Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Ricardi S. Adnan mengkaji pentingnya ilmu sosiologi di era teknologi nanopartikel.
"Sosiologi memiliki kesempatan untuk berperan aktif memberikan analisis dan koridor yang perlu diperhatikan dalam perkembangan nanopartikel teknologi agar bisa memberikan manfaat besar bagi manusia, terutama pada bidang sosial," kata Prof Ricardi S. Adnan dalam keterangannya di Kota Depok, Jawa Barat, Minggu.
Prof Ricardi menjelaskan bahwa nanopartikel merupakan partikel yang berukuran sangat kecil, biasanya berkisar antara 1 hingga 100 nanometer.
Ukuran yang sangat kecil ini memberikan sifat-sifat unik yang tidak dimiliki material pada skala lebih besar, seperti peningkatan luas permukaan, reaktivitas kimia yang lebih tinggi, serta kemampuan untuk berinteraksi dengan molekul lain secara lebih mendalam.
Beberapa contoh penggunaan teknologi nanopartikel dalam bidang medis dan sains, yaitu untuk sistem penghantaran obat yang lebih efisien, pembuatan transistor dan sirkuit mikro yang lebih kecil dan lebih cepat, penggunaan nanopartikel dalam sel surya untuk meningkatkan konversi energi dari sinar matahari, dan penggunaan nanopartikel untuk penyaringan air atau udara dari pencemaran.
“Salah satu dampak nanoteknologi pada ilmu sosial adalah terkait dengan implikasi etika dan dampak sosial. Perkembangan teknologi ini berpotensi menciptakan ketidaksetaraan sosial atau, bahkan konflik akibat kesenjangan yang dihasilkan, yang cenderung menguntungkan kelompok sosial tertentu yang memiliki akses, yakni kelas atas,” ujar Prof Ricardi.
Nanopartikel dalam praktik kehidupan sosial berdasarkan analisis kaku (2008), relevansi mendiskusikan teknologi nanopartikel dalam perspektif sosiologi mencakup etika dan perkembangan teknologi, pengaruh teknologi terhadap interaksi sosial, pengaruh teknologi terhadap struktur ekonomi, pengaruh teknologi pada budaya, serta teori sosial dalam menghadapi teknologi futuristik.
Pada praktik kehidupan sehari-hari, teknologi nanopartikel memungkinkan pengobatan lebih personal dan efektif yang berdampak besar pada sistem perawatan kesehatan masa depan.
Perkembangan ini dapat mengantarkan pada ketidaksetaraan baru, misalnya dalam akses terhadap teknologi kesehatan yang canggih.
Di sinilah, peran sosiologi muncul, karena dapat membantu menganalisis bagaimana teknologi mengubah kelas sosial, distribusi kekayaan, dan ketimpangan akses terhadap teknologi canggih.
Kendati demikian, tantangan yang perlu diantisipasi adalah bagaimana perubahan teknologi akan mempengaruhi struktur sosial.
Dalam pemanfaatan teknologi nanopartikel juga terdapat tantangan, terutama pada aspek keamanan dan dampak kesehatan, karena efek nanopartikel pada tubuh manusia dan lingkungan belum sepenuhnya dipahami.
“Untuk tantangan sosialnya, penggunaan teknologi nanopartikel dapat memperburuk ketimpangan sosial dalam masyarakat, membentuk kesenjangan kelompok tertentu dalam memiliki akses untuk memanfaatkan teknologi, dan nanoteknologi yang menggunakan simbol-simbol identitas sosial (seperti kosmetik, pakaian canggih, atau perangkat elektronik) membuat batasan status sosial,” ujar Prof Ricardi.
Prof Ricadi menawarkan solusi dalam perspektif ilmu sosiologi, bahwa hal yang paling penting dilakukan adalah mendorong keterlibatan masyarakat luas di dalam diskusi tentang nanoteknologi.
Hal ini dapat dilakukan melalui edukasi dan forum dialog terbuka untuk mengurangi kekhawatiran keterbatasan akses teknologi dan sebaliknya bisa meningkatkan pemahaman. Oleh karena itu, perlu disiapkan kebijakan yang memastikan nanoteknologi dapat digunakan secara merata dan aman.
"Hal yang juga penting adalah keinginan menyusun dan mengaplikasikan etika teknologi yang memberikan pedoman etis di tingkat global, khususnya di bidang sensitif seperti biomedis dan lingkungan. Negara-negara berkembang perlu melakukan kolaborasi antar-institusi untuk memastikan distribusi teknologi nano yang lebih adil,” ujarnya.
Baca juga: Mahasiswa UI berhasil torehkan prestasi ilmiah kedokteran di Thailand
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024