Bogor (Antara Megapolitan) - Beberapa peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Lutfi Febri Purwandi, Siti Madanijah dan Cesilia Meti Dwiriani (Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) melakukan riset tentang keterkaitan karakteristik lingkungan sekolah dengan konsumsi pangan dan aktivitas fisik pada anak sekolah yang obes.
Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan nasional serta merupakan sumber daya manusia (SDM) bangsa.
Sehingga perlu terus ditingkatkan kualitasnya agar mampu mempunyai daya saing yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas SDM adalah kesehatan dan gizi.
Madanijah menjelaskan, bangsa Indonesia dihadapkan dengan adanya masalah gizi lebih atau kegemukan yang terjadi pada anak usia sekolah.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan prevalensi kegemukan (overweight dan obes) dari 9.2% tahun 2010 menjadi 18.8% tahun 2013.
Di Kota Bogor, berdasarkan Riskesdas tahun 2007, prevalensi kegemukan anak 6-14 tahun sebesar 15.4% pada anak laki-laki dan 8.6% pada anak perempuan.
Penelitian Madanijah sendiri menunjukkan prevalensi kegemukan di Kota Bogor pada anak 9-13 tahun sebesar 18.8%.
Ia juga menambahkan, faktor-faktor yang sebagian besar menyebabkan obesitas di kalangan anak-anak adalah asupan, pola hidup sedentary (kurang aktivitas fisik), dan lingkungan.
Pada dekade belakangan ini lingkungan anak-anak berubah drastis yang tercermin pada pola makan tidak sehat dan pola hidup sedentary.
Salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian kegemukan anak-anak adalah lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah berhubungan dengan tingginya nilai indeks massa tubuh, konsumsi pangan anak, dan berpengaruh kuat pada aktivitas fisik anak.
"Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan dilaksanakan September 2014 sampai Februari 2015 di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Kota Bogor. Subjeknya adalah murid kelas V dan VI dari 3 SDIT di Kota Bogor," ujarnya.
BOLEH JUGA: Peneliti IPB Temukan Beberapa Tanaman Obat Indonesia Potensial Sebagai Antituberculosis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan anak obes dominan berhubungan dengan uang jajan, pengetahuan gizi, status kesehatan, pendidikan ayah, besar keluarga, dan pengetahuan gizi guru.
Aktivitas fisik anak obes dominan berhubungan dengan kebiasaan menonton televisi atau bermain video games, perhatian ibu, lingkungan fisik dan kebijakan di sekolah.
Lingkungan sekolah perlu menyediakan fasilitas, program, maupun kebijakan yang mendukung penyediaan pangan sehat maupun peningkatan aktivitas fisik siswa.
"Misalnya dengan menyediakan buah segar sebagai pilihan jajanan di kantin sekolah dan adanya berbagai pilihan permainan yang meningkatkan aktivitas fisik ketika istirahat," katanya.(AT/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan nasional serta merupakan sumber daya manusia (SDM) bangsa.
Sehingga perlu terus ditingkatkan kualitasnya agar mampu mempunyai daya saing yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas SDM adalah kesehatan dan gizi.
Madanijah menjelaskan, bangsa Indonesia dihadapkan dengan adanya masalah gizi lebih atau kegemukan yang terjadi pada anak usia sekolah.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan prevalensi kegemukan (overweight dan obes) dari 9.2% tahun 2010 menjadi 18.8% tahun 2013.
Di Kota Bogor, berdasarkan Riskesdas tahun 2007, prevalensi kegemukan anak 6-14 tahun sebesar 15.4% pada anak laki-laki dan 8.6% pada anak perempuan.
Penelitian Madanijah sendiri menunjukkan prevalensi kegemukan di Kota Bogor pada anak 9-13 tahun sebesar 18.8%.
Ia juga menambahkan, faktor-faktor yang sebagian besar menyebabkan obesitas di kalangan anak-anak adalah asupan, pola hidup sedentary (kurang aktivitas fisik), dan lingkungan.
Pada dekade belakangan ini lingkungan anak-anak berubah drastis yang tercermin pada pola makan tidak sehat dan pola hidup sedentary.
Salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian kegemukan anak-anak adalah lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah berhubungan dengan tingginya nilai indeks massa tubuh, konsumsi pangan anak, dan berpengaruh kuat pada aktivitas fisik anak.
"Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan dilaksanakan September 2014 sampai Februari 2015 di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Kota Bogor. Subjeknya adalah murid kelas V dan VI dari 3 SDIT di Kota Bogor," ujarnya.
BOLEH JUGA: Peneliti IPB Temukan Beberapa Tanaman Obat Indonesia Potensial Sebagai Antituberculosis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan anak obes dominan berhubungan dengan uang jajan, pengetahuan gizi, status kesehatan, pendidikan ayah, besar keluarga, dan pengetahuan gizi guru.
Aktivitas fisik anak obes dominan berhubungan dengan kebiasaan menonton televisi atau bermain video games, perhatian ibu, lingkungan fisik dan kebijakan di sekolah.
Lingkungan sekolah perlu menyediakan fasilitas, program, maupun kebijakan yang mendukung penyediaan pangan sehat maupun peningkatan aktivitas fisik siswa.
"Misalnya dengan menyediakan buah segar sebagai pilihan jajanan di kantin sekolah dan adanya berbagai pilihan permainan yang meningkatkan aktivitas fisik ketika istirahat," katanya.(AT/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017