Bogor (Antaranews Megapolitan) - Di era sekarang ini telah berkembang sebuah trend baru di perekonomian dunia yang bernama Shadow New Proteksionism.
“Jadi, seolah-olah negara-negara tersebut berusaha membuat proteksi dari perang tarif dan juga kebijakan yang ada. Tentu hal tersebut menjadi tantangan bagi Indonesia bagaimana seharusnya kita berkiprah dalam mengambil keuntungan dari konflik negara-negara besar tesebut. Duta Besar Indonesia untuk Republik Ceko, Dr Aulia Aman Rachman akan menyampaikan perjuangan produk hasil Indonesia di meja negosiasi perdagangan Uni Eropa khususnya Republik Ceko,” ucap Dr. Ir. Nunung Nuryartono, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dalam acara IPB Talks on Complexity and Sustainability Sciences” yang ke-19 dengan tajuk “International Trade and Sustainable Agriculture”, Senin (5/11) Kampus IPB Dramaga. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Program Internasional IPB.
Dr. Aulia menyampaikan beberapa hal penting terkait politik perdagangan antara Indonesia, "Ceko dan Uni Eropa. Ceko merupakan negara yang sangat antidiskriminatif dalam perdagangan internasional. Terkait permasalahan Crude Palm Oil (CPO), Ceko merupakan negara pengimpor CPO yang sangat potensial untuk dijadikan target pasar. Namun menurut Badan Statistik Ceko, Indonesia hanya menempati urutan ke-8 pengekspor CPO ke negara tersebut. Mayoritas pengekspor CPO ke Ceko ialah negara-negara tetangganya yaitu Belanda, Jerman, Italia dan Austria yang menempati posisi empat teratas pengekspor CPO ke Ceko. Memang, Ceko tidak memiliki dermaga untuk logistik karena memang tidak memiliki pesisir, namun saya yakin negara-negara tetangga Ceko bisa memproduksi CPO dan produk turunannya karena membeli sawit Indonesia dari Singapura. Hal itulah yang saya harapkan bisa kita semua ubah agar kita mampu mengolah sawit dan CPO kita agar memiliki nilai tambah lebih,” ujar Dr. Aulia. Dr. Aulia menuturkan hubungan Indonesia dengan Republik Ceko dalam bidang pendidikan tinggi.
“Dalam dunia pendidikan, salah satu yang paling bersejarah dalam hubungan Ceko dan Indonesia ialah saat Bung Karno diberikan gelar Doktor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Charles University Praha. Bung Karno adalah pemimpin negara Asia pertama yang mendapatkan gelar tersebut dari Universitas terbesar di Ceko. Selama kepemimpinan saya di kedubes RI untuk Ceko, ada juga moment bersejarah saat Palacky University bekerjasama dengan Universitas Udayana untuk mendirikan Program Studi Bahasa Indonesia pertama di Republik Ceko tersebut. Termasuk juga ada program kerjasama di bidang Teknologi pertanian yang dilakukan oleh Institut Teknologi Del di Medan dengan CULS di Praha,” jelas Dr. Aman.
Secara spesifik, Dr. Aulia menyampaikan kepada IPB untuk terus berperan langsung dalam diplomasi perdagangan global.
“Kini, kita menghadapi tantangan yang sangat berat terutama dalam diplomasi perdagangan produk pertanian dengan Uni Eropa. Anda semua harus tahu, bahwa yang dibicarakan dalam diplomasi tersebut, membahas hal yang sangat teknis terkait proses produksi pertanian, yang mana salah satu produk utamanya adalah CPO. Maka dari itu, saya rasa sangat penting IPB mengirim profesor dan doktor terbaiknya untuk membantu diplomasi tersebut menemani para diplomat Kemenlu dan Kemendag. Kini, Uni Eropa tiada henti-hentinya melaksanakan black campaign atas produk-produk andalan kita ini, maka saya harap IPB dengan segudang inovasinya mampu melawan black campaign tersebut,” tegas Dr. Aulia. (KD/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
“Jadi, seolah-olah negara-negara tersebut berusaha membuat proteksi dari perang tarif dan juga kebijakan yang ada. Tentu hal tersebut menjadi tantangan bagi Indonesia bagaimana seharusnya kita berkiprah dalam mengambil keuntungan dari konflik negara-negara besar tesebut. Duta Besar Indonesia untuk Republik Ceko, Dr Aulia Aman Rachman akan menyampaikan perjuangan produk hasil Indonesia di meja negosiasi perdagangan Uni Eropa khususnya Republik Ceko,” ucap Dr. Ir. Nunung Nuryartono, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dalam acara IPB Talks on Complexity and Sustainability Sciences” yang ke-19 dengan tajuk “International Trade and Sustainable Agriculture”, Senin (5/11) Kampus IPB Dramaga. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Program Internasional IPB.
Dr. Aulia menyampaikan beberapa hal penting terkait politik perdagangan antara Indonesia, "Ceko dan Uni Eropa. Ceko merupakan negara yang sangat antidiskriminatif dalam perdagangan internasional. Terkait permasalahan Crude Palm Oil (CPO), Ceko merupakan negara pengimpor CPO yang sangat potensial untuk dijadikan target pasar. Namun menurut Badan Statistik Ceko, Indonesia hanya menempati urutan ke-8 pengekspor CPO ke negara tersebut. Mayoritas pengekspor CPO ke Ceko ialah negara-negara tetangganya yaitu Belanda, Jerman, Italia dan Austria yang menempati posisi empat teratas pengekspor CPO ke Ceko. Memang, Ceko tidak memiliki dermaga untuk logistik karena memang tidak memiliki pesisir, namun saya yakin negara-negara tetangga Ceko bisa memproduksi CPO dan produk turunannya karena membeli sawit Indonesia dari Singapura. Hal itulah yang saya harapkan bisa kita semua ubah agar kita mampu mengolah sawit dan CPO kita agar memiliki nilai tambah lebih,” ujar Dr. Aulia. Dr. Aulia menuturkan hubungan Indonesia dengan Republik Ceko dalam bidang pendidikan tinggi.
“Dalam dunia pendidikan, salah satu yang paling bersejarah dalam hubungan Ceko dan Indonesia ialah saat Bung Karno diberikan gelar Doktor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Charles University Praha. Bung Karno adalah pemimpin negara Asia pertama yang mendapatkan gelar tersebut dari Universitas terbesar di Ceko. Selama kepemimpinan saya di kedubes RI untuk Ceko, ada juga moment bersejarah saat Palacky University bekerjasama dengan Universitas Udayana untuk mendirikan Program Studi Bahasa Indonesia pertama di Republik Ceko tersebut. Termasuk juga ada program kerjasama di bidang Teknologi pertanian yang dilakukan oleh Institut Teknologi Del di Medan dengan CULS di Praha,” jelas Dr. Aman.
Secara spesifik, Dr. Aulia menyampaikan kepada IPB untuk terus berperan langsung dalam diplomasi perdagangan global.
“Kini, kita menghadapi tantangan yang sangat berat terutama dalam diplomasi perdagangan produk pertanian dengan Uni Eropa. Anda semua harus tahu, bahwa yang dibicarakan dalam diplomasi tersebut, membahas hal yang sangat teknis terkait proses produksi pertanian, yang mana salah satu produk utamanya adalah CPO. Maka dari itu, saya rasa sangat penting IPB mengirim profesor dan doktor terbaiknya untuk membantu diplomasi tersebut menemani para diplomat Kemenlu dan Kemendag. Kini, Uni Eropa tiada henti-hentinya melaksanakan black campaign atas produk-produk andalan kita ini, maka saya harap IPB dengan segudang inovasinya mampu melawan black campaign tersebut,” tegas Dr. Aulia. (KD/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018