Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Negeri Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Maluku, mengembangkan produk sirop dan wine Tomi-tomi (Flacourtia inermis, Roxb).
"Buah tomi tomi saat ini menjadi buah langka, tetapi di Negeri Rutong terus ditanam dan berkembang agar tidak hanya dijadikan pelengkap bumbu dapur karena rasanya asam, tetapi dikembangkan menjadi produk bernilai jual tinggi," kata salah satu pelaku UMKM Negeri Rutong Butje Telapary, Selasa (3/9).
Ia mengatakan, buah tomi-tomi diolah dengan metode fermentasi menjadi minuman beralkohol dengan kadar satu persen, dan dikemas dalam botol.
Sedangkan untuk diolah menjadi sirop, buah tomi-tomi diiris, kemudian direbus untuk mendapatkan sari buah dan ditambahkan bahan alami yakni kayu manis.
"Buah tomi-tomi kami olah menjadi wine yang memiliki kadar alkohol satu persen, sedangkan sirop Tomi-tomi rasanya segar dan manis alami," katanya pula.
Saat ini produk olahan buah tomi-tomi dijual secara terbatas jika ada pelanggan yang memesan, karena pelaku usaha masih terkendala proses izin edar produk.
"Kedua produk ini belum dijual bebas, jika ada yang berminat dapat memesan karena kami masih berproses izin edar di BPOM," katanya pula.
Ia mengakui, saat ini pohon tomi-tomi di Pulau Ambon semakin langka, sehingga masyarakat Negeri Rutong berupaya melakukan penanaman kembali pohon tersebut di lingkungan tempat tinggal masyarakat.
"Upaya yang dilakukan pemerintah negeri dan masyarakat Rutong saat ini adalah melakukan penanaman pohon di sekitar rumah maupun hutan, agar tumbuh subur dan terus dilestarikan," katanya lagi.
Buah ini juga dapat diolah menjadi bahan campuran rujak, manisan, buah kaleng, asinan, dan campuran es buah, karena rasanya yang manis dan asam.
"Kami juga membuat olahan lain dari buah tomi-tomi yakni selai untuk kue dan roti," katanya pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Buah tomi tomi saat ini menjadi buah langka, tetapi di Negeri Rutong terus ditanam dan berkembang agar tidak hanya dijadikan pelengkap bumbu dapur karena rasanya asam, tetapi dikembangkan menjadi produk bernilai jual tinggi," kata salah satu pelaku UMKM Negeri Rutong Butje Telapary, Selasa (3/9).
Ia mengatakan, buah tomi-tomi diolah dengan metode fermentasi menjadi minuman beralkohol dengan kadar satu persen, dan dikemas dalam botol.
Sedangkan untuk diolah menjadi sirop, buah tomi-tomi diiris, kemudian direbus untuk mendapatkan sari buah dan ditambahkan bahan alami yakni kayu manis.
"Buah tomi-tomi kami olah menjadi wine yang memiliki kadar alkohol satu persen, sedangkan sirop Tomi-tomi rasanya segar dan manis alami," katanya pula.
Saat ini produk olahan buah tomi-tomi dijual secara terbatas jika ada pelanggan yang memesan, karena pelaku usaha masih terkendala proses izin edar produk.
"Kedua produk ini belum dijual bebas, jika ada yang berminat dapat memesan karena kami masih berproses izin edar di BPOM," katanya pula.
Ia mengakui, saat ini pohon tomi-tomi di Pulau Ambon semakin langka, sehingga masyarakat Negeri Rutong berupaya melakukan penanaman kembali pohon tersebut di lingkungan tempat tinggal masyarakat.
"Upaya yang dilakukan pemerintah negeri dan masyarakat Rutong saat ini adalah melakukan penanaman pohon di sekitar rumah maupun hutan, agar tumbuh subur dan terus dilestarikan," katanya lagi.
Buah ini juga dapat diolah menjadi bahan campuran rujak, manisan, buah kaleng, asinan, dan campuran es buah, karena rasanya yang manis dan asam.
"Kami juga membuat olahan lain dari buah tomi-tomi yakni selai untuk kue dan roti," katanya pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024