Bogor (Antaranews Megapolitan) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengkritisi kinerja PDAM Tirta Pakuan yang di satu sisi meraih penghargaan, tetapi di sisi lain banyak keluhan oleh warga karena pelayanan belum maksimal.
"Saya masih direpotkan dengan keluhan dan komplain dari pelanggan. Kata warga Bogor, Pak Wali katanya PDAM terbaik se-Indonesia, tapi sudah tiga bulan bermasalah," kata Bima dalam kegiatan konsultasi publik rencana bisnis PDAM Tirta Pakuan di Bogor, Selasa.
Menurut di, akhir-akhir ini dirinya menerima banyak keluhan dan komplain warga terkait PDAM, baik yang disampaikan melalui pesan WhatsApps maupun Instagram miliknya.
Ia mengatakan beragam cara warga menyampaikan keluhan dan komplainnya, ada yang dengan sopan, santun, bahkan marah-marah, hingga dengan kata-kata kasar.
"Bayangkan Pak Wali, kalau dua minggu air tidak ngocor tidak bisa wudlu, bagaimana saya beraktivitas. Kalau Pak Wali mah enak begini-begini, saya begitu-begitu," kata Bima menirukan pesan warga.
Berdasarkan data yang dihimpun dari layanan informasi PDAM, aspirasi warga Kota Bogor dan melalui pesan pribadi ke wali kota langsung selama 2017. Keluhan yang disampaikan warga 65 persen air tidak mengalir, 34 persen saluran PDAM bocor, dan satu persen karena pusat informasi (call center) tidak menjawab.
Pada sisi lain PDAM Tirta Pakuan, lanjut Bima, PDAM Tirta Pakuan diganjar banyak penghargaan maupun apresiasi baik di tingkat nasional, hingga menjadi kebanggan Pemkot Bogor.
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor menjadi perusahaan air minum daerah terbaik nomor dua di Indonesia setelah Kabupaten Buleleng, Bali, untuk segala aspek, kecuali pengelolaan keuangan.
"Ini satu kontradiksi yang terjadi. Satu sisi banyak penghargaan, tapi satu sisi terjari kondisi seperti itu," kata Bima.
Bima menyebutkan semua aspirasi dan keluhan warga terus dipelajari oleh Pemkot Bogor, dan berharap PDAM harus mampu mengkomunikasikan kondisi yang terjadi di masyarakat yang kebanyakan tidak mengetahui persoalan di lapangan.
Dari semua rencana bisnis yang demikian canggih dipaparkan oleh PDAM, lanjut Bima, dengan kondisi yang terjadi di lapangan menimbulkan tanda tanya persoalan apa yang sedang terjadi di Kota Bogor hingga mengalami kesulitan air.
Persoalan utama yang terjadi adalah infrastruktur. Dari hasil pengecekan beberapa waktu lalu ketika distribusi air ke pelanggan terhenti, diketahui kondisi pipa yang digunakan oleh PDAM merupakan warisan yang dibangun sejak 1974.
"Panjangan mencapai 140 km, yang sudah diperbaiki 40 km, sisanya 100 km belum," katanya.
Kebocoran air terjadi karena kondisi pipa yang sudah lama. Kondisi tersebut lanjutnya memerlukan kecanggihan alat dan sistem untuk bisa mendeteksi dan memperbaikinya.
"Tapi mengenai kondisi ini kebanyakan warga tidak tau," kata politisi PAN tersebut.
Untuk bisa mengganti semua pipa dengan cepat anggaran di Pemkot Bogor tidak cukup. Sehingga perlu memperbaiki sistem untuk bisa mendeteksi dan memperbaiki kebocoran pipa dengan segera.
Persoalan lainnya yang dihadapi PDAM Tirta Pakuan adalah kondisi alam, yang dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai, limbah pabrik, hingga percepatan proyek Tol Bocimi yang menyebabkan terjadinya sedimentasi pada sumber air baku PDAM.
Bima mengingatkan tantangan terbesar bagi PDAM adalah menyeimbangan antara kualitas dan kuantitas. Hal ini terkait dengan target Perusahaan daerah tersebut untuk menambah jumlah sambungan baru dalam rangka mewujudkan target nasional unversal akses terhadap air 100 0 100.
Tetapi kualitas layanan kepada warga selaku pelanggan tetapi harus diutamakan. Total jumlah pelanggan PDAM Tirta Pakuan sebanyak 153.354 SL dengan cakupan layanan 88,48 persen.
"Berambisi boleh, tapi mari kita hitung-hitungan dengan angka yang ada apakah akan meningkatkan layanan kepada masyarakat, ganti pipa baru, apakah menjaga kualitas. Ini tantangan PDAM," kata Bima.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Saya masih direpotkan dengan keluhan dan komplain dari pelanggan. Kata warga Bogor, Pak Wali katanya PDAM terbaik se-Indonesia, tapi sudah tiga bulan bermasalah," kata Bima dalam kegiatan konsultasi publik rencana bisnis PDAM Tirta Pakuan di Bogor, Selasa.
Menurut di, akhir-akhir ini dirinya menerima banyak keluhan dan komplain warga terkait PDAM, baik yang disampaikan melalui pesan WhatsApps maupun Instagram miliknya.
Ia mengatakan beragam cara warga menyampaikan keluhan dan komplainnya, ada yang dengan sopan, santun, bahkan marah-marah, hingga dengan kata-kata kasar.
"Bayangkan Pak Wali, kalau dua minggu air tidak ngocor tidak bisa wudlu, bagaimana saya beraktivitas. Kalau Pak Wali mah enak begini-begini, saya begitu-begitu," kata Bima menirukan pesan warga.
Berdasarkan data yang dihimpun dari layanan informasi PDAM, aspirasi warga Kota Bogor dan melalui pesan pribadi ke wali kota langsung selama 2017. Keluhan yang disampaikan warga 65 persen air tidak mengalir, 34 persen saluran PDAM bocor, dan satu persen karena pusat informasi (call center) tidak menjawab.
Pada sisi lain PDAM Tirta Pakuan, lanjut Bima, PDAM Tirta Pakuan diganjar banyak penghargaan maupun apresiasi baik di tingkat nasional, hingga menjadi kebanggan Pemkot Bogor.
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor menjadi perusahaan air minum daerah terbaik nomor dua di Indonesia setelah Kabupaten Buleleng, Bali, untuk segala aspek, kecuali pengelolaan keuangan.
"Ini satu kontradiksi yang terjadi. Satu sisi banyak penghargaan, tapi satu sisi terjari kondisi seperti itu," kata Bima.
Bima menyebutkan semua aspirasi dan keluhan warga terus dipelajari oleh Pemkot Bogor, dan berharap PDAM harus mampu mengkomunikasikan kondisi yang terjadi di masyarakat yang kebanyakan tidak mengetahui persoalan di lapangan.
Dari semua rencana bisnis yang demikian canggih dipaparkan oleh PDAM, lanjut Bima, dengan kondisi yang terjadi di lapangan menimbulkan tanda tanya persoalan apa yang sedang terjadi di Kota Bogor hingga mengalami kesulitan air.
Persoalan utama yang terjadi adalah infrastruktur. Dari hasil pengecekan beberapa waktu lalu ketika distribusi air ke pelanggan terhenti, diketahui kondisi pipa yang digunakan oleh PDAM merupakan warisan yang dibangun sejak 1974.
"Panjangan mencapai 140 km, yang sudah diperbaiki 40 km, sisanya 100 km belum," katanya.
Kebocoran air terjadi karena kondisi pipa yang sudah lama. Kondisi tersebut lanjutnya memerlukan kecanggihan alat dan sistem untuk bisa mendeteksi dan memperbaikinya.
"Tapi mengenai kondisi ini kebanyakan warga tidak tau," kata politisi PAN tersebut.
Untuk bisa mengganti semua pipa dengan cepat anggaran di Pemkot Bogor tidak cukup. Sehingga perlu memperbaiki sistem untuk bisa mendeteksi dan memperbaiki kebocoran pipa dengan segera.
Persoalan lainnya yang dihadapi PDAM Tirta Pakuan adalah kondisi alam, yang dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai, limbah pabrik, hingga percepatan proyek Tol Bocimi yang menyebabkan terjadinya sedimentasi pada sumber air baku PDAM.
Bima mengingatkan tantangan terbesar bagi PDAM adalah menyeimbangan antara kualitas dan kuantitas. Hal ini terkait dengan target Perusahaan daerah tersebut untuk menambah jumlah sambungan baru dalam rangka mewujudkan target nasional unversal akses terhadap air 100 0 100.
Tetapi kualitas layanan kepada warga selaku pelanggan tetapi harus diutamakan. Total jumlah pelanggan PDAM Tirta Pakuan sebanyak 153.354 SL dengan cakupan layanan 88,48 persen.
"Berambisi boleh, tapi mari kita hitung-hitungan dengan angka yang ada apakah akan meningkatkan layanan kepada masyarakat, ganti pipa baru, apakah menjaga kualitas. Ini tantangan PDAM," kata Bima.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018