Depok (Antara Megapolitan) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPA) menyatakan kekerasan terhadap anak-anak masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
"Untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya kasus-kasus anak, dibutuhkan komitmen bersama untuk melindungi anak, baik pemerintah, masyarakat dan orangtua," kata Asisten Deputi Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat dan Pornografi, Kemen-PPPA, Valentina Ginting dalam Safari Ramadhan melalui kampanye Bersama Lindungi Anak (Berlian) di Pondok Pesantren Nurruzahroh Depok, Kamis.
Ia mengatakan tujuan dari kampanye tersebut adalah untuk memberikan pemahaman kepada para santri tentang perlindungan dan pemenuhan hak anak sebagaimana diamanatkan dalam UU No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
"Seluruh elemen masyarakat harus menjamin dan melindungi anak agar hak-haknya dapat tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal," katanya.
Jika anak bangsa tidak dilindungi, katanya, maka dikhawatirkan bangsa akan rusak karena tidak mempunyai pemimpin yang bijaksana dan berkualitas baik.
Lebih lanjut ia mengatakan anak yang terjerumus dalam persoalan pornografi juga cukup memprihatinkan. Hasil Pemetaan Pornografi Online yang dilakukan oleh KPPPA tahun 2016, ditemukan fakta bahwa dari 1.747 pemberitaan news online selama bulan September-November 2016, jumlah pemberitaan tertinggi yaitu Pencabulan (135 pemberitaan).
Selanjutnya Kekerasan Seksual (122 pemberitaan), menyusul Perkosaan (88 pemberitaan), Sodomi (19 pemberitaan) dan Pedofilia (11 pemberitaan). Kemudian dari media sosial Twitter, ditemukan fakta bahwa selama bulan September-November 2016 rata-rata jumlah perbincangan pornografi sekitar 20 ribuan tweet perhari, dengan 14,5 persen nya adalah terkait pornografi anak dengan konten berupa link image dan video yang menampilkan anak.
Untuk itu, kata dia, peran serta pendidik juga sangat penting dalam mencegah terjadinya kekerasan. Komunikasi yang positif perlu dibangun antara pendidik dan murid sehingga murid dapat secara terbuka berkonsultasi dengan para pendidik, dan tidak menjadi pelaku atau korban kekerasan khususnya di lembaga pendidikan. Anak-anak semua harus aktif menjadi pelopor dan pelapor bagi sesamanya.
"Kami berharap di bulan suci Ramadhan ini khususnya para santri maupun guru pembimbing juga dapat menambah pengetahuan tentang hak, kewajiban, dan bagaimana anak memberikan pemahaman perlindungan terhadap dirinya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya kasus-kasus anak, dibutuhkan komitmen bersama untuk melindungi anak, baik pemerintah, masyarakat dan orangtua," kata Asisten Deputi Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat dan Pornografi, Kemen-PPPA, Valentina Ginting dalam Safari Ramadhan melalui kampanye Bersama Lindungi Anak (Berlian) di Pondok Pesantren Nurruzahroh Depok, Kamis.
Ia mengatakan tujuan dari kampanye tersebut adalah untuk memberikan pemahaman kepada para santri tentang perlindungan dan pemenuhan hak anak sebagaimana diamanatkan dalam UU No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
"Seluruh elemen masyarakat harus menjamin dan melindungi anak agar hak-haknya dapat tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal," katanya.
Jika anak bangsa tidak dilindungi, katanya, maka dikhawatirkan bangsa akan rusak karena tidak mempunyai pemimpin yang bijaksana dan berkualitas baik.
Lebih lanjut ia mengatakan anak yang terjerumus dalam persoalan pornografi juga cukup memprihatinkan. Hasil Pemetaan Pornografi Online yang dilakukan oleh KPPPA tahun 2016, ditemukan fakta bahwa dari 1.747 pemberitaan news online selama bulan September-November 2016, jumlah pemberitaan tertinggi yaitu Pencabulan (135 pemberitaan).
Selanjutnya Kekerasan Seksual (122 pemberitaan), menyusul Perkosaan (88 pemberitaan), Sodomi (19 pemberitaan) dan Pedofilia (11 pemberitaan). Kemudian dari media sosial Twitter, ditemukan fakta bahwa selama bulan September-November 2016 rata-rata jumlah perbincangan pornografi sekitar 20 ribuan tweet perhari, dengan 14,5 persen nya adalah terkait pornografi anak dengan konten berupa link image dan video yang menampilkan anak.
Untuk itu, kata dia, peran serta pendidik juga sangat penting dalam mencegah terjadinya kekerasan. Komunikasi yang positif perlu dibangun antara pendidik dan murid sehingga murid dapat secara terbuka berkonsultasi dengan para pendidik, dan tidak menjadi pelaku atau korban kekerasan khususnya di lembaga pendidikan. Anak-anak semua harus aktif menjadi pelopor dan pelapor bagi sesamanya.
"Kami berharap di bulan suci Ramadhan ini khususnya para santri maupun guru pembimbing juga dapat menambah pengetahuan tentang hak, kewajiban, dan bagaimana anak memberikan pemahaman perlindungan terhadap dirinya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017