Bogor (Antara Megapolitan) - Mahasiswa Program Doktoral Institut Pertanian Bogor, Akhmad Edhy Aruman yang melakukan studi tentang revitalisasi pasar, mengungkapkan bahwa model komunikasi menjadi salah satu faktor penentu kesiapan perubahan (revitalisasi) pasar tradisional di Kota Bogor, Jawa Barat.

"Selama ini komunikasi yang dibangun Pemerintah Kota Bogor dalam upaya revitalisasi pasar tradisional cenderung satu arah," kata Akhmad Edhy Aruman mahasiswa Program Doktoral Jurusan Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP) IPB di Bogor, Rabu.

Aruman melakukan studi tentang Model Komunikasi Untuk Membangun Kesiapan Perubahan Pedagang Pasar Tradisional Kota Bogor sebagai judul disertasinya. Ia pun dinyatakan lulus dan meraih gelar Doktor dari IPB setelah mengikuti sidang promosi terbuka, Senin (31/7).

Ia menjelaskan dinamika pasar yang sangat luar biasa terutama terkait rencana revitaliasai pasar tradisional kerap menimbulkan pro-kontra. Hal ini mendorongnya untuk melakukan studi dan menghasilkan rekomendasi kepada pemangku kepentingan.

Berdasarkan hasil studinya, sebagian besar pasar dibangun melalui program revitalisasi belum sepenuhnya berfungsi optimal. Dalam beberapa kasus revitalisasi, ada pedagang yang memprotes revitalisasi pasar.

Menurut hasil studinya, hal tersebut karena kecenderungan sosiologis pedagang pasar tradisional yang menempatkan kecurigaan berlebihan terhadap segala bentuk pembangunan.

"Mereka (pedagang) menyalahartikan jika ada pembangunan berarti sewa atau pembelian kios menjadi mahal dan merugikan pedagang yang telah menempati kios sebelumnya," kata Aruman.

Aruman mengatakan penelitian berawal dari dugaan komunikasi yang dilakukan selama rencana revitalisasi pasar cenderung satu arah. Padahal dalam kegiatan revitalisasi sangat dibutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders).

Ia menyebutkan penelitian lapangan dilakukan sejak Februari hingga September 2016 dengan responden sebanyak 559 pedagang dan pemilik kios di empat pasar yakni Pasar Gunung Batu, Pasar Blok B dan Blok F Kebon Kembang, serta Pasar Bogor.

"Empat pasar ini terbagi dua pasar yang sudah direvitalisasi dan dua pasar lainnya direncakan akan direvitalisasi," katanya.

Aruman menjelaskan dari hasil penelitiannya menunjukkan penyebarluasan informasi mengenai rencana revitalisasi pasar dilakukan melalui selebaran, spanduk, papan pengumuman di pasar yang merupakan model komunikasi satu arah.

Sementara komunikasi dua arahnya yakni dialog hanya dilakukan tiga kali dalam satu tahun namun tidak berlangsung secara memuaskan sehingga kesiapan pedagang menghadapi revitalisasi pasar masih lemah dan menimbulkan ketidaksiapan pedagang untuk berubah.

"Dari penelitian ini menyarankan Pemerintah Kota Bogor untuk mengubah strategi komunikasi dengan melibatkan pengelola pasar sebagai sumber pesan yang kredibel," katanya.

Menurutnya, ada tiga model komunikasi yang dapat digunakan oleh Pemkot Bogor yakni internal pengelola pasar, internal pedagang, dan pengelola pedagang. Dialog antara pengelola-pedagang untuk mempertemukan kepentingan masing-masing yang berbeda.

Selain itu, rekomendasi lainnya, agar Pemerintah Kota Bogor tidak lagi hanya berfokus pada sisi manajemen fisik, tetapi juga pedagangnya diberdayakan dengan meningkatkan kapasitas kewirausahaan pedagang.

"Di sini ada faktor pelatihan, bantuan pendanaan, layanan usaha, dan dukungan keluarga. Pengelola diharapkan menyediakan itu untuk memperkuat kapasitas kewirausahaan pedagang," kata Aruman.

Sidang promosi doktoral Aruman di bawah bimbingan Prof Sumardjo MS, Dr Nurmala K Pandjaitan, DEA, dan Dr Dwi Sadono. Untuk pengujinya, hadir Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dan Prof Aida Vitalaya S Hubeis dari IPB.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017