Bogor (Antaranews Megapolitan) - Tahun 2030 nanti, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi Indonesia apabila sebesar 67% generasi muda usia produktif tidak memahami cara mengelola sektor pertanian. Maka ancaman terbesarnya adalah munculnya bencana kelaparan.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, mahasiswa Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) mencetuskan konsep Pendidikan Pertanian Terpadu (PIPET) sebagai bentuk impelementasi visi Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yaitu Zero Hunger. Mereka adalah Mar’ie Muhammad dan Seliawati Dwiagustin yang mendapatkan penghargaan juara 1 dalam Lomba Karya Tulis Agroteknologi Festival (Agrofest) di Universitas Bangka Belitung pada 6-10 Mei 2018.

Mar’ie menjelaskan bahwa konsep PIPET adalah untuk menanamkan jiwa cinta pertanian serta meningkatkan kompetensi para generasi muda dalam mengelola pertanian di daerah masing-masing.

“Konsep PIPET merupakan pendidikan pertanian secara luas dan terpadu, meliputi pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan agrowisata. Konsep tersebut dituangkan dalam bentuk kurikulum komplemen yang akan memperkenalkan dan mengembangkan potensi lokal dan nasional,” ujar Mar’ie.

PIPET merupakan sekolah pertanian terpadu yang akan diterapkan pada jenjang pendidikan SD, SMP, SMA sekaligus sebagai prasyarat untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. PIPET sebagai kurikulum komplemen dirancang untuk menyempurnakan kurikulum yang sudah ada di sekolah-sekolah, misalnya disinergikan dalam kurikulum 2013 dalam mata pelajaran pra karya sekaligus seni budaya. Apabila kurikulumnya masih Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dapat dimasukkan ke dalam muatan lokal.

“Pada jenjang SD peserta didik akan diperkenalkan potensi pertanian lokal secara luas, serta kunjungan agrowisata di daerah masing-masing. Jenjang SMP akan dilatih bagaimana cara menganalisis potensi-potensi lokal yang belum dimanfaatkan, serta cara budidaya. Untuk jenjang SMA masuk ke dalam tahapan agribisnis, bagaimana meningkatkan nilai hasil pertanian dan membranding potensi lokal,” jelas Mar’ie.

Konsep PIPET ini memiliki keunggulan, diantaranya PIPET dapat menumbuhkan jiwa cinta pertanian sejak dini yang memiliki tingkatan pada setiap jenjang pendidikan dan sistematis. Peserta didik juga dapat memahami potensi lokal di daerahnya masing-masing, sekaligus pengembangan softskill di bidang pertanian sebagai bekal pasca kampus. Untuk itu perlu adanya dukungan penuh dari pemerintah dan perguruan tinggi negeri di daerah masing-masing.

“Kita sangat mengharapkan kesadaran dan dukungan pemerintah untuk benar-benar mewujudkan kurikulum PIPET ini di Indonesia sebagai upaya mempersiapkan bonus demografi 2030 nanti. Selain itu, harapannya siswa-siswa SMA dapat terdorong untuk melanjutkan pendidikan di bidang pertanian agar selepas kuliah dapat kembali ke daerah masing-masing untuk mengembangkan postensi lokal daerahnya,” harap Mar’ie.(Umi/Zul)

 

Pewarta: Oleh: Humas IPB/Mar’ie Muhammad dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018