Bogor (Antara Megapolitan) - Proses fisik dan dinamik di wilayah segitiga Laut Jawa - Selat Makassar - Laut Flores, seperti perlintasan utama Arlindo Makassar, sirkulasi Arus Monsun, wilayah energetik percampuran turbulen, serta upwelling pantai, diduga dapat mempengaruhi distribusi biogeokimia, serta migrasi ikan pelagis kecil.

Diperlukan adanya kajian multi-disiplin aspek oseanografi fisik, biogekimia, serta aspek biologi larva ikan dan bioakustik melalui eksperimen lapang MAJAFLOX Cruise 2015.

Agus S. Atmadipoera, Tri Prartono, Indra Jaya dan I Wayan Nurjaya dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB); Rina Zuraida dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Balitbang ESDM, Bandung; beserta Asep Priatna dan Karsono Wagiyo dari Balai Riset Perikanan Laut, Balitbang Kelautan dan Perikanan, Jakarta melakukan penelitian kajian terpadu Oseanografi Fisik-Biogeokimia-Bioakustik di Laut Jawa - Selat Makassar - Laut Flores.

Beberapa temuan penting dalam kajian tersebut adalah lapisan tercampur yang kuat sampai dasar di Laut Jawa disebabkan oleh pengadukan oleh angin Muson Tenggara.

Ditemukan pula bukti fisik dan biogeokimia yang tegas dari upwelling dimana, suhu dingin dan salinitas tinggi dari 60 meter naik ke permukaan yang diiringi oleh penurunan nutrien dan lonjakan chl-a di center upwelling.

Percampuran kuat (ordo 10-3 m2/s) terjadi di Dewakang Sill dengan forcing utama adalah gesekan angin dan gelombang pasut internal.

Distribusi kelimpahan tertinggi larva ikan di Laut Jawa terjadi di utara Jawa Timur, sedangkan di bagian timur terjadi di Selat Makassar dekat wilayah upwelling.

Pewarta: Jurnalis IPB

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017