Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. dr. Zulkifli Djunaidi, M.App.Sc., menyoroti manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja di era revolusi industri 4.0.
"Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah proses proaktif yang bertujuan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko di tempat kerja untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan dan penyakit akibat kerja," kata Prof. Dr. dr. Zulkifli di Depok, Kamis.
Ia mengatakan revolusi Industri 4.0 juga membawa perubahan besar melalui teknologi yang mengintegrasikan dunia fisik, digital, dan biologis. Hal ini menimbulkan tantangan baru dalam bidang K3.
"Tantangan utama mencakup perlunya adaptasi organisasi terhadap model kerja yang fleksibel dan digital, pembaruan kerangka regulasi yang tertinggal, revisi sistem manajemen K3 untuk mengakomodasi teknologi baru seperti AI dan Big Data, serta transformasi pendekatan manajemen risiko K3 agar relevan dengan interkonektivitas dan otomatisasi," katanya.
Baca juga: UI dan Kemenkes perkuat implementasi KTR dan upaya berhenti merokok
Untuk menghadapi era ini, teknologi harus dikembangkan sejalan dengan program K3 dengan tetap memprioritaskan manusia sebagai pusat perhatian. Kolaborasi antara peneliti, praktisi, dan industri sangat diperlukan untuk memastikan transisi yang aman dan mencegah peningkatan risiko kecelakaan di tempat kerja.
ILO merekomendasikan berbagai langkah untuk menghadapi tantangan dan peluang dalam transformasi future work, di antaranya mengantisipasi risiko baru dalam K3, memanfaatkan pendekatan multidisipliner dalam pengelolaan K3, membangun kompetensi K3, memperluas kolaborasi dengan sektor kesehatan masyarakat, mengembangkan standar internasional di bidang ketenagakerjaan dan K3, serta memperkuat peran pemerintah, mitra sosial, dan kemitraan lainnya.
Future work adalah gambaran tentang evolusi pekerjaan, cara kerja, tenaga kerja, dan lingkungan kerja di masa depan yang dipengaruhi oleh berbagai aspek dalam masyarakat, termasuk sosial-ekonomi dan politik.
Prof. Zulkifli mengutip dari Society for Human Resource Management terkait karakteristik utama dari future work, yaitu meliputi Artificial Intelligence (AI), pola kerja baru, ekonomi gig, redefinisi kepemimpinan, serta pembelajaran sepanjang hayat dan reskilling.
Baca juga: Guru Besar UI: Optimalkan data untuk analisis spasial kesehatan masyarakat
Namun, perkembangan ini juga membawa potensi risiko di masa depan, seperti risiko teknologi, perubahan demografi, perubahan iklim, dan perubahan dalam organisasi kerja.
Perubahan cepat di dunia kerja menciptakan peluang sekaligus tantangan, terutama karena dampak teknologi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang sulit diprediksi.
Untuk menghadapinya, respons yang inklusif dan berpusat pada manusia diperlukan, dengan penekanan pada pembelajaran sepanjang hayat dan pengembangan keterampilan.
Investasi inovatif dalam kemampuan manusia menjadi kunci untuk menghadapi risiko baru di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Komisi Global ILO menyoroti pentingnya jaminan ketenagakerjaan universal, termasuk hak dasar pekerja, upah layak, batas waktu kerja, dan lingkungan kerja yang aman. Kolaborasi antara pemerintah, pemberi kerja, dan pekerja harus dimulai segera untuk mewujudkan masa depan kerja yang aman dan sehat.
Baca juga: FKM UI sukses tingkatkan pemahaman K3 bagi nelayan di Pandeglang
Menurut dia langkah-langkah utama dalam manajemen risiko K3 meliputi identifikasi bahaya, analisis dan evaluasi risiko, tindakan pengendalian, serta pemantauan dan peninjauan yang dilakukan secara berkelanjutan.
Manajemen risiko K3 telah menjadi prioritas utama International Labour Organization (ILO) dalam mengatasi isu keselamatan dan kesehatan pada tenaga kerja di masa mendatang.
Keseriusan ini terlihat dari publikasi ILO terkait perkembangan teknologi dalam laporan berjudul "Safety and Health at the Heart of the Future of Work" pada 2019.
Seiring perkembangan teknologi, demografi, dan perubahan iklim, manajemen risiko K3 perlu beradaptasi untuk menghadapi risiko di masa depan.
Komunikasi dan konsultasi juga menjadi elemen penting untuk memastikan setiap tindakan yang dilakukan tepat sasaran dan relevan dengan kondisi lapangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah proses proaktif yang bertujuan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko di tempat kerja untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan dan penyakit akibat kerja," kata Prof. Dr. dr. Zulkifli di Depok, Kamis.
Ia mengatakan revolusi Industri 4.0 juga membawa perubahan besar melalui teknologi yang mengintegrasikan dunia fisik, digital, dan biologis. Hal ini menimbulkan tantangan baru dalam bidang K3.
"Tantangan utama mencakup perlunya adaptasi organisasi terhadap model kerja yang fleksibel dan digital, pembaruan kerangka regulasi yang tertinggal, revisi sistem manajemen K3 untuk mengakomodasi teknologi baru seperti AI dan Big Data, serta transformasi pendekatan manajemen risiko K3 agar relevan dengan interkonektivitas dan otomatisasi," katanya.
Baca juga: UI dan Kemenkes perkuat implementasi KTR dan upaya berhenti merokok
Untuk menghadapi era ini, teknologi harus dikembangkan sejalan dengan program K3 dengan tetap memprioritaskan manusia sebagai pusat perhatian. Kolaborasi antara peneliti, praktisi, dan industri sangat diperlukan untuk memastikan transisi yang aman dan mencegah peningkatan risiko kecelakaan di tempat kerja.
ILO merekomendasikan berbagai langkah untuk menghadapi tantangan dan peluang dalam transformasi future work, di antaranya mengantisipasi risiko baru dalam K3, memanfaatkan pendekatan multidisipliner dalam pengelolaan K3, membangun kompetensi K3, memperluas kolaborasi dengan sektor kesehatan masyarakat, mengembangkan standar internasional di bidang ketenagakerjaan dan K3, serta memperkuat peran pemerintah, mitra sosial, dan kemitraan lainnya.
Future work adalah gambaran tentang evolusi pekerjaan, cara kerja, tenaga kerja, dan lingkungan kerja di masa depan yang dipengaruhi oleh berbagai aspek dalam masyarakat, termasuk sosial-ekonomi dan politik.
Prof. Zulkifli mengutip dari Society for Human Resource Management terkait karakteristik utama dari future work, yaitu meliputi Artificial Intelligence (AI), pola kerja baru, ekonomi gig, redefinisi kepemimpinan, serta pembelajaran sepanjang hayat dan reskilling.
Baca juga: Guru Besar UI: Optimalkan data untuk analisis spasial kesehatan masyarakat
Namun, perkembangan ini juga membawa potensi risiko di masa depan, seperti risiko teknologi, perubahan demografi, perubahan iklim, dan perubahan dalam organisasi kerja.
Perubahan cepat di dunia kerja menciptakan peluang sekaligus tantangan, terutama karena dampak teknologi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang sulit diprediksi.
Untuk menghadapinya, respons yang inklusif dan berpusat pada manusia diperlukan, dengan penekanan pada pembelajaran sepanjang hayat dan pengembangan keterampilan.
Investasi inovatif dalam kemampuan manusia menjadi kunci untuk menghadapi risiko baru di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Komisi Global ILO menyoroti pentingnya jaminan ketenagakerjaan universal, termasuk hak dasar pekerja, upah layak, batas waktu kerja, dan lingkungan kerja yang aman. Kolaborasi antara pemerintah, pemberi kerja, dan pekerja harus dimulai segera untuk mewujudkan masa depan kerja yang aman dan sehat.
Baca juga: FKM UI sukses tingkatkan pemahaman K3 bagi nelayan di Pandeglang
Menurut dia langkah-langkah utama dalam manajemen risiko K3 meliputi identifikasi bahaya, analisis dan evaluasi risiko, tindakan pengendalian, serta pemantauan dan peninjauan yang dilakukan secara berkelanjutan.
Manajemen risiko K3 telah menjadi prioritas utama International Labour Organization (ILO) dalam mengatasi isu keselamatan dan kesehatan pada tenaga kerja di masa mendatang.
Keseriusan ini terlihat dari publikasi ILO terkait perkembangan teknologi dalam laporan berjudul "Safety and Health at the Heart of the Future of Work" pada 2019.
Seiring perkembangan teknologi, demografi, dan perubahan iklim, manajemen risiko K3 perlu beradaptasi untuk menghadapi risiko di masa depan.
Komunikasi dan konsultasi juga menjadi elemen penting untuk memastikan setiap tindakan yang dilakukan tepat sasaran dan relevan dengan kondisi lapangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024