengambil keputusan sendiri.

Inovasi sekolah ibu sejalan dengan program pemerintah Provinsi Jawa Barat yakni Jabar Juara Lahir Batin. Yakni fokus pembangunan tidak hanya pada infrastruktur saja, tetapi juga urusan batin, spiritual, kegembiraan dan kebahagian warga Jabar.

Lima tahun ke depan penduduk Jawa Barat harus menjadi penduduk paling bahagia di Republik Indonesia. "Intinya kita jadikan sekolah ibu sebagai banteng kebahagiaan ibu di Jawa Barat," katanya.

Di penghujung 2018, Sekolah ibu kembali mewisuda lulusan angkatan kedua berjumlah 2.040 orang.

Acara wisuda berlangnsung di GOR Pajajaran Kota Bogor. Prosesi wisuda dilaksanakan dua kali, untuk gelombang pertam sebanyak 1.020 orang pada Jumat (28/12/2018) lalu wisuda gelombang kedua dengan jumlah yang sama di hari Sabtu (29/12/2018).

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menggambarkan ibu adalah seorang manajer yang handal dan ekonom yang hebat. Seorang motivator yang dasyat, sekaligus guru untuk ditiru.

Kebahagaian seorang ibu perlu dipertahankan, begitu juga dengan kesehatannya, sehingga ibu bisa menjadi penjaga ketahanan keluarga.

Bima mengatakan, sejarah Bogor adalah tentang cerita cinta, bahagia, dan sejatera.

Lima abad yang lalu Prabu Siliwangi adalah pemimpin yang sangat dicintai oleh rakyatnya, disegani, dihormati, diyakinai mewariskan nilai-nilai yang turun temuruna.

Sejarawan dari Portugal menyebutkan Padjajaran adalah "The Kingdom of Sunda", kerajaan Sunda Pakuan Padjajaran, dipimpin oleh seorang yang amanah dan jujur.

"Kita warga Bogor beruntung mewarisi nilai sejarah itu. Sejarah melukiskan bagaimana sejahterannya Padjajaran adalah diturunkan, diwariskan oleh terdahulu. Ikhtiar kita menjadikan Kota Bogor tercinta menjadi kota layak anak dan ramah untuk keluarga," kata Bima.

Rektor IPB Dr Arif Satria mengatakan, Sekolah Ibu membangun ketahanan keluarga di Kota Bogor merupakan kerja sama IPB dan Pemerintah Kota Bogor.

Menurut dia, kebahagian adalah penopang kehidupan. Orang yang bahagai memiliki keluarga yang bahagia, sahabat yang baik, dan pekerjaan yang baik.

IPB terus berupaya mengembangkan pendidikan memperkuat karakter, karena penting dalam pembangunan keluarga dan masa depan.

Mencerdaskan seorang ibu sama dengan menyelamatkan satu bangsa, kata Arif.

Teti Mayati (45) asal Kelurahan Bubulak, merasa beruntung bisa ikut dalam Sekolah Ibu angkatan pertama. Karena dari segi usia, kelompok umur Teti sudah tidak masuk dalam program. Tetapi karena pengecualian dirinya bisa ikut bergabung.

Banyak manfaat yang dirasakan ibu empat anak, yang sehari-hari hanya bekerja sebagai kader dan ibu rumah tangga. Sebagai lulusan SMA, ia pun merasa bangga bisa diwisuda di Kampus IPB, bahkan anak-anaknya belum ada yang diwisuda.

Di sekolah ibu, Teti mengaku belajar cara berkomunikasi yang baik dengan anak, dan suami. "Selama ini suami pulang kerja tidak ditemani makan, sekarang belajar menemani makan, memahami pergaulan anak yang remaja," kata Teti.

Editor berita: A. Mujayatno

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018