Bogor (Antaranews Megapolitan) - Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) bertekad mewujudkan visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Kali ini HA IPB bersinergi dengan Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IPB sebagai upaya mewujudkan visi tersebut. Sinergi tersebut diwujudkan dengan dilaksanakannya Training of Mapping dalam rangka Konsolidasi Mahasiswa Pertanian Indonesia yang akan digelar pada 3-5 Desember 2018 mendatang.
Ketua Umum HA IPB, Ir. Fathan Kamil mengatakan kegiatan Training of Mapping (TOM) bertujuan untuk membekali mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilan sehingga mampu melakukkan mapping dan profilling terhadap implementasi program-program pertanian. Program pertanian yang dimaksud adalah program-program prioritas yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian RI.
Tidak hanya itu, dengan diadakannya kegiatan TOM ini, mahasiswa dapat mengenal potensi pertanian di area mapping serta menggali langsung harapan para petani dalam kaitannya terhadap pembangunan dan kemajuan pertanian di daerahnya.
“Kegiatan TOM berlangsung selama tiga hari, dimulai dari tanggal 21 sampai 23 November 2018. Mahasiswa dibekali metode yang akan digunakan untuk mapping dan profilling sehingga ketika terjun ke lapang mereka dapat melakukannya secara obyektif, faktual, dan ilmiah,” tutur Fathan.
Di sisi lain, sebanyak 35 perwakilan mahasiswa pertanian yang diundang dalam TOM juga akan diajak untuk praktik lapang demi mempraktikkan ilmu yang sudah diberikan di kelas. Praktik lapang dilaksanakan di kelompok tani Lisung Kiwari, Bogor. Dengan praktik lapang ini, mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang baru saja diperoleh di daerah masing-masing.
Setelah kegiatan TOM selesai, mahasiswa akan diberi tugas melaksanakan mapping dan profilling di daerahnya masing-masing. Sedikitnya ada tujuh kluster atau regional yang akan menjadi tempat sasaran, yaitu kluster Jabodetabek dan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera bagian Selatan, Sumatera bagian Utara, Kalimantan, dan Sulawesi.
Pelaksanaan mapping dan profilling akan berlangsung selama dua minggu terhitung sejak pelatihan TOM usai. Hasil dari mapping dan profilling ini akan disampaikan dalam Konsolidasi Nasional Mahasiswa Pertanian Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan Desember mendatang.
Tentang TOM, Kepala Bidang Kelembagaan dan Ketenagaan Pusat Pendidikan Pertanian Kementerian Pertanian RI, dalam hal ini diwakili oleh Inneke Kusumawati, menyatakan bahwa kegiatan TOM merupakan kegiatan strategis dalam rangka evaluasi pengimplementasian program Kementerian Pertanian yang diberikan pada petani.
Menurutnya, energi para pemuda harus dimanfaatkan karena pemuda memiliki energi unlimited yang bisa digunakan dengan prima. Di sisi lain, keberadaan mahasiswa di daerah-daerah lebih diterima oleh masyarakat sehingga dapat menjadi stimulan tersendiri.
“Kami sangat memerlukan peran mahasiswa terutama untuk daerah-daerah pinggiran dan perbatasan masyarakatnya akan sangat menerima kedatangan mahasiswa ini. Mahasiswa itu agent of change, jadi sudah waktunya untuk berkontribusi kepada masyarakat,” ujar Inneke.
Ia juga menambahkan, dengan menerjunkan mahasiswa ke daerah-daerah, diharapkan ada respon yang berbeda baik dari mahasiswa itu sendiri maupun masyarakat setempat. Ia juga berharap, dengan dilaksanakannya mapping dan profilling ini mahasiswa dapat menangkap peluang yang ada di masyarakat sehingga mahasiswa bisa memanfaatkan peluang tersebut.
“Jangan sampai disia-siakan, momen seperti ini sangat penting untuk menambah pengalaman dan keterampilan. Terutama dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian di era milenial,” pungkas Inneke. (*/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Ketua Umum HA IPB, Ir. Fathan Kamil mengatakan kegiatan Training of Mapping (TOM) bertujuan untuk membekali mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan menambah keterampilan sehingga mampu melakukkan mapping dan profilling terhadap implementasi program-program pertanian. Program pertanian yang dimaksud adalah program-program prioritas yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian RI.
Tidak hanya itu, dengan diadakannya kegiatan TOM ini, mahasiswa dapat mengenal potensi pertanian di area mapping serta menggali langsung harapan para petani dalam kaitannya terhadap pembangunan dan kemajuan pertanian di daerahnya.
“Kegiatan TOM berlangsung selama tiga hari, dimulai dari tanggal 21 sampai 23 November 2018. Mahasiswa dibekali metode yang akan digunakan untuk mapping dan profilling sehingga ketika terjun ke lapang mereka dapat melakukannya secara obyektif, faktual, dan ilmiah,” tutur Fathan.
Di sisi lain, sebanyak 35 perwakilan mahasiswa pertanian yang diundang dalam TOM juga akan diajak untuk praktik lapang demi mempraktikkan ilmu yang sudah diberikan di kelas. Praktik lapang dilaksanakan di kelompok tani Lisung Kiwari, Bogor. Dengan praktik lapang ini, mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang baru saja diperoleh di daerah masing-masing.
Setelah kegiatan TOM selesai, mahasiswa akan diberi tugas melaksanakan mapping dan profilling di daerahnya masing-masing. Sedikitnya ada tujuh kluster atau regional yang akan menjadi tempat sasaran, yaitu kluster Jabodetabek dan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera bagian Selatan, Sumatera bagian Utara, Kalimantan, dan Sulawesi.
Pelaksanaan mapping dan profilling akan berlangsung selama dua minggu terhitung sejak pelatihan TOM usai. Hasil dari mapping dan profilling ini akan disampaikan dalam Konsolidasi Nasional Mahasiswa Pertanian Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan Desember mendatang.
Tentang TOM, Kepala Bidang Kelembagaan dan Ketenagaan Pusat Pendidikan Pertanian Kementerian Pertanian RI, dalam hal ini diwakili oleh Inneke Kusumawati, menyatakan bahwa kegiatan TOM merupakan kegiatan strategis dalam rangka evaluasi pengimplementasian program Kementerian Pertanian yang diberikan pada petani.
Menurutnya, energi para pemuda harus dimanfaatkan karena pemuda memiliki energi unlimited yang bisa digunakan dengan prima. Di sisi lain, keberadaan mahasiswa di daerah-daerah lebih diterima oleh masyarakat sehingga dapat menjadi stimulan tersendiri.
“Kami sangat memerlukan peran mahasiswa terutama untuk daerah-daerah pinggiran dan perbatasan masyarakatnya akan sangat menerima kedatangan mahasiswa ini. Mahasiswa itu agent of change, jadi sudah waktunya untuk berkontribusi kepada masyarakat,” ujar Inneke.
Ia juga menambahkan, dengan menerjunkan mahasiswa ke daerah-daerah, diharapkan ada respon yang berbeda baik dari mahasiswa itu sendiri maupun masyarakat setempat. Ia juga berharap, dengan dilaksanakannya mapping dan profilling ini mahasiswa dapat menangkap peluang yang ada di masyarakat sehingga mahasiswa bisa memanfaatkan peluang tersebut.
“Jangan sampai disia-siakan, momen seperti ini sangat penting untuk menambah pengalaman dan keterampilan. Terutama dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian di era milenial,” pungkas Inneke. (*/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018