Bogor (Antaranews Megapolitan) - Perkembangan otak bayi terjadi secara pesat sejak lahir hingga usia dua tahun. Pemberian gizi yang baik selama periode 1000 hari pertama kehidupan berperan penting dalam kesehatan, kesejahteraan, dan kesuksesan anak untuk masa depan. Kekurangan gizi pada bayi dapat berdampak pada terhambatnya perkembangan pada anak.

Saat ini, praktik pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Indonesia masih banyak yang belum sesuai. Seperti misalnya pemberian MP-ASI yang diberikan terlalu dini dan penggunaan jenis MP-ASI yang kandungan gizinya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan anak. Rendahnya zat gizi mikro pada MP-ASI dapat berdampak negatif karena zat gizi mikro sangat berhubungan erat dengan pertumbuhan.

Berangkat dari hal itu, tim peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat MP-ASI berbahan pangan lokal sukun. Penelitian ini berjudul “Formulasi Makanan Pendamping ASI Berbasis Tepung Sukun (Arthocarpus altilis) dengan Fortifikasi Taburia”. Penggagas riset ini adalah Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman.

“Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dan pengembangan lebih lanjut dari penelitian saya sebelumnya yaitu produk makanan darurat dari sukun Sasumuzi atau sagon sukun multi gizi. Hanya saja Sasumuzi diperuntukkan bagi anak di atas usia lima tahun sedangkan MP-ASI ini diperuntukkan bagi bayi di atas enam bulan atau lebih tepatnya anak di atas satu tahun,” ujar Prof. Ahmad.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki wilayah dengan beragam potensi pangan lokal. Secara umum MP-ASI terbuat dari bahan utama seperti serealia, umbi, bahan berpati, kacang-kacangan, susu, ikan, daging, unggas, dan buah. Dalam penelitian ini MP-ASI dibuat dengan menggunakan tepung komposit berbasis tepung sukun yang merupakan pangan berbasis lokal.

“MP-ASI merupakan makanan tambahan untuk mendukung pertumbuhan bayi usia enam sampai 12 bulan. Sukun adalah salah satu bahan pangan lokal yang kaya akan karbohidrat. Penggunaan sukun ini bisa digunakan sebagai pengganti dari tepung beras,” ujar Fazrina Khasanah, salah satu anggota peneliti.

Tepung sukun mengandung karbohidrat hingga 77.80 persen. Di dalam 100 gram tepung sukun terdapat kandungan fosfor sebesar 165.2 mg, zat besi 1.1 mg, vitamin B1 0.34 mg, vitamin B2 0.17 mg, dan vitamin C 47.60 mg. Kadar protein pada tepung sukun masih tergolong rendah yaitu sebesar 4.56 persen. Maka dari itu pada penelitian ini ditambahkan sumber protein dari kacang hijau dan susu skim.

Di dalam penelitian ini juga dilakukan fortifikasi taburia sebagai sumber multivitamin dan mineral untuk meningkatkan zat gizi mikro pada MP-ASI. Hasil penelitian menunjukkan formula terpilih adalah formula dengan penambahan tepung sukun 30-40 persen. Hasil uji fisik meliputi viskositas, densitas kamba, uji seduh dan waktu rehidrasi menunjukkan produk MP-ASI ini sudah sesuai dengan kriteria produk MP-ASI.

Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan gizi bayi dapat terpenuhi dengan mengonsumsi MP-ASI tepung sukun sebanyak dua hingga lima sachet per hari. Produk MP-ASI ini juga dapat diterima oleh target konsumen dengan persen penerimaan sebesar 77 persen.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan bahan pangan lokal sebagai upaya dari diversifikasi pangan. “Kami juga berharap produk ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif MP-ASI pada anak di atas usia enam bulan atau lebih tepatnya anak di atas satu tahun”, tambahnya. (NIRS/Zul)

Pewarta: Oleh Humas IPB/Prof. Ahmad dan Fazrina Khasanah

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018