Bogor (Antaranews Megapolitan) - Pengalaman menjadi satu hal yang sangat dicari-cari oleh mahasiswa. Mulai mengikuti organisasi, kepanitiaan, hingga exchange ke luar negeri. Begitulah yang dilakukan oleh Dhia Uthamie Ferza, mahasiswi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dhia mengikuti program yang diadakan oleh Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC), sebuah organisasi mahasiswa yang berfokus di bidang kepemimpinan. Program yang diikuti yakni Global Volunteer.
Program tersebut menjadi program rutin yang diadakan oleh AIESEC setiap tahun dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan bagi para pemuda, khususnya mahasiswa.
Global Volunteer yang diikuti Dhia dilaksanakan di Taiwan selama 30 hari. Terdapat beberapa seleksi untuk bisa menjadi volunteer di Taiwan, dimulai dari membuat akun di website AIESEC International, memilih salah satu project dari Sustainable Development Goals (SDG’s), dan memilih negara tujuan. Selain itu, ada pula beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seperti Curriculum Vitae (CV), cerita pengalaman terkait project yang dipilih, dan interview langsung dari pihak AIESEC di Taiwan.
“Agar bisa bergabung di Global Volunteer ini, pastinya saya mencocokkan jadwal yang tepat dengan IPB agar tidak bentrok dengan masa ujian maupun perkuliahan. Waktu yang tepat kemarin pas tanggal 13 Januari-11 Februari 2018 dan saat itu Taiwan sedang musim dingin. Kalau interview, pertanyaannya seputar SDG’s, isu global, dan kontribusi saya sebagai pemuda untuk isu-isu tersebut,” jelas Dhia.
Kegiatan yang dilakukan Dhia sangat beragam. Mulai dari mengenalkan tentang kebudayaan Indonesia, menjadi guru bahasa Inggris di salah satu sekolah dasar, dan mengenal Taiwan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata di sana. Selain itu, project yang dipilih oleh Dhia sebagai seorang volunteer adalah poin keempat dari SDG’s, yakni Quality Education. Melalui poin tersebut, Dhia bermaksud untuk membantu anak-anak kecil di Taiwan agar lebih mengenal bahasa Inggris.
“Saya jadi pengajar di sekolah dasar, karena menurut saya, anak-anak di Taiwan masih kurang dalam penguasaan bahasa Inggris. Sebagai seorang volunteer, saya ingin membantu mereka untuk bisa meningkatkan bahasa Inggris mereka agar bisa lebih bersaing lagi di dunia global. Selain saya berbagi ilmu ke mereka, jadi ikut meningkat juga kemampuan bahasa Inggris saya,” tutur Dhia.
Menurut Dhia, tidak hanya kemampuan berbahasa Inggris saja yang meningkat, tapi kemampuannya memimpin dan berinteraksi dengan orang asing juga bertambah. Dalam Global Volunteer tersebut, tidak hanya mahasiswa Indonesia saja yang menjadi volunteer, ada juga mahasiswa asal Perancis, Turki, dan Malaysia yang melaksanakan project bersama Dhia.
Melalui pengalamannya dalam Global Volunteer tersebut, Dhia mengakui Taiwan memberinya banyak hal positif. Mulai dari ramahnya warga Taiwan serta tertibnya kehidupan warga di sana. “Selama di Taiwan, saya tinggal bersama dengan keluarga asli Taiwan,” ujarnya. (NIN/nm)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Dhia mengikuti program yang diadakan oleh Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC), sebuah organisasi mahasiswa yang berfokus di bidang kepemimpinan. Program yang diikuti yakni Global Volunteer.
Program tersebut menjadi program rutin yang diadakan oleh AIESEC setiap tahun dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan bagi para pemuda, khususnya mahasiswa.
Global Volunteer yang diikuti Dhia dilaksanakan di Taiwan selama 30 hari. Terdapat beberapa seleksi untuk bisa menjadi volunteer di Taiwan, dimulai dari membuat akun di website AIESEC International, memilih salah satu project dari Sustainable Development Goals (SDG’s), dan memilih negara tujuan. Selain itu, ada pula beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seperti Curriculum Vitae (CV), cerita pengalaman terkait project yang dipilih, dan interview langsung dari pihak AIESEC di Taiwan.
“Agar bisa bergabung di Global Volunteer ini, pastinya saya mencocokkan jadwal yang tepat dengan IPB agar tidak bentrok dengan masa ujian maupun perkuliahan. Waktu yang tepat kemarin pas tanggal 13 Januari-11 Februari 2018 dan saat itu Taiwan sedang musim dingin. Kalau interview, pertanyaannya seputar SDG’s, isu global, dan kontribusi saya sebagai pemuda untuk isu-isu tersebut,” jelas Dhia.
Kegiatan yang dilakukan Dhia sangat beragam. Mulai dari mengenalkan tentang kebudayaan Indonesia, menjadi guru bahasa Inggris di salah satu sekolah dasar, dan mengenal Taiwan dengan mengunjungi tempat-tempat wisata di sana. Selain itu, project yang dipilih oleh Dhia sebagai seorang volunteer adalah poin keempat dari SDG’s, yakni Quality Education. Melalui poin tersebut, Dhia bermaksud untuk membantu anak-anak kecil di Taiwan agar lebih mengenal bahasa Inggris.
“Saya jadi pengajar di sekolah dasar, karena menurut saya, anak-anak di Taiwan masih kurang dalam penguasaan bahasa Inggris. Sebagai seorang volunteer, saya ingin membantu mereka untuk bisa meningkatkan bahasa Inggris mereka agar bisa lebih bersaing lagi di dunia global. Selain saya berbagi ilmu ke mereka, jadi ikut meningkat juga kemampuan bahasa Inggris saya,” tutur Dhia.
Menurut Dhia, tidak hanya kemampuan berbahasa Inggris saja yang meningkat, tapi kemampuannya memimpin dan berinteraksi dengan orang asing juga bertambah. Dalam Global Volunteer tersebut, tidak hanya mahasiswa Indonesia saja yang menjadi volunteer, ada juga mahasiswa asal Perancis, Turki, dan Malaysia yang melaksanakan project bersama Dhia.
Melalui pengalamannya dalam Global Volunteer tersebut, Dhia mengakui Taiwan memberinya banyak hal positif. Mulai dari ramahnya warga Taiwan serta tertibnya kehidupan warga di sana. “Selama di Taiwan, saya tinggal bersama dengan keluarga asli Taiwan,” ujarnya. (NIN/nm)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018