Bogor (Antaranews Megapolitan) - Jajaran Pimpinan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengikuti Pelatihan Manajemen Risiko dan Ujian Sertifikasi Qualified Risk Governance Professional (QRGP) pada Rabu-Kamis, 24-25 Oktober 2018 di Hotel Grand Savero, Bogor. Prof. Dr. D.S. Priyarsono, Ketua Panitia menyampaikan IPB merupakan perguruan tinggi pertama yang mengikuti Pelatihan Manajemen Risiko dan Ujian Sertifikasi Qualified Risk Governance Professional (QRGP).
“Sertifikasi manajemen risiko bagi pimpinan ini masih relatif baru, bahkan untuk sektor publik atau untuk pemerintahan sangat baru. IPB perguruan tinggi pertama yang menerapkan manajemen risiko. Harapannya kita menjadi world class university sehingga manajemennya juga harus world class,” ungkap Prof. Priyarsono.
Pelatihan Manajemen Risiko dan Ujian Sertifikasi Qualified Risk Governance Professional (QRGP) ini terdiri dari tiga batch. Batch pertama adalah jajaran rektor, wakil rektor, dekan, wakil dekan dan kepala lembaga.
“Dalam dunia manajemen, metode pendekatannya itu disebut manajemen risiko. Manajemen risiko itu menjadi instrumen pertama dalam pengelolaan IPB. Hal itu harus dimulai dari yang paling puncak yaitu para pimpinan. Contoh langsungnya bagaimana mengelola manajemen risiko dapat diketahui langsung melalui pelatihan dan sertifikasinya. Ujian manajemen risiko nantinya akan diikuti oleh semua pejabat unit secara bertahap. Hingga tahun depan ditargetkan semua pejabat IPB mengikuti pelatihan ini,” jelas Prof. Priyarsono.
Manajemen risiko ini sudah terbukti sukses diimplementasikan di perusahaan-perusahaan besar. Penerapannya sudah terbukti efektif, untuk lebih memastikan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, Rektor IPB kata Prof.Priyarsono sangat yakin dengan penerapan menajemen risiko ini. "Saya diminta Rektor IPB untuk mengawal ini, kita membentuk tim sekitar sepuluh orang,” tambahnya.
Namun implementasi manajemen risiko itu bukan tidak ada tantangan. Tantangannya menurut Prof. Priyarsono, beberapa pihak ada yang menganggapnya beban baru, bagi yang merasa load pekerjaan sangat banyak. “Jadi harus dapat meyakinkan kepada yang belum paham bahwa ini merupakan perangkat yang baik. Selain itu tantangan lainnya adalah terkait persoalan budaya, sumberdaya manusia dan cara berpikirnya.”
Manajemen risiko biasanya dipakai oleh semua perusahan keuangan di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti perusahaan pasar modal, asuransi dan jual beli saham. Perusahaan yang berada dalam pengawasan OJK wajib menerapkan manajemen ini. Bahkan di perusahan keuangan biasanya mereka ada direktur khusus yang menangani manajemen risiko.
Lebih lanjut Prof. Priyarsono menambahkan penerapan manajemen risiko di luar lembaga keuangan juga merupakan suatu hal yang bagus. Materi yang dilatih adalah berupa standar-standar manajemen resiko go international yaitu ISO 31000 dan sudah menjadi Standar Nasional Indonesia(SNI).
“Kebetulan saya mewakili akademisi menjadi anggota perumus SNI. Itu mengadopsi standar yang sudah berlaku internasional. Targetnya sampai akhir tahun ini harapannya sebanyak 50 pejabat IPB tersertifikasi. Tahun depan targetnya 100 pejabat. Kita rencananya akan membuat proyek percontohan. Nantinya akan dipilih unit kerja yang siap menjadi percontohan. Sehingga dalam 3 tahun semua sudah menerapkan, kita akan pilih pimpinan yang bersemangat dan yakin bahwa manajemen risiko ini cukup strategis dan penting. Rencananya tahun depan akan dipilih dua fakultas dan dua wakil rektor yang akan dipilih sebagai proyek percontohan,” paparnya.
Hal serupa disampaikan oleh Dr.Ir.Aceng Hidayat, Sekretaris Institut. Dr. Aceng menyampaikan Pelatihan Manajemen Risiko dan Ujian Sertifikasi Qualified Risk Governance Professional (QRGP) ini untuk menindaklanjuti rencana implementasi manajemen risiko pada seluruh proses organisasi di lingkungan IPB. Terkait tantangan, Dr.Aceng menyebutkan bahwa yang paling berat ini menyangkut perubahan perilaku. Ketika akan melakukan suatu kegiatan program atau dalam menjalankan capaian, sebelumnya belum ada yang berpikir tentang risiko.
"Padahal risiko adalah sesuatu ketidakpastian. Untuk itu perlu dikelola untuk memaksimalkan peluang tercapainya tujuan,” jelas Dr. Aceng.
Rektor IPB mengatakan manajemen yang paling modern sudah terbukti sukses di perusahaan-perusahaan maupun organisasi internasional maupun nasional penting untuk diterapkan di IPB. (dh/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
“Sertifikasi manajemen risiko bagi pimpinan ini masih relatif baru, bahkan untuk sektor publik atau untuk pemerintahan sangat baru. IPB perguruan tinggi pertama yang menerapkan manajemen risiko. Harapannya kita menjadi world class university sehingga manajemennya juga harus world class,” ungkap Prof. Priyarsono.
Pelatihan Manajemen Risiko dan Ujian Sertifikasi Qualified Risk Governance Professional (QRGP) ini terdiri dari tiga batch. Batch pertama adalah jajaran rektor, wakil rektor, dekan, wakil dekan dan kepala lembaga.
“Dalam dunia manajemen, metode pendekatannya itu disebut manajemen risiko. Manajemen risiko itu menjadi instrumen pertama dalam pengelolaan IPB. Hal itu harus dimulai dari yang paling puncak yaitu para pimpinan. Contoh langsungnya bagaimana mengelola manajemen risiko dapat diketahui langsung melalui pelatihan dan sertifikasinya. Ujian manajemen risiko nantinya akan diikuti oleh semua pejabat unit secara bertahap. Hingga tahun depan ditargetkan semua pejabat IPB mengikuti pelatihan ini,” jelas Prof. Priyarsono.
Manajemen risiko ini sudah terbukti sukses diimplementasikan di perusahaan-perusahaan besar. Penerapannya sudah terbukti efektif, untuk lebih memastikan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, Rektor IPB kata Prof.Priyarsono sangat yakin dengan penerapan menajemen risiko ini. "Saya diminta Rektor IPB untuk mengawal ini, kita membentuk tim sekitar sepuluh orang,” tambahnya.
Namun implementasi manajemen risiko itu bukan tidak ada tantangan. Tantangannya menurut Prof. Priyarsono, beberapa pihak ada yang menganggapnya beban baru, bagi yang merasa load pekerjaan sangat banyak. “Jadi harus dapat meyakinkan kepada yang belum paham bahwa ini merupakan perangkat yang baik. Selain itu tantangan lainnya adalah terkait persoalan budaya, sumberdaya manusia dan cara berpikirnya.”
Manajemen risiko biasanya dipakai oleh semua perusahan keuangan di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti perusahaan pasar modal, asuransi dan jual beli saham. Perusahaan yang berada dalam pengawasan OJK wajib menerapkan manajemen ini. Bahkan di perusahan keuangan biasanya mereka ada direktur khusus yang menangani manajemen risiko.
Lebih lanjut Prof. Priyarsono menambahkan penerapan manajemen risiko di luar lembaga keuangan juga merupakan suatu hal yang bagus. Materi yang dilatih adalah berupa standar-standar manajemen resiko go international yaitu ISO 31000 dan sudah menjadi Standar Nasional Indonesia(SNI).
“Kebetulan saya mewakili akademisi menjadi anggota perumus SNI. Itu mengadopsi standar yang sudah berlaku internasional. Targetnya sampai akhir tahun ini harapannya sebanyak 50 pejabat IPB tersertifikasi. Tahun depan targetnya 100 pejabat. Kita rencananya akan membuat proyek percontohan. Nantinya akan dipilih unit kerja yang siap menjadi percontohan. Sehingga dalam 3 tahun semua sudah menerapkan, kita akan pilih pimpinan yang bersemangat dan yakin bahwa manajemen risiko ini cukup strategis dan penting. Rencananya tahun depan akan dipilih dua fakultas dan dua wakil rektor yang akan dipilih sebagai proyek percontohan,” paparnya.
Hal serupa disampaikan oleh Dr.Ir.Aceng Hidayat, Sekretaris Institut. Dr. Aceng menyampaikan Pelatihan Manajemen Risiko dan Ujian Sertifikasi Qualified Risk Governance Professional (QRGP) ini untuk menindaklanjuti rencana implementasi manajemen risiko pada seluruh proses organisasi di lingkungan IPB. Terkait tantangan, Dr.Aceng menyebutkan bahwa yang paling berat ini menyangkut perubahan perilaku. Ketika akan melakukan suatu kegiatan program atau dalam menjalankan capaian, sebelumnya belum ada yang berpikir tentang risiko.
"Padahal risiko adalah sesuatu ketidakpastian. Untuk itu perlu dikelola untuk memaksimalkan peluang tercapainya tujuan,” jelas Dr. Aceng.
Rektor IPB mengatakan manajemen yang paling modern sudah terbukti sukses di perusahaan-perusahaan maupun organisasi internasional maupun nasional penting untuk diterapkan di IPB. (dh/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018