Di beranda rumahnya di Desa Tuk Karangsuwung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Muhammad Hafidz Habibie duduk tenang, matanya berbinar mengamati potongan puzzle yang berserakan.

Jemarinya gesit, menyusun satu per satu kepingan puzzle  menjadi gambar kereta yang utuh. 

Di sampingnya, sang ibu, Imas Latifah, memperhatikan dengan seksama. Senyum tipis yang tersungging di wajahnya seolah menyimpan seribu rasa.

Kepada ANTARA, dia bercerita, sejak lahir Habibie, anak semata wayang, sudah menunjukkan keistimewaan. Tidak ada tangisan yang biasanya menjadi penanda pertama seorang bayi memasuki dunia.

Ketika anak-anak lain mulai berceloteh, Habibie tetap hening. Dalam kondisi itu, hati Imas tergerak mencari jawaban.

Saat diperiksa, dokter akhirnya memberi kepastian bahwa  anaknya adalah difabel wicara.

Imas mencari komunitas yang mampu memahami kondisi anaknya. Perjalanan itu membawanya bertemu kelompok difabel desa (KDD). Imas menemukan keluarga baru yakni orang-orang yang menghadapi perjuangan serupa dan saling menguatkan.

Komunitas ini mendapat perhatian dari pemerintah daerah, yang secara rutin mengadakan pertemuan bulanan.

Dalam pertemuan itu, orang tua seperti Imas dibekali ilmu hingga wawasan tentang cara mendidik anak difabel dengan pendekatan yang tepat.

Baca juga: Akses kerja kelompok difabel di Cirebon

Imas Latifah (tengah) bersama anggota komunitas difabel desa (KDD) saat menunjukkan produk buatan mereka yang dijajakan pada acara peringatan Hari Disabilitas Internasional 2024 di Cirebon, Jawa Barat. (ANTARA/Fathnur Rohman)

Dari komunitas itu, Imas belajar melihat Habibie dengan cara berbeda. Anak laki-laki yang dipandang oleh sebagian orang sebagai sosok penuh keterbatasan ternyata menyimpan keajaiban.

Akses pendidikan inklusif

Kini, Habibie sudah bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri di Kabupaten Cirebon. Di fasilitas itu, dia  mendapatkan dukungan yang sangat dibutuhkan.

Di sana, siswa  mendapatkan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Guru-gurunya memberikan pendidikan akademik sekaligus membantu mengembangkan potensi siswa.

Tenaga pengajar pada sekolah itu menyebutkan Habibie mulai mampu mengikuti arahan serta memahami konsep benar dan salah. Bagi Imas, kemajuan itu adalah hadiah terindah.

“Di SLB, anak saya sudah mampu mengikuti arahan dengan baik. Ia bahkan mulai memahami mana yang benar dan mana yang salah,” ungkapnya dengan penuh syukur.

Namun, di balik rasa syukurnya, Imas menyimpan harapan besar. Perhatian pemerintah pusat maupun daerah terhadap anak-anak difabel bisa lebih ditingkatkan, terutama di bidang pendidikan.

Ia menilai, selama ini, pendidikan inklusif di sekolah-sekolah umum masih belum merata. Padahal, anak-anak difabel membutuhkan lebih banyak ruang untuk mengakses pendidikan layak sesuai kebutuhannya.

Baca juga: Kakak beradik penderita lumpuh di Lebak Banten butuh bantuan pengobatan

Pemerintah Kabupaten Cirebon saat ini sudah berkomitmen memperhatikan dan memperjuangkan nasib komunitas difabel di daerahnya seiring dengan berkembangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan inklusif.

Penjabat (Pj) Bupati Cirebon Wahyu Mijaya mengatakan pihaknya mulai mengambil langkah konkret dalam mewujudkan akses yang setara bagi anak-anak difabel.

Pemerintah daerah berupaya menciptakan lingkungan yang ramah bagi difabel, salah satunya melalui pengembangan fasilitas dan program desa inklusif.

Pemkab Cirebon pun menggandeng berbagai lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta, untuk memperkuat kualitas pemberdayaan bagi difabel.

Langkah ini diambil guna menjamin kelompok difabel di Cirebon mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan layak, serta bisa mengasah kemampuan sesuai bidangnya.

“Kami mendukung pemberdayaan komunitas difabel dengan mengadakan pelatihan keterampilan, yang memungkinkan mereka memiliki keterampilan yang berguna di dunia kerja,” ujarnya.

Meski berbagai upaya telah dilakukan, masih ada tantangan besar yang harus dihadapi, terutama terkait dengan ketersediaan fasilitas yang belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan difabel. 

Dengan terus berupaya mengatasi hambatan yang ada, pihaknya optimis dalam waktu dekat, Kabupaten Cirebon bisa menjadi contoh bagi daerah lain dalam memperjuangkan aksesibilitas dan kesejahteraan bagi difabel.

Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya pelibatan penuh difabel dapat wujudkan Indonesia yang inklusif

Baca juga: 120 peserta difabel ikuti UTBK-SNBT 2024 di UI



 

Pewarta: Fathnur Rohman

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025