Bogor (Antaranews Megapolitan) - Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor, Jawa Barat memastikan harga kedelai masih stabil walau nilai tukar dolar Amerika Serikat menguat atas Rupiah.

"Kalau sekarang harga kedelai relatif stabil saat dolar benar-benar menguat Rp15 ribuan, belum ada dampak siginfikan," kata Ketua KOPTI Kabupaten Bogor, Sukhaeri kepada Antara, saat ditemui Kamis.

Menurut dia, dampak justru terjadi saat gonjang-ganjing isu dolar akan naik pada bulan Agustus dan September, harga kedelai sempat mengalami kenaikan hanya Rp50,- per kg.

Kenaikan inipun belum berpengaruh signifikan terhadap pengrajin tempe dan tahu di wilayah Kabupaten Bogor.

"Saat ini harga kedelai normal Rp7.300, kalau ditingkat agen kedelai Rp7.000 per kg," katanya.

Heri menjelaskan menguatnya dolar tidak serta merta menaikkan harga kedelai. Setidaknya ada ga indikator yang mempengaruhi harga kedelai.

Yakni CBOT atau harga pasar kedelai dunia yang berpusat di Chicago.

"Jika harga di Chicago saat ini Rp5 ribu per kg sedangkan dolar Rp15 ribu, harga kedelai normal. Tetapi kalau di Chicago tidak stabil, rupiah melemah harga kedelai bisa naik," katanya.

Faktor kedua yakni pengaruh rupiah terhadap dolar. Dan yang ketiga permintaan dan ketersediaan (suplai and demand).

Saat ini, indikator yang mengalami gejolak adalah melemahnya rupiah terhadap dolar, sedangkan dua indikator lainnya masih stabil.

"Jadi belum bisa dikatakan naik, karena ketiga indikator belum terpenuhi," katanya.

Heri menambahkan harga jual kedelai di KOPTI masih stabil Rp7.300 per kg. Stok kedelai yang tersedia mencukup yakni 10 ton per bulan.

Sementara itu, jumlah pengrajin tahu dan tempe di wilayah Kabupaten Bogor sebanyak 1.397 orang.

Sedangkan, kebutuhan kedelai untuk wilayah Kabupaten Bogor mencapai 2.500 ton per bulan. KOPTI hanya mampu menyalurkan 10 persen, sisanya 90 persen dibeli sendiri oleh pengrajin ke pedagang kedelai yang ada di pasar.

Walau harga kedelai di tingkat KOPTI stabil, Sukhaeri juga tidak menampik kalau harga jual kedelai di tingkat pedagang yang ada di pasar mengalami kenaikan.

Hal ini dikarenakan pengaruh ongkos pengiriman, sekaligus tata niaga pembelian di pasar yang rata-rata masyarakat membeli dalam jumlah sedikit, sepeti 5-10 kg.

"Jadi wajah kalau di pasar ada yang jual sampai Rp8 ribuan karena ongkos tadi, ditambah lagi membelinya dalam jumlah sedikit," kata Heri.
 

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018