Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, berupaya menurunkan angka potensi keluarga risiko stunting di wilayahnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah saat sosialisasi percepatan pengentasan stunting di Kelurahan Cilendek Barat, Selasa, mengatakan dari total 2.300 anak stunting, saat ini masih ada 1.800 anak stunting yang menjadi PR Pemkot Bogor.
“Tapi kita juga punya potensi keluarga risiko stunting. Jadi ini kita turunkan, tapi kita juga berupaya menjaga ini supaya ini tidak bertambah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Syarifah menyampaikan dari dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat, hanya sembilan kabupaten/kota yang angka stuntingnya turun, termasuk Kota Bogor.
Sedangkan pada target nasional, angka prevalensi stunting dinaikkan dari 14 persen menjadi 18 persen, karena semua daerah pada umumnya belum bisa mencapai angka 14 persen.
“Untuk Kota Bogor pun juga dari 18,7 persen turun (menjadi) 18,2 persen, kita turun 0,5 persen. Nah, kita gencarkan lagi, kita turunkan kemudian keluarga risiko stunting tidak bertambah lagi,” ucapnya.
Bunda Peduli Stunting yang juga istri Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor, Windhy Wuryaning Tyas, menjelaskan dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi juga rendahnya kemampuan anak untuk belajar, dan munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak.
“Maka dalam rangka pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini dimulai dari calon ibu dan ayah,” ucapnya.
Dalam upaya mendukung program pencegahan dan penurunan stunting, ia menyebut, Pemkot Bogor mengadakan sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat para ketua RW, RT, Kader PKK dan Posyandu melalui Pemberian Makanan Tambahan Lokal (PMT).
“Serangkaian kegiatan yang telah dilakukan oleh posyandu siklus hidup di antaranya pemeriksaan kesehatan ibu hamil, balita, ibu menyusui, remaja, dan lansia meliputi pemeriksaan HB, berat badan, tinggi badan, dan penyuluhan kesehatan,” ucapnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024