Probolinggo (Antaranews Megapolitan) - Luas areal tanam tebu di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur semakin menurun. Mengapa?. Ini berita lengkapnya.

Luas areal tanam tebu di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur semakin menurun, sehingga pemerintah kabupaten setempat mencari berbagai solusi untuk meningkatkan luas tanam, agar tercapai swasembada gula.

"Ada beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi oleh para petani penggarap lahan tebu, antara lain ketersediaan bibit tanaman, ketersediaan pupuk bersubsidi, kredit pertanian, dan tata niaga gula," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) setempat, Ahmad Hasyim Ashari, di Probolinggo, Minggu.

Berbagai kendala tersebut menyebabkan petani tebu di Kabupaten Probolinggo menjadi enggan menggarap lahan pertanian tebunya, dan beralih pada produksi pertanian nontebu yang lebih menguntungkan.

"Luasan areal tebu selama lima tahun terakhir terus mengalami penurunan karena berbagai kendala yang dihadapi petani," ujarnya pula.

Menurutnya, progres budi daya komoditas perkebunan tebu tahun 2013 memiliki luas areal 3.662,37 hektare dengan produksi tebu 17.085,76 ton dan produktivitasnya 4,67 ton/ha. Kemudian tahun 2014 luas areal perkebunan menurun menjadi 3.071,58 hektare yang memproduksi tebu 14.308,88 ton dengan produktivitasnya 4,66 ton/ha.

Pada tahun 2015, luas areal perkebunan 2.787,62 hektare memproduksi tebu 13.532,05 ton, dengan produktivitas 4,85 ton/ha, tahun 2016 areal perkebunan seluas 2.787,62 hektare memproduksi tebu 13.700 ton, dengan produktivitas 4,91 ton/ha.

Tahun 2017 luas areal perkebunan 2.534,50 hektare memproduksi tebu 13.800 ton, dengan produktivitas 5,44 ton/ha.

Penurunan luas area tebu disebabkan oleh animo masyarakat beralih pada komoditas lain.

"Penurunan luas areal pertanian tebu berimbas pada penurunan produksi gula, dan ditambah lagi faktor persaingan yang membuat beberapa pabrik gula melakukan merger bahkan gulung tikar, sehingga kini masih terdapat 3 PG yang bertahan di Kabupaten Probolinggo yaitu PG Pajarakan, PG Wonolangan, dan PG Gending," katanya.

Sebagai upaya untuk mempertahankan ketiga pabrik gula tersebut, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo Wahid Nurahman berharap kepada pemerintah daerah segera melakukan pembahasan bersama mencari solusi terbaik, agar tiga PG sebagai aset kebanggaan Kabupaten Probolinggo dari peninggalan era Kolonial Belanda tersebut dapat eksis di tengah persaingan dengan gula impor.

"Ada beberapa hal mendesak untuk segera dibahas di antaranya efisiensi dan penataan manajemen PG, bahan baku dengan ketersediaan terus menurun dan turun minat masyarakat untuk menanam tebu," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, perlu dipikirkan penambahan lahan untuk tanaman tebu dan ada kepastian Harga Eceran Tertinggi (HET) gula dari pemerintah, sehingga harga tidak dipermainkan oleh pedagang besar yang ujung-ujungnya merugikan para petani tebu.

General Manager PG Wonolangan Heru Wibowo mengatakan harapan ke depan yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi gula adalah meningkatkan kinerja produksi PG, agar tidak berhenti produksi gulanya dan untuk memenuhi kebutuhan tebu maka pihaknya mengambil tebu dari Lumajang.

"Suplai tebu yang dibutuhkan oleh PG Wonolangan mencapai 3 juta kuintal, di antaranya 1 juta kuintal berasal dari Kabupaten Probolinggo dan 2 juta kuintal dari Lumajang," katanya lagi.

Wilayah Kabupaten probolinggo yang memiliki 3 PG minimal membutuhkan 7,5 hingga 10 juta kuintal tebu, sehingga program perluasan dan pengembangan lahan areal pertanian tebu sangat dibutuhkan guna menunjang kualitas hasil produksi PG di Kabupaten Probolinggo.

Editor Berita: Budisantoso Budiman.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018