Jakarta, (Antara) - Dekan Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Dr.Ir.Budhi M Suyitno, IPM mengatakan perguruan tinggi bisa menjadi peran awal penggerak program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030.

"SDGs ini harus digerakan, harus ada penggeraknya jadi kita harus siap untuk mendukung program SDGs," kata Budhi disela-sela acara Seminar dan Workshop dengan tema "Peran Perguruan Tinggi Dalam Rangka Mendukung Program Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030" di Sekolah Pascasarjana Universitas Pancasila Jakarta, Selasa. 

Universitas Pancasila mendukung penuh program SDGs 2030 sebagai bahan acuan dalam penyusunan roadmap Universitas Pancasila

Ia mengatakan tugas kita sebagai pendidik peneliti maupun pengabdi masyarakat harus siap untuk mendukung program SDGs karena berkaitan erat dengan kehidupan kampus, mahasiswa, para peneliti dan juga dosen-dosen.

"Kita harus membangkitkan kepedulian diinternal kampus dan juga tentunya di luar kampus. Kita bergerak dari kampus untuk Indonesia bahkan dunia jika kampus saling menyatu," tegasnya.

Budhi menjelaskan saat ini yang paling dekat dan harus bisa dinikmati khalayak luas adalah meningkatkan kualitas pendidikan terutama pendidikan dasar dan menengah itu harus peduli disekitar lingkungan kampus terlebih dahulu.

Dikatakannya masalah air sebagai kebutuhan pokok sehari-hari maka harus ada air bersih. Harus ada penyediaan air bersih untuk semua orang dan kalau bisa gratis.

Selain itu pengelolaan sampah dengan mengajari penduduk sekitar untuk melakukan memilah sampah organik dan non organik dan nantinya dibikin energi dan bisa untuk diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Semangatnya tentu berbagi kepada orang yang memerlukan.

"Jadi dari lingkungan kampus untuk semuanya. Mensejahterakan masyarakat berbasis dari bawah," ujarnya.

Untuk itu ia berharap harus semua komponen masyarakat yang peduli pada lingkungan dan sesama sehingga munculnya selaras dengan Pancasila, jadi bukan hanya teori-teorinya saja, tapi langsung prakteknya.

Sementara itu Chair Executive Board Filantropi Indonesia, Timotheus Lesmana mengatakan dalam mengimplemtasikan SDGs ini tak mungkin satu dua sektor saja kalau berdasarkan Perpres Nomor 59 Tahun 2017 merupakan sesuatu yang progresif dari pemerintah.

Dalam Perpres 59 tersebut ada empat platform pemerintah dan parlemen, akademisi dan pakar, LSM dan media, dan filantropi dan bisnis. Untuk dapat mencapai yang menjadi indikator dan tujuan SDGs maka perlu kerja sama dengan akademisi, disinilah mulai melakukan kolaborasi.

Ia mengatakan peran Filantropi bisa membantu tidak lagi perusahaan mempunyai research center tetapi bisa melakukan kolabirasi denagn kampus. Selama ini saya melihat riset di kampus jalan sendiri sesuai dengan kebutuhannya dan hanya sampai jurnal saja.

Padahal seharusnya hasil riset juga bisa memberikan kesejahteraan pada kita semua.

Sedangkan Rektor Universitas Pancasila Wahono Sumaryono mengatakan dalam mendorong riset ada dua pendekatan satu cari poin untuk jabatan jenjang akademik sampai guru besar, kedua cari koin. Bagaimana riset yang bisa menghasilkan secara ekonomi.

Untuk kontek dalam pengabdian kepada masyarakat mengarahakan dua pendekatan sosial mision empowering masayarakat. Pengabdian masyarakat yang sifatnya meningkatkan kapasitaa Iptek industri kecil dan menengah.

"Apa yang mereka butuhkan kita supply kita kerja sama. Tentunya kami mendapat pembelajaran bagaimna mendorong suatu institusi bisnis berkembang berdasarkan riset," katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017