Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) Sri Hartoyo menyarankan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor minimalkan kebocoran dalam rangka optimalisasi sarana-prasarana dalam ketersediaan cadangan air bagi pelanggan.
"Pemanfaatan cadangan air PDAM Kota Bogor sudah seimbang antara suplai dan demand. Tapi bisa dioptimalkan kembali dari kebocoran," kata Sri dalam acara konsultasi publik rencana bisnis PDAM Tirta Pakuan di Kota Bogor, Selasa.
Hartoyo menjelaskan kebocoran PDAM Tirta Pakuan bisa dioptimalkan kembali karena berdasarkan hasil audit tahun 2016 angkanya sebesar 33 persen, lalu pada 2017 mengalami penurunan di angka 27 persen.
Menurutnya, penurunan angka kebocoran dari 33 persen ke 27 persen tersebut ada volume air yang bisa didapat dan bisa dijual kembali.
Kebocoran air bisa dipertajam angkanya dengan melakukan penerapan kembali water meter atau (alat ukur meteran air) karena seyogyanya pengukuran water meter harus dilakukan berkala setiap lima tahun sekali. Jika lebih dari itu bisa dipastikan pengukuran air tidak akurat.
"Bisa jadi air yang digunakan pelanggan sudah melebihi, misalnya tercatat 17 kubik, ternyata 20 kubik. Atau sebaliknya, bisa jadi berkurang," katanya.
Hartoyo mengingatkan keseimbangan layanan pelanggan oleh penyelenggaraan dalam mengatasi kebocoran menjadi hal penting karena terkait keadilan.
Dengan peneraan kembali atau penggantian water meter secara berkala, lanjutnya, bisa memperkecil angka kehilangan air yang dimaksudkan atau dengan sistem pembacaan meteran yang menggunakan teknologi.
"Misalnya meter air dipotret, lalu dikirim hasil potret ke bagian pencatatan pusat sehingga tidak ada kesalahan baca. Bisa jadi karena mengantuk salah baca meteran, 17 ditulis 12," katanya.
Selain itu upaya lainnya dengan memperhatikan betul zonasi-zonasi layanan air minum di kawasan padat penduduk maupun kurang padat harus menjadi prioritas untuk meminimalkan masalah efisiensi atau kebocoran.
"Teknolpgi dan inovasi perlu terus dikembangkan oleh PDAM," kata Hartoyo.
Direktur Utama PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Deni Surya Sanjaya mengatakan kehilangan air masih tinggi menjadi salah satu kendala yang menghambat visi dan misi PDAM.
Namun pihaknya berupaya untuk meminimalkan kebocoran dengan target menekan angka kebocoran hingga 20 persen pada tahun 2020.
"Target 2020 harapannya bisa mengurangi kehilangan air sebesar 20 persen," katanya.
Deni mengatakan kondisi PDAM Tirta Pakuan saat ini sudah cukup baik dan memuaskan, suplai dan demand sudah seimbang. Tahun 2018 direncanakan akan menambah jumlah zona layanan menjadi tujuh zona dengan adanya SPAM Katulampa yang sedang dalam pengerjaan.
"Zona tujuh atau zona Katulampa dibangun untuk mengurangi beban di zona empat yang sudah berat," katanya.
Saat ini jumlah pelanggan PDAM Tirta Pakuan sebanyak 153.354 sambungan (SL) yang tersebar di empat zona. Dari total penduduk Kota Bogor 1.096.269 cakupan layanan PDAM sudah 88, 48 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Pemanfaatan cadangan air PDAM Kota Bogor sudah seimbang antara suplai dan demand. Tapi bisa dioptimalkan kembali dari kebocoran," kata Sri dalam acara konsultasi publik rencana bisnis PDAM Tirta Pakuan di Kota Bogor, Selasa.
Hartoyo menjelaskan kebocoran PDAM Tirta Pakuan bisa dioptimalkan kembali karena berdasarkan hasil audit tahun 2016 angkanya sebesar 33 persen, lalu pada 2017 mengalami penurunan di angka 27 persen.
Menurutnya, penurunan angka kebocoran dari 33 persen ke 27 persen tersebut ada volume air yang bisa didapat dan bisa dijual kembali.
Kebocoran air bisa dipertajam angkanya dengan melakukan penerapan kembali water meter atau (alat ukur meteran air) karena seyogyanya pengukuran water meter harus dilakukan berkala setiap lima tahun sekali. Jika lebih dari itu bisa dipastikan pengukuran air tidak akurat.
"Bisa jadi air yang digunakan pelanggan sudah melebihi, misalnya tercatat 17 kubik, ternyata 20 kubik. Atau sebaliknya, bisa jadi berkurang," katanya.
Hartoyo mengingatkan keseimbangan layanan pelanggan oleh penyelenggaraan dalam mengatasi kebocoran menjadi hal penting karena terkait keadilan.
Dengan peneraan kembali atau penggantian water meter secara berkala, lanjutnya, bisa memperkecil angka kehilangan air yang dimaksudkan atau dengan sistem pembacaan meteran yang menggunakan teknologi.
"Misalnya meter air dipotret, lalu dikirim hasil potret ke bagian pencatatan pusat sehingga tidak ada kesalahan baca. Bisa jadi karena mengantuk salah baca meteran, 17 ditulis 12," katanya.
Selain itu upaya lainnya dengan memperhatikan betul zonasi-zonasi layanan air minum di kawasan padat penduduk maupun kurang padat harus menjadi prioritas untuk meminimalkan masalah efisiensi atau kebocoran.
"Teknolpgi dan inovasi perlu terus dikembangkan oleh PDAM," kata Hartoyo.
Direktur Utama PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Deni Surya Sanjaya mengatakan kehilangan air masih tinggi menjadi salah satu kendala yang menghambat visi dan misi PDAM.
Namun pihaknya berupaya untuk meminimalkan kebocoran dengan target menekan angka kebocoran hingga 20 persen pada tahun 2020.
"Target 2020 harapannya bisa mengurangi kehilangan air sebesar 20 persen," katanya.
Deni mengatakan kondisi PDAM Tirta Pakuan saat ini sudah cukup baik dan memuaskan, suplai dan demand sudah seimbang. Tahun 2018 direncanakan akan menambah jumlah zona layanan menjadi tujuh zona dengan adanya SPAM Katulampa yang sedang dalam pengerjaan.
"Zona tujuh atau zona Katulampa dibangun untuk mengurangi beban di zona empat yang sudah berat," katanya.
Saat ini jumlah pelanggan PDAM Tirta Pakuan sebanyak 153.354 sambungan (SL) yang tersebar di empat zona. Dari total penduduk Kota Bogor 1.096.269 cakupan layanan PDAM sudah 88, 48 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018