Lima mahasiswa Geologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) yang tergabung Tim Tsunami Terintegrasi (TSUSI) meraih juara pertama kompetisi ilmu kebumian internasional, Youth Program Competition yaitu pre-event dari The 5th Geotourism Festival and International Conference.

Kelimanya yaitu M Badhar Gibran, Abigail Priskila, Marlina Tjendra, Rifqy Fadhillah Maulana, dan Salsa Bila Putri Maharani, berhasil mengalahkan 160 peserta yang tidak hanya berasal dari universitas di Indonesia, namun juga universitas di Malaysia dan Prancis.

Dekan FMIPA UI Prof Dede Djuhana di Kampus UI Depok, Senin, mengatakan inovasi yang diperkenalkan oleh Tim TSUSI tidak hanya berfokus pada peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, tetapi juga menunjukkan pentingnya integrasi antara teknologi pemantauan terkini dengan upaya konservasi di kawasan geowisata.

Baca juga: Tiga mahasiswa UI raih juara di international Youthpreneur Competition

“Inovasi ini tidak hanya memberikan perlindungan yang lebih baik bagi masyarakat dan wisatawan di kawasan Geopark Ujung Kulon, namun sekaligus menunjukkan komitmen kami untuk menggabungkan keunggulan teknologi, dengan pemahaman ilmiah yang mendalam tentang pentingnya aspek keselamatan, serta pelestarian lingkungan dalam konteks geowisata,” ujarnya. 

Tim TSUSI merancang inovasi revolusioner guna memperkuat mitigasi dan penanggulangan bencana, khususnya tsunami vulkanik, dengan judul "Skema Sistem Pemantauan Tsunami Vulkanik Terpadu Gunung Api Krakatau untuk Mitigasi Bencana di Wilayah Geowisata: Sebuah Usulan”.

Gunung Api Krakatau dan Geopark Ujung Kulon merupakan dua kawasan yang saling berhubungan. Secara geografis Geopark Ujung Kulon merupakan wilayah yang terletak di sebelah barat laut Krakatau, sehingga memungkinkan pengaruh langsung dari letusan dan aktivitas vulkanik yang terjadi di Krakatau.

Hal tersebut telah dibuktikan dengan adanya endapan hasil tsunami vulkanik di daerah Geopark Ujung Kulon. Keterkaitan antara Gunung Krakatau dan Geopark Ujung Kulon menunjukkan pentingnya memahami dan merencanakan mitigasi bencana tsunami vulkanik yang mungkin akan terjadi kembali.

Baca juga: Mahasiswa UI raih juara pertama Duta Bahasa Jawa Barat

Untuk itu, lanjutnya, diperlukan skema baru sistem pemantauan tsunami vulkanik terpadu Gunung Api Krakatau, salah satunya lewat penginderaan jauh dengan membuat peta identifikasi kerawanan bencana yang dipadu dengan data kondisi batimetri dan persebaran arah aliran lahar untuk membuktikan asumsi bahwa Geopark Ujung Kulon rawan terhadap tsunami atau tsunami vulkanik.

“Ide rancangan ini bermula dari melihat kondisi salah satu geopark yang ada di Indonesia yaitu Geopark Ujung Kulon di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Geopark ini berpotensi besar mengalami tsunami vulkanik yang disebabkan oleh Gunung Anak Krakatau,” ujar Ketua Tim M Badhar Gibran.

Penelitian ini menggunakan metode pemantauan dengan memanfaatkan enam parameter yang akan menghasilkan tiga peta zona kerawanan, yaitu peta batimetri yang berasal dari data kondisi batimetri, peta aliran lahar yang berasal dari data persebaran arah aliran lahar, dan peta zona rawan tsunami yang berasal dari data kemiringan lereng, ketinggian, jarak dari sungai, dan garis pantai.

Hasil penelitian tersebut kemudian melahirkan suatu gagasan skema pemantauan bahaya tsunami vulkanik Gunung Krakatau, yang diharapkan dapat menjadi upaya preservasi Geopark Ujung Kulon.

Baca juga: Mahasiswa magister UI raih juara 1 lomba poster Sardjito Learning Forum

Selanjutnya dilakukan pula pengolahan data penginderaan jauh untuk menghasilkan peta batimetri, persebaran arah aliran, dan zona rawan tsunami.

“Dibutuhkan pengembangan sistem pemantauan tsunami vulkanik, di Gunung Krakatau, yang lebih komprehensif sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan sistem pemantauan tsunami vulkanik yang terpadu,” ujar Gibran.

Lebih lanjut Gibran memaparkan data kemiringan lereng, ketinggian, jarak dari sungai, dan garis pantai kemudian dimodelkan menggunakan pendekatan Analytics Hirarcies Process (AHP) dan menghasilkan peta yang menampilkan rentang zona potensi rawan tsunami yang terdiri dari zona sangat rawan, rawan, dan tidak rawan. Berdasarkan peta tersebut, zona dengan potensi rawan tsunami kemudian diberikan rekomendasi mitigasi bencana.

Inovasi dalam pemantauan bencana alam memungkinkan untuk lebih siap menghadapi ancaman bencana, sekaligus menjaga dan melestarikan keindahan alam.

"Kami berharap usulan ini dapat ditindaklanjuti oleh para pengelola geopark, khususnya Geopark Ujungkulon. Kami berencana untuk menjajaki kerja sama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk dapat mengembangkan skema ini menjadi salah satu bagian dalam upaya mitigasi bencana tsunami vulkanik di Indonesia," kata Gibran.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024