Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dalam upaya peningkatan publikasi internasional, Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan World Class Professor (WCP). Program yang didanai Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI ini menghadirkan tokoh peneliti kelas dunia.
Misalnya, Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (Trop BRC) LPPM IPB mendatangkan salah satu pakar KNApSAcK dari Jepang, Prof. Shigehiko Kanaya dari NARA Institute of Science and Technology dalam Workshop "KNApSAcK Family Database in the Traditional Medicine Research".
IPB sebagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia mencoba untuk bertransformasi menjadi perguruan tinggi dengan posisi 500 terbaik di dunia versi QS-WUR (World University Ranking).
Dr. Irmanida Batubara, Kepala Trop BRC LPPM IPB menyampaikan, “Setiap tahun kami mengajukan proposal untuk bisa menyelenggarakan WCP. Trop BRC adalah satu-satunya lembaga dari IPB yang tahun ini dapat menyelenggarakan WCP dengan Skema A,” terangnya. WCP Skema A merupakan bagian program pada WCP yang secara khusus bertujuan untuk meningkatkan publikasi internasional pada jurnal bereputasi bertaraf Q1 (taraf terbaik dalam kategori publikasi internasional).
"Upaya peningkatan publikasi internasional sebagai salah satu upaya IPB sebagai perguruan tinggi dengan posisi 500 terbaik dunia versi QS-WUR (World University Ranking). Selain Prof. Kanaya, workshop yang dihadiri oleh 20 akademisi baik dosen, peneliti, maupun mahasiswa IPB ini juga menghadirkan Dr. Sony Hartono Wijaya dari Departemen Ilmu Komputer IPB yang menyampaikan penerapan KNApSAcK," ujar Dr. Irmanda Batubara.
Menurut Dr. Irmanida, tujuan dalam mempercepat transformasi IPB menjadi perguruan tinggi berperingkat 500 terbaik dunia versi QS World University Rangking membutuhkan strategi. Kaitannya dengan Trop BRC, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan produktivitas riset akademis diantaranya meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian teknologi metabolomik sebagai strategi terpadu dalam karakterisasi komponen aktif bahan alam, sehingga dapat mengembangkan penelitian baik nasional maupun internasional.
"Dengan meningkatnya publikasi para akademisi, ke depannya kami berharap reputasi akademik institusi dan sitasi tiap dosen akan meningkat,” terangnya.
Dalam hal ini Trop BRC juga menjalin kerjasama dengan Pusat Unggulan Iptek (PUI) lainnya di IPB yaitu, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), dan departemen lainnya di IPB seperti Departemen Kimia, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) dan juga Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) yang seluruhnya memfokuskan kegiatan untuk mengkaji metabolomik tumbuhan obat tropika, manggis, kopi dan tempe. (SMH/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Misalnya, Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (Trop BRC) LPPM IPB mendatangkan salah satu pakar KNApSAcK dari Jepang, Prof. Shigehiko Kanaya dari NARA Institute of Science and Technology dalam Workshop "KNApSAcK Family Database in the Traditional Medicine Research".
IPB sebagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia mencoba untuk bertransformasi menjadi perguruan tinggi dengan posisi 500 terbaik di dunia versi QS-WUR (World University Ranking).
Dr. Irmanida Batubara, Kepala Trop BRC LPPM IPB menyampaikan, “Setiap tahun kami mengajukan proposal untuk bisa menyelenggarakan WCP. Trop BRC adalah satu-satunya lembaga dari IPB yang tahun ini dapat menyelenggarakan WCP dengan Skema A,” terangnya. WCP Skema A merupakan bagian program pada WCP yang secara khusus bertujuan untuk meningkatkan publikasi internasional pada jurnal bereputasi bertaraf Q1 (taraf terbaik dalam kategori publikasi internasional).
"Upaya peningkatan publikasi internasional sebagai salah satu upaya IPB sebagai perguruan tinggi dengan posisi 500 terbaik dunia versi QS-WUR (World University Ranking). Selain Prof. Kanaya, workshop yang dihadiri oleh 20 akademisi baik dosen, peneliti, maupun mahasiswa IPB ini juga menghadirkan Dr. Sony Hartono Wijaya dari Departemen Ilmu Komputer IPB yang menyampaikan penerapan KNApSAcK," ujar Dr. Irmanda Batubara.
Menurut Dr. Irmanida, tujuan dalam mempercepat transformasi IPB menjadi perguruan tinggi berperingkat 500 terbaik dunia versi QS World University Rangking membutuhkan strategi. Kaitannya dengan Trop BRC, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan produktivitas riset akademis diantaranya meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian teknologi metabolomik sebagai strategi terpadu dalam karakterisasi komponen aktif bahan alam, sehingga dapat mengembangkan penelitian baik nasional maupun internasional.
"Dengan meningkatnya publikasi para akademisi, ke depannya kami berharap reputasi akademik institusi dan sitasi tiap dosen akan meningkat,” terangnya.
Dalam hal ini Trop BRC juga menjalin kerjasama dengan Pusat Unggulan Iptek (PUI) lainnya di IPB yaitu, Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), dan departemen lainnya di IPB seperti Departemen Kimia, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) dan juga Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) yang seluruhnya memfokuskan kegiatan untuk mengkaji metabolomik tumbuhan obat tropika, manggis, kopi dan tempe. (SMH/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018