Bogor (Antaranews Megapolitan) - Senat Akademik 11 Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) tengah merumuskan pendidikan berbudaya milenial sebagai salah satu strategi menghadapi revolusi industri 4.0.

"Revolusi industri 4.0 mempunyai dampak luar biasa dalam hal bagaimana cara mendidik anak, mengajarkan pada mahasiswa, melakukan riset dengan budaya milenial," kata Ketua Majelis Senat Akademik (MSA) PTNBH Prof Prio Suprobo dalam kegiatan Sidang Paripurna III MSA PTNBH di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat.

MSA PTNBH menggelar Sidang Paripuna III dalam rangka memilih kepengurusan baru, serta bembahas tantang, peluang, masa depan perguruan tinggi dan revolusi industri 4.0.

Probo mengatakan, pendidikan 4.0 merupakan konsekuensi dari berkembangnya revolusi industri generasi keempat, sehingga mau tidak mau perguruan tinggi harus cepat menyesuaikan diri dengan era tersebut.

"Pendidikan dengan budaya milenial ini tidak mudah, tapi tantangan terberat adalah di dalam pembentukan karakter mahasiswa," kata Dosen Teknik Sipil Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini.

Menurut dia PTNBH harus membuat pengawalan agar revolusi industri 4.0 jangan sampai menggerus pembentuk karakter bangsa.

"Kita boleh menyesuaikan diri dengan revolusi industri 4.0 tetapi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia jangan sampai luntur," katanya.

Dikatakannya PTNBH boleh menyesuaikan diri dengan revolusi industri 4.0 tetapi harus mempunyai jati diri Indonesia.

Ia mencontohkan revolusi industri 4.0 memungkinan pendidikan di perguruan tinggi dilakukan secara online, atau melalui kelas jauh dengan internet, istilahnya `education for all`.

Revolusi industri 4.0 memungkinkan pemangkasan jam perkuliahan dari 16 Minggu menjadi delapan Minggu. Sementara dalam ilmu teknik ada yang disebut dengan "etika insinyur".

Tetapi untuk mengajarkan nilai-nilai budaya atau sopan santun tidak mungkin dilakukan melalui internet. Harus ada interaksi, atau tatap muka.

"Penanaman nilai-nilai budaya tidak bisa dengan digital saja karena pendidikan karakter harus ada contohnya. Tidak bisa mengandalkan internet," kata Probo.

Probo menambahkan secanggih apapun teknologi yang akan digunakan dalam pendidikan tinggi, harus tetap memberikan sentuhan pendidikan Indonesia.

"Pendidikan Indonesia berbudaya ketimuran," jelasnya.

Sementara itu,Ketua Senat Akademik IPB Prof Tridoyo Kusumastanto menambahkan MSA PTNBH telah mempersiapkan kebijakan pendidikan tinggi Indonesia terkait pengembangan akademik 4.0.

Pengembangan akademik tersebut terdiri dari tiga (Tri Dharma) yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Menurutnya, dengan perubahan yang begitu cepat saat ini, teknologi internet, digital, kecerdasan buatan dan sebagainya, maka PTNBH harus mengakselerasikan diri, mempercepat interaksi dengan perubahan yang ada.

Upaya akselerasi tersebut terkait pengembangan akademik, pengembangan program studi baru, perubahan teknologi digital, perubahan dari lapangan pekerjaan, dan tantangan pembangunan yang ada di Indonesia.

"Sidang Paripurna MSA PTNBH kemarin sudah dibahas beberapa agenda yang penting disikapi baik sisi kebijakan akademik maupun terkait tantangan dalam berbagai perubahan yang mengarah pada peningkatan kualitas akademik 11 PTNBH," kaya Tridoyo yang juga Ketua MSA PTNBH periode 2017-2018.

Adapun 11 PTNBH adalah IPB, UI, ITS, Undip, UNPAD, Unhas, Unair, USU, UPI, ITB, dan UGM.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018