Purwakarta (Antara Megapolitan) - Pengasuh Pondok Pesantren Daarul Ma`arif Kiai Sofyan Yahya menilai Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi sebagai sosok yang bisa menjadi rujukan mengenai persoalan budaya Sunda.

"Dulu kalau bicara kesundaan, rujukannya pasti almarhum Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya," katanya di sela-sela Forum Silaturahim Guru Ngaji se-Jabar di Pondok Pesantren Daarul Ma`arif Bandung, Sabtu.

Menurut dia, sekarang Dedi Mulyadi bisa rujukan jika bicara mengenai kesundaan. Itu disampaikan setelah Kiai Sofyan menelaah buku berjudul "Mengayuh Negeri dengan Cinta" yang disusun Dedi Mulyadi.

Inti dari buku tersebut sarat nilai dan konsep tentang kepemimpinan ala Sunda.

Dari sekian banyak "silok" atau perumpamaan yang dihadirkan dalam buku itu, Kiai Sofyan mengaku tertarik dengan konsep "samara pawon" atau bumbu dapur.

Konsep tersebut dinilai sebagai konsep kekinian sebab segala persoalan bangsa diselesaikan di belakang (dapur), tanpa menimbulkan kegaduhan.

"Saya pernah membaca buku Kang Dedi, itu luar biasa, permasalahan cukup diselesaikan di dapur, di belakang, tidak usah dibawa ke jalan. Sehingga tidak gaduh, tidak ribut," katanya.

Dalam acara yang dihadiri Ketua Umum MUI Pusat Kiai Ma`ruf Amin dan Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikamus Salafiyah Kiai Adang Badrudin, Bupati Purwakarta didaulat untuk menyampaikan pandangannya tentang dunia pesantren.

Dedi mengatakan, pesantren merupakan sebuah entitas yang mampu mengajarkan kemandirian sehingga tidak menjadikan para santri berpangku tangan kepada orang lain.

"Pesantren itu kuat, mengajarkan kemandirian, mandiri pangan, mandiri sandang, mandiri papan. Peternakan, pertanian dan perkebunan mampu hidup di dunia pesantren. Inilah nilai-nilai pesantren yang harus diterjemahkan menjadi kebijakan para pemimpin," kata dia.

Pewarta: M. Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017