Bogor (Antaranews Megapolitan) - Pusat Studi Satwa Primata, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor ( PSSP LPPM IPB) menggelar Half Day Seminar dengan tema “Surveilans Virus Pada Satwa Liar untuk Menghadapi Ancaman Pandemi Penyakit Masa Depan”, Kamis (5/4) di Kampus IPB Dramaga.

Acara ini menghadirkan narasumber   Alice Latinne, PhD dari Ecohealth Alliance New York, sebagai Country Liaison for Indonesia and Thai, Predict Global Consortium, Dr. drh. Joko Pamungkas, MSc, Peneliti PSSP LPPM IPB yang juga Koordinator Nasional Predict-Indonesia, dan Lulu Agustina,SP, MSi, Kasubdit Keamanan Hayati Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

Dr. Alice dalam seminarnya memperkenalkan tentang predict yang merupakan bagian dari proyek kerjasama internasional Emerging Pandemic Threats (EPT) yang disponsori oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat USAID (United States Agency for International Development).

Kegiatan ini bertujuan membantu pemerintah di negara yang bekerja sama untuk mencegah, mendeteksi dan merespon kemungkinan terjadinya kejangkitan penyakit infeksius baru yang ditularkan dari satwa liar ke manusia. Pada tingkat global, proyek ini diperankan oleh Konsorsium Predict-Global yang terdiri dari University of California at Davis (UCD), EcoHealth Alliance (EHA), Wildlife Conservation Society (WCS), Metabiota dan S mithsonian Institution.

Dalam prakteknya Predict-Global bekerja sama dengan pemerintah negara-negara di Asia dan Afrika, saat ini ada sekitar 35 negara yang terlibat. Dr. Alice  menyebutkan lebih dari 70 persen penyakit infeksi baru (emerging infectious diseases) bersumber dari hewan dengan mayoritas berasal dari satwa liar.

“Dalam kurun waktu seratus tahun terakhir, tercatat beberapa kejadian penyakit pandemik yang setelah ditelusuri diduga kuat disebabkan oleh beberapa virus yang berawal mula dari satwa liar antara lain influenza, HIV-AIDS, Coronavirus (SARS dan MERS-Cov), Ebola, dan Zika,” kata Alice.

Target yang berisiko terhadap penyebaran penyakit dari hewan ke manusia diantaranya di daerah pasar hewan, peternakan, maupun tempat tempat wisata yang melibatkan hewan. Sementara jenis hewannya sendiri diantaranya  satwa primata, kelelawar dan tikus. Pada periode Predict-1 yang dimulai tahun 2009 hingga 2014 telah berhasil mendeteksi 1002 virus pada tingkat global di satwa liar maupun manusia, lebih dari 80 persen merupakan virus baru yang belum diidentifikasi sebelumnya (new/ novel viruses).

Sementara di Indonesia, Predict-2 (2014-2019) merupakan upaya kolaborasi dari PSSP LPPM IPB, Lembaga Biologi Molekular Eijkman(EIMB) dengan mitra Predict-Global: EcoHealt h Alliance dan Metabiota.

Predict-2 Indonesia berupaya membangun sistem peringatan dini untuk mencegah ancaman potensi penyakit zoonotik melalui kemitraan dengan lembaga ilmiah dan pemerintah, dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan kerjasama erat dengan mitra lain universitas dan rumah sakit setempat.

Dr.drh.Joko Pamungkas,MSc , peneliti senior dari Pusat Studi Satwa Primata  LPPM IPB yang juga koordinator nasional Predict-Indonesia menyampaikan bahwa meningkatnya kontak antara satwa liar dan manusia, karena perdagangan satwa liar yang meluas dan perubahan ekologi yang cepat, mengarah pada risiko yang lebih besar dari pajanan (exposure) manusia terhadap patogen baru dan pathogen yang sudah diketahui.

“Pengembangan sistem peringatan dini penyakit zoonotik dan kolaborasi antara lembaga pemerintah dan lembaga penelitian serta akademik sangat dibutuhkan untuk melayani dan melindungi masyarakat dengan lebih baik. Ancaman munculnya penyakit pandemi difasilitasi oleh interaksi satwa liar, hewan peliharaan, dan manusia (human-animal interface),” kata Dr. Joko.

Predict-Indonesia mengimplementasikan kegiatan lapangan dan laboratorium untuk memungkinkan deteksi dini dan karakterisasi virus asal satwa liar yang berpotensi menginfeksi manusia dan hewan ternak. Predict-Indonesia juga melakukan studi perilaku manusia untuk mengidentifikasi dan mengukur perilaku dan praktik manusia yang berisiko dengan potensi penularan penyakit, sehingga bisa diiidentifikasi langkah langkah mitigasi risiko yang paling efektif.

Ia menyampaikan, intinya kesehatan sudah tidak bisa ditangani oleh satu disiplin ilmu saja, tidak bisa ditangani satu sektor pemerintah saja, namun harus bekerja sama pada level yang berbeda, baik pada tingkat sub-nasional, nasional, dan internasional. Hal inilah yang dikenal sebagai pendekatan atau konsep Satu Kesehatan atau One Health.

Belajar dari HIV-AIDS dan beberapa penyakit lain, temuan atau wabah terlebih dahulu dilaporkan di manusia, namun belakangan dibuktikan peran satwa liar sebagai sumber virus moyangnya. Predict bertujuan memotret keberadaan virus di satwa liar pada kondisi sekarang ini dan memprediksi kemungkinan potensinya membahayakan manusia di masa yang akan datang.

Tim Predict-Indonesia yang dimotori Lembaga Biologi Molekular Eijkman juga melakukan surveilans pada manusia dengan melibatkan kerja sama dengan rumah sakit dan puskesmas lokal di Minahasa untuk melihat kemungkinan kejadian kasus penyakit akibat interaksi masyarakat setempat dengan satwa liar.

Kepala Pusat Studi Satwa Primata IPB, Drh. Huda S. Darusman, PhD, dalam sambutan pembukaannya menyatakan bahwa melihat peserta Half Day Seminar dihadiri oleh perwakilan dari berbagai pihak antara lain: WWF Ujung Kulon, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB, Balai Besar Penelitian Veteriner, LSM Veswick Medan, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, PT. Bimana Indomedical, Taman Safari Indonesia, Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Program Studi Primatologi SPs-IPB, PT Bogor Life Science and Technology, dan USAID-Indonesia, mengajak semua pihak untuk memanfaatkannya sebagai wahana untuk membangun kerja sama, sejalan dengan semangat konsep One Health yang mengedepankan kerja sama lintas-sektor, lintas disiplin, lintas stakeholder, dan lintas wilayah. (df/ris)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018