Bogor (Antara Megapolitan) - Sepuluh tahun lalu mungkin ketersediaan big data atau data besar belum terbayangkan. Data itu bisa berupa informasi, gambar, angka, grafik, peta, dan sebagainya.

Kini ketersediaan data informasi yang besar sangat mungkin. Belum lagi kecepatan, tingkat besarnya,  tingkat kompleksitas yang terstruktur amat mudah diakses siapa saja.

Guru Besar Departemen Statistik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian  Bogor (FMIPA-IPB), Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc mengatakan ketersediaan big data yang berisi berbagai potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan informasi Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat mungkin dikumpulkan dan dikelola.

Apalagi saat ini sudah ada cloud technology information. Teknologi yang dapat menampung dan menyimpan data besar.

“Indonesia patut bersyukur diberikan karunia Allah kekayaan sumberdaya alam luar biasa. Kekayaan alam ini tidak  ditemukan dan diberikan Allah ke semua daerah. Bila big data ini dianalisis oleh para ahli statistika tentu akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah produk dan kesejahteraan rakyat khususnya petani,” ujar Prof. Asep.


Prof. Asep menyayangkan ekspor komoditas pertanian Indonesia masih banyak berupa bahan mentah (raw material). Bahan mentah ini kemudian diolah  di luar negeri menjadi produk hilir yang nantinya diimpor Indonesia. Nilai tambah itu hanya dirasakan masyarakat luar negeri, bukan petani Indonesia.


Dengan mengananisis big data yang dikumpulkan berdasarkan kebutuhan pasar, potensi budidaya, industri pangan dan berbagai faktor lain, para ahli statistika bisa memetakan informasi berdasarkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

Prof. Asep mencontohkan  para ahli statistika dapat menganalisis big data komoditas pisang dari mulai asal daerah sentra penghasil di seluruh Indonesia, pengetahuan cara mengolah pisang agar bernilai tambah, ketersediaan, keadaan pasar, industri pangan dan sebagainya.

 
Lebih lanjut Prof. Asep mengatakan, hasil analisis para ahli statistik tersebut kemudian dimasukkan dalam suatu program aplikasi teknologi sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan petani pisang.

“Kita bisa mencontoh owner Go Jek. Dia sebenarnya  memiliki modal atau aset yang  terbatas, namun dapat menghasilkan uang banyak dengan memanfaatkan aplikasi teknologi untuk menghubungkan pemilik jasa dan pelanggannya. Di situlah pemiliknya mendapatkan penghasilan yang besar. Kecanggihan program aplikasi teknologi ditambah hasil analisis big data dari para ahli statistik sangat mungkin dapat diaplikasikan di bidang pertanian,” jelas Prof. Asep.

Dengan menganalisis big data itu pula sumberdaya alam Indonesia dapat dikelola dengan baik dan bisa menjadi negara kaya raya.

Namun karena tidak adanya pemanfaatan big data secara optimal, Indonesia dikuasai negara asing yang mempunyai  sumberdaya manusia unggul dan teknologi canggih.


Tentu saja, menurut Prof. Asep, perlu dukungan pemerintah dalam pengumpulan, pengelolaan dan analisis big data untuk pembangunan nasional.

“Pemerintah dapat bekerjasama dengan para peneliti di perguruan tinggi, balai dan lembaga penelitian untuk mengerjakan hal tersebut. Sebagai awalan, pemerintah dapat menetapkan tema riset dasar berkaitan hal tersebut,” jelasnya.

Pewarta: Jurnalis IPB

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017