Gaza (Antaranews Megapolitan/Reuters) - Gencatan senjata antara kelompok Hamas di Gaza dan Israel yang tercapai atas mediasi Mesir berhasil menghentikan hujan rudal dan serangan udara.
Namun demikian, situasi di kawasan perbatasan masih panas mengingat ribuan warga Gaza berunjuk rasa di dekat pagar pembatas. Dua orang Palestina tewas dalam demonstrasi itu sementara beberapa lainnya terluka.
Warga Israel, yang mengungsi selama dua hari terakhir untuk menghindari tembakan rudal dari arah Gaza, sudah diminta oleh angkatan bersenjata setempat untuk kembali melakukan aktivitas seperti biasa.
Di Gaza, ribuan orang kembali menggelar unjuk rasa melawan Israel. Asap terlibat membumbung tinggi ke angkasa di sebuah titip perbatasan setelah para demonstran membakar sejumlah ban, yang kemudian langsung dibalas dengan tembakan gas air mata oleh tentara Israel.
Tentara Israel membunuh dua warga Palestina, satu di antaranya adalah petugas medis. Mereka juga melukai sekitar 300 orang lainnya, demikian keterangan petugas kesehatan setempat.
Militer Israel mengatakan bahwa para demonstran melempar bebatuan, bahan peledak, dan bom molotov ke arah tentara dan pagar pembatas. Para tentara "membalas dengan tembakan api, sesuai dengan prosedur operasi standar," kata juru bicara militer.
Sejak gelombang demonstrasi di perbatasan dimulai pada 30 Maret lalu, militer Israel telah membunuh 159 warga Palestina sementara penembak jitu dari kubu Gaza juga menewaskan satu orang tentara Israel.
Namun gencatan senjata berhasil menghentikan eskalasi konflik yang sempat berlangsung selama dua hari, di mana kelompok Hamas menembakkan ratusan roket sementara Israel menggelar serangan udara terhadap 150 sasaran di Gaza.
Seorang ibu hamil dan anaknya yang baru berusia 18 bulan tewas akibat serangan Israel itu. Tujuh orang terluka oleh serangan rudal dari Gaza ke arah Israel.
Israel dan Mesir hingga kini masih memblokade Gaza dengan alasan keamanan. Blokade mereka membuat wilayah jalur sempit berpenduduk dua juta itu mengalami krisis ekonomi.
Penerjemah: GM.N.Lintang/Suharto.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Namun demikian, situasi di kawasan perbatasan masih panas mengingat ribuan warga Gaza berunjuk rasa di dekat pagar pembatas. Dua orang Palestina tewas dalam demonstrasi itu sementara beberapa lainnya terluka.
Warga Israel, yang mengungsi selama dua hari terakhir untuk menghindari tembakan rudal dari arah Gaza, sudah diminta oleh angkatan bersenjata setempat untuk kembali melakukan aktivitas seperti biasa.
Di Gaza, ribuan orang kembali menggelar unjuk rasa melawan Israel. Asap terlibat membumbung tinggi ke angkasa di sebuah titip perbatasan setelah para demonstran membakar sejumlah ban, yang kemudian langsung dibalas dengan tembakan gas air mata oleh tentara Israel.
Tentara Israel membunuh dua warga Palestina, satu di antaranya adalah petugas medis. Mereka juga melukai sekitar 300 orang lainnya, demikian keterangan petugas kesehatan setempat.
Militer Israel mengatakan bahwa para demonstran melempar bebatuan, bahan peledak, dan bom molotov ke arah tentara dan pagar pembatas. Para tentara "membalas dengan tembakan api, sesuai dengan prosedur operasi standar," kata juru bicara militer.
Sejak gelombang demonstrasi di perbatasan dimulai pada 30 Maret lalu, militer Israel telah membunuh 159 warga Palestina sementara penembak jitu dari kubu Gaza juga menewaskan satu orang tentara Israel.
Namun gencatan senjata berhasil menghentikan eskalasi konflik yang sempat berlangsung selama dua hari, di mana kelompok Hamas menembakkan ratusan roket sementara Israel menggelar serangan udara terhadap 150 sasaran di Gaza.
Seorang ibu hamil dan anaknya yang baru berusia 18 bulan tewas akibat serangan Israel itu. Tujuh orang terluka oleh serangan rudal dari Gaza ke arah Israel.
Israel dan Mesir hingga kini masih memblokade Gaza dengan alasan keamanan. Blokade mereka membuat wilayah jalur sempit berpenduduk dua juta itu mengalami krisis ekonomi.
Penerjemah: GM.N.Lintang/Suharto.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018