Bogor (Antaranews Megapolitan) - Isu agraria menjadi isu hangat yang selalu diperbincangkan, salah satunya mengkaji isu agraria dari sudut pandang Islam. Momen Ramadhan ini menjadi waktu yang tepat bagi Departemen Sains Komunikasi dan Perkembangan Masyarakat (SKPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk menggelar Kuliah Umum Agraria yang bertajuk “Reforma Agraria untuk Stabilitas dan Pemerataan Ekonomi”, (30/5).
Kuliah Umum Agraria diadakan di Ruang Rabuan Departemen SKPM Kampus IPB Dramaga yang dihadiri oleh lebih dari 40 peserta dari berbagai kalangan. Narasumber yang hadir adalah Prof Dr Maksum Machfoedz, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Dr. Martua Sihaloho, SP, M.Si selaku Wakil Ketua Departemen SKPM menyampaikan bahwa kuliah umum tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Diskusi Ekbudbang (Ekonomi, Pembangunan dan Kebudayaan) Departemen SKPM yang berkolaborasi dengan Pusat Studi Agraria IPB dan Sajogyo Institut. Harapannya kuliah umum ini dapat menjadi pencerahan bagi seluruh peserta yang hadir.
“Salah satu mandat departemen SKPM adalah Agraria. Sehingga menjadi kewajiban bagi kami untuk mengkaji isu agraria dalam berbagai perspektif, salah satunya adalah perspektif Islam. Sudut pandang Islam dan perspektif keilmuan sama-sama selaras, “ jelas Martua.
Prof. Maksum menjelaskan bagaimana pertanian menjadi kunci bagi pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas ekonomi Republik Indonesia.
“Kita dapat memulai perhatian kita tentang isu pertanian dari lingkup makro, dimana Indonesia sendiri sebenarnya sudah mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar 6 sampai 8 persen. Tetapi mengapa pertumbuhan ekonomi kita tidak stabil? Karena perekonomian Indonesia ini sepenuhnya didasarkan pada impor, mulai dari teknologi sampai bahan baku. Akibatnya capital rates besar-besar menurunkan nilai tukar rupiah, pertumbuhan ekonomi terbesar hanya terpusat di Jakarta, dan kurangnya nilai tambah pada sumberdaya manusia kita,” jelas Prof Maksum.
Islam memandang bahwa manusia itu berdaulat dan berserikat dalam tiga hal, yaitu air, pangan, dan energi.
“Air adalah HAM yang paling esensial, ahli tafsir menterjemahkan bahwa maksud Allah mengatakan menjadikan air sebagai aslinya semua kehidupan bersumber di sana bermakna bahwa tidak ada kehidupan yang bisa hidup tanpa air, karena air adalah hak mutlak bagi setiap individu. Begitu juga dengan HAM atas lahan yaitu jaminan kehidupan layak, jaminan kehidupan ekonomi, serta energi,” ujar Prof Maksum.
Dalam permasalahan agraria ini, Prof. Maksum menyampaikan bahwa Fakultas Ekologi Manusia memiliki peranan yang penting bagi keberlanjutan reforma agraria di Indonesia.
“Kunci dari stabilitas ekonomi adalah pertanian. Dalam perspektif makro, ada kepentingan yang lebih besar yang harus digiring oleh Fakultas Ekologi Manusia melalui tekanan kepada musuh-musuh agraria untuk menyelesaikan permasalahan lahan dan agraria,” terang Prof. Maksum. (UAM/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Kuliah Umum Agraria diadakan di Ruang Rabuan Departemen SKPM Kampus IPB Dramaga yang dihadiri oleh lebih dari 40 peserta dari berbagai kalangan. Narasumber yang hadir adalah Prof Dr Maksum Machfoedz, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Dr. Martua Sihaloho, SP, M.Si selaku Wakil Ketua Departemen SKPM menyampaikan bahwa kuliah umum tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Diskusi Ekbudbang (Ekonomi, Pembangunan dan Kebudayaan) Departemen SKPM yang berkolaborasi dengan Pusat Studi Agraria IPB dan Sajogyo Institut. Harapannya kuliah umum ini dapat menjadi pencerahan bagi seluruh peserta yang hadir.
“Salah satu mandat departemen SKPM adalah Agraria. Sehingga menjadi kewajiban bagi kami untuk mengkaji isu agraria dalam berbagai perspektif, salah satunya adalah perspektif Islam. Sudut pandang Islam dan perspektif keilmuan sama-sama selaras, “ jelas Martua.
Prof. Maksum menjelaskan bagaimana pertanian menjadi kunci bagi pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas ekonomi Republik Indonesia.
“Kita dapat memulai perhatian kita tentang isu pertanian dari lingkup makro, dimana Indonesia sendiri sebenarnya sudah mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar 6 sampai 8 persen. Tetapi mengapa pertumbuhan ekonomi kita tidak stabil? Karena perekonomian Indonesia ini sepenuhnya didasarkan pada impor, mulai dari teknologi sampai bahan baku. Akibatnya capital rates besar-besar menurunkan nilai tukar rupiah, pertumbuhan ekonomi terbesar hanya terpusat di Jakarta, dan kurangnya nilai tambah pada sumberdaya manusia kita,” jelas Prof Maksum.
Islam memandang bahwa manusia itu berdaulat dan berserikat dalam tiga hal, yaitu air, pangan, dan energi.
“Air adalah HAM yang paling esensial, ahli tafsir menterjemahkan bahwa maksud Allah mengatakan menjadikan air sebagai aslinya semua kehidupan bersumber di sana bermakna bahwa tidak ada kehidupan yang bisa hidup tanpa air, karena air adalah hak mutlak bagi setiap individu. Begitu juga dengan HAM atas lahan yaitu jaminan kehidupan layak, jaminan kehidupan ekonomi, serta energi,” ujar Prof Maksum.
Dalam permasalahan agraria ini, Prof. Maksum menyampaikan bahwa Fakultas Ekologi Manusia memiliki peranan yang penting bagi keberlanjutan reforma agraria di Indonesia.
“Kunci dari stabilitas ekonomi adalah pertanian. Dalam perspektif makro, ada kepentingan yang lebih besar yang harus digiring oleh Fakultas Ekologi Manusia melalui tekanan kepada musuh-musuh agraria untuk menyelesaikan permasalahan lahan dan agraria,” terang Prof. Maksum. (UAM/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018