CarbonEthics sebagai pengembang proyek Solusi Iklim Alami atau Natural Climate Solutions (NCS) yang didukung teknologi untuk membantu perusahaan atau institusi mencapai target mitigasi perubahan iklim dan menciptakan dampak positif kepada lingkungan, ekonomi dan sosial.
"Mencapai net-zero emissions tidak hanya penting untuk menjaga planet dan menjaga ekonomi global dari meningkatnya risiko iklim, tetapi juga membuka jalan baru untuk pertumbuhan dan inovasi," kata Co-Founder dan CEO CarbonEthics Agung Bimo Listyanu dalam keterangannya, Rabu.
"Kami mengundang lebih banyak mitra untuk bergabung dengan kami dalam mengakselerasi aksi iklim yang berdampak positif, membuka peluang investasi yang signifikan, dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang menguntungkan baik bagi manusia maupun planet ini," katanya.
CarbonEthics menyelesaikan putaran pendanaan awal sebesar 2,1 juta dolar AS dengan dukungan investor utama Intudo Ventures dan sejumlah angel investor strategis.
CarbonEthics memulai perjalanannya pada Mei 2019 berawal dari membangun kapasitas dalam rehabilitasi ekosistem karbon biru. Saat ini mereka memperluas cakupannya ke lahan gambut dan ekosistem hijau.
Melalui Natural Climate Solutions (NCS), CarbonEthics mengintegrasikan aspek lingkungan dan ekonomi untuk memulihkan ekosistem alam, sehingga dapat membantu perusahaan atau institusi dalam dekarbonisasi juga menciptakan sumber pendapatan baru yang berkelanjutan.
CarbonEthics berusaha memperbaiki hutan yang rusak menjadi hutan yang terlindungi dengan memadukan pendekatan akar rumput dan teknologi. Mereka bekerja sama dengan berbagai kolaborator untuk mengembangkan proyek bersama guna memenuhi sasaran mitigasi perubahan iklim, mulai dari perencanaan dan studi kelayakan hingga implementasi dan pemantauan, yang juga memajukan dampak sosial secara langsung dengan meningkatkan mata pencaharian mitra masyarakat setempat dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
CarbonEthics menawarkan tiga solusi utama yakni, pertama, Proyek Karbon Berbasis Alam atau Nature-based carbon project: melindungi ekosistem untuk menyerap karbon, meningkatkan penghidupan masyarakat, dan menjaga keanekaragaman hayati.
Kedua, Penanaman Pohon: mendukung upaya rehabilitasi ekosistem, dengan fokus pada ekosistem karbon biru; dan ketiga, Konsultasi Karbon: menawarkan konsultasi ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) dan konsultasi terkait kebijakan untuk membantu klien memenuhi target pengurangan karbon dan mengikuti peraturan yang berlaku.
Salah satu layanan paling menonjol yang diberikan CarbonEthics adalah pendekatan komprehensif untuk Proyek Karbon Berbasis Alam.
Pendekatan tersebut mencakup metrik “CCB”—Carbon, Community, dan Biodiversity. Proyek-proyek yang dikembangkan CarbonEthics dirancang untuk memberikan manfaat yang terukur di ketiga area tersebut.
CarbonEthics berasal dari Indonesia, salah satu negara dengan sumber ekosistem hijau dan biru terbesar dan terpenting yang ada di bumi. Beroperasi di jantung Asia Tenggara, CarbonEthics memanfaatkan kawasan yang diproyeksikan akan menyediakan sekitar 30 persen pasokan karbon dunia pada 2030 melalui Natural Climate Solutions (NCS).
CarbonEthics dipimpin Bimo Soewadji (Chief Executive Officer); Jessica Novia (Chief Impact Officer); dan Innandya Kusumawardhani (Chief Operating Officer). Mereka pertama kali bertemu di One Young World Summit di Belanda pada 2018, yang saat itu merupakan perwakilan dari perusahaan masing-masing.
Menyadari tanggung jawab bersama untuk mengakselerasi aksi iklim, ketiganya mendirikan CarbonEthics.
CarbonEtics bermitra dengan berbagai pemangku kepentingan dari perusahaan multinasional, badan usaha milik negara, lembaga pemerintah, dan organisasi non pemerintah untuk membantu mereka dalam upaya dekarbonisasi.
Klien terkemuka meliputi Allianz, Ernst & Young, Danone, dan masih banyak lagi. CarbonEthics juga menjalin kolaborasi strategis di tingkat internasional, nasional dan lokal, seperti dengan Form International, Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia dan Transjakarta.
Hingga kini, CarbonEthics menyelesaikan studi pra-kelayakan proyek karbon untuk lebih dari 4.200.000 hektar lahan dengan potensi proyek karbon lebih dari 1 juta ton CO2e/tahun karbon terverifikasi.
Selain itu, CarbonEthics menanam sekitar 288.000 biota—bakau, lamun, rumput laut, dan karang.
CarbonEthics bermitra dengan lebih dari 300 bisnis dan institusi, memberi manfaat kepada 284 anggota komunitas lokal yang 22 persen di antaranya adalah perempuan.
Atas dampak itu, CarbonEthics meraih sejumlah penghargaan bergengsi. Perusahaan ini menerima penghargaan Initiative of The Year di ajang Indonesia Social Responsibility Awards (ISRA) 2024, diakui sebagai Top 3 Most Impactful Start-Ups di program NINJA oleh Japan International Cooperation Agency (JICA), menjadi finalis B20 Sustainability Awards 4.0 oleh Swiss Chamber of Commerce, dan berbagai penghargaan lainnya.
Dengan putaran pendanaan yang diperoleh, CarbonEthics akan meningkatkan portofolionya melalui ekspansi proyek karbon dan merekrut pakar teknis untuk melayani kebutuhan kliennya dengan lebih baik.
Pada 2030, CarbonEthics berambisi dapat melindungi dan memulihkan 8 juta hektar lahan, sekaligus menciptakan ekonomi berkelanjutan bagi lebih dari 50.000 penerima manfaat yang berasal dari komunitas lokal dan mengembangkan keanekaragaman hayati.
"Banyak perusahaan menyadari urgensi mengatasi dampak iklim. Indonesia merupakan mata rantai penting dalam rantai pasokan berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan lokal dan global, yang mencakup segala hal mulai dari restorasi hutan dan pesisir hingga sumber energi terbarukan," kata Patrick Yip, Mitra Pendiri, Intudo Ventures.
"Melalui solusi karbon yang didukung teknologi, CarbonEthics membantu lembaga mencapai komitmen karbon mereka sekaligus menciptakan dampak komersial dan mendukung mata pencaharian masyarakat lokal. Kami senang dapat mendukung tim CarbonEthics dalam perjalanan ini," lanjutnya.
Investasi ini menandai putaran pendanaan eksternal kedua untuk CarbonEthics.
Pada 2023, CarbonEthics memperoleh pendanaan awal sebesar 220 ribu dolar AS dari Spiral Ventures dan Ecoxyztem.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Mencapai net-zero emissions tidak hanya penting untuk menjaga planet dan menjaga ekonomi global dari meningkatnya risiko iklim, tetapi juga membuka jalan baru untuk pertumbuhan dan inovasi," kata Co-Founder dan CEO CarbonEthics Agung Bimo Listyanu dalam keterangannya, Rabu.
"Kami mengundang lebih banyak mitra untuk bergabung dengan kami dalam mengakselerasi aksi iklim yang berdampak positif, membuka peluang investasi yang signifikan, dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang menguntungkan baik bagi manusia maupun planet ini," katanya.
CarbonEthics menyelesaikan putaran pendanaan awal sebesar 2,1 juta dolar AS dengan dukungan investor utama Intudo Ventures dan sejumlah angel investor strategis.
CarbonEthics memulai perjalanannya pada Mei 2019 berawal dari membangun kapasitas dalam rehabilitasi ekosistem karbon biru. Saat ini mereka memperluas cakupannya ke lahan gambut dan ekosistem hijau.
Melalui Natural Climate Solutions (NCS), CarbonEthics mengintegrasikan aspek lingkungan dan ekonomi untuk memulihkan ekosistem alam, sehingga dapat membantu perusahaan atau institusi dalam dekarbonisasi juga menciptakan sumber pendapatan baru yang berkelanjutan.
CarbonEthics berusaha memperbaiki hutan yang rusak menjadi hutan yang terlindungi dengan memadukan pendekatan akar rumput dan teknologi. Mereka bekerja sama dengan berbagai kolaborator untuk mengembangkan proyek bersama guna memenuhi sasaran mitigasi perubahan iklim, mulai dari perencanaan dan studi kelayakan hingga implementasi dan pemantauan, yang juga memajukan dampak sosial secara langsung dengan meningkatkan mata pencaharian mitra masyarakat setempat dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
CarbonEthics menawarkan tiga solusi utama yakni, pertama, Proyek Karbon Berbasis Alam atau Nature-based carbon project: melindungi ekosistem untuk menyerap karbon, meningkatkan penghidupan masyarakat, dan menjaga keanekaragaman hayati.
Kedua, Penanaman Pohon: mendukung upaya rehabilitasi ekosistem, dengan fokus pada ekosistem karbon biru; dan ketiga, Konsultasi Karbon: menawarkan konsultasi ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) dan konsultasi terkait kebijakan untuk membantu klien memenuhi target pengurangan karbon dan mengikuti peraturan yang berlaku.
Salah satu layanan paling menonjol yang diberikan CarbonEthics adalah pendekatan komprehensif untuk Proyek Karbon Berbasis Alam.
Pendekatan tersebut mencakup metrik “CCB”—Carbon, Community, dan Biodiversity. Proyek-proyek yang dikembangkan CarbonEthics dirancang untuk memberikan manfaat yang terukur di ketiga area tersebut.
CarbonEthics berasal dari Indonesia, salah satu negara dengan sumber ekosistem hijau dan biru terbesar dan terpenting yang ada di bumi. Beroperasi di jantung Asia Tenggara, CarbonEthics memanfaatkan kawasan yang diproyeksikan akan menyediakan sekitar 30 persen pasokan karbon dunia pada 2030 melalui Natural Climate Solutions (NCS).
CarbonEthics dipimpin Bimo Soewadji (Chief Executive Officer); Jessica Novia (Chief Impact Officer); dan Innandya Kusumawardhani (Chief Operating Officer). Mereka pertama kali bertemu di One Young World Summit di Belanda pada 2018, yang saat itu merupakan perwakilan dari perusahaan masing-masing.
Menyadari tanggung jawab bersama untuk mengakselerasi aksi iklim, ketiganya mendirikan CarbonEthics.
CarbonEtics bermitra dengan berbagai pemangku kepentingan dari perusahaan multinasional, badan usaha milik negara, lembaga pemerintah, dan organisasi non pemerintah untuk membantu mereka dalam upaya dekarbonisasi.
Klien terkemuka meliputi Allianz, Ernst & Young, Danone, dan masih banyak lagi. CarbonEthics juga menjalin kolaborasi strategis di tingkat internasional, nasional dan lokal, seperti dengan Form International, Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia dan Transjakarta.
Hingga kini, CarbonEthics menyelesaikan studi pra-kelayakan proyek karbon untuk lebih dari 4.200.000 hektar lahan dengan potensi proyek karbon lebih dari 1 juta ton CO2e/tahun karbon terverifikasi.
Selain itu, CarbonEthics menanam sekitar 288.000 biota—bakau, lamun, rumput laut, dan karang.
CarbonEthics bermitra dengan lebih dari 300 bisnis dan institusi, memberi manfaat kepada 284 anggota komunitas lokal yang 22 persen di antaranya adalah perempuan.
Atas dampak itu, CarbonEthics meraih sejumlah penghargaan bergengsi. Perusahaan ini menerima penghargaan Initiative of The Year di ajang Indonesia Social Responsibility Awards (ISRA) 2024, diakui sebagai Top 3 Most Impactful Start-Ups di program NINJA oleh Japan International Cooperation Agency (JICA), menjadi finalis B20 Sustainability Awards 4.0 oleh Swiss Chamber of Commerce, dan berbagai penghargaan lainnya.
Dengan putaran pendanaan yang diperoleh, CarbonEthics akan meningkatkan portofolionya melalui ekspansi proyek karbon dan merekrut pakar teknis untuk melayani kebutuhan kliennya dengan lebih baik.
Pada 2030, CarbonEthics berambisi dapat melindungi dan memulihkan 8 juta hektar lahan, sekaligus menciptakan ekonomi berkelanjutan bagi lebih dari 50.000 penerima manfaat yang berasal dari komunitas lokal dan mengembangkan keanekaragaman hayati.
"Banyak perusahaan menyadari urgensi mengatasi dampak iklim. Indonesia merupakan mata rantai penting dalam rantai pasokan berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan lokal dan global, yang mencakup segala hal mulai dari restorasi hutan dan pesisir hingga sumber energi terbarukan," kata Patrick Yip, Mitra Pendiri, Intudo Ventures.
"Melalui solusi karbon yang didukung teknologi, CarbonEthics membantu lembaga mencapai komitmen karbon mereka sekaligus menciptakan dampak komersial dan mendukung mata pencaharian masyarakat lokal. Kami senang dapat mendukung tim CarbonEthics dalam perjalanan ini," lanjutnya.
Investasi ini menandai putaran pendanaan eksternal kedua untuk CarbonEthics.
Pada 2023, CarbonEthics memperoleh pendanaan awal sebesar 220 ribu dolar AS dari Spiral Ventures dan Ecoxyztem.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024