Bogor (Antara Megapolitan) - Lima mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB mendirikan Sekolah Siaga Dini untuk meningkatkan peran perempuan dalam keluarga dan peningkatan taraf ekonomi serta mengatasi pernikahan dini.

"Sekolah Siaga Dini sudah dimulai sejak Maret 2017 lalu berlokasi di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kota Bogor," kata Novan Aji ketua tim Sekolah Siaga Dini di Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Novan menjelaskan, tingginya angka pernikahan dini di Indonesia umumnya, dan Jawa Barat khususnya menjadi latar belakang berdirinya Sekolah Siaga Dini.

Data dari Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Indonesia tahun 2015 menyebutkan, Indonesia berada di peringkat kedua di kawasan Asia Tenggara dengan angka pernikahan dini yakni sekitar dua juta dari 7,3 juta perempuan Indonesia di bawah umur 15 tahun.

Untuk Jawa Barat menempati urutan keenam dari 33 provinsi dengan angka pernikahan dini. Salah satunya Kabupaten Bogor dengan usia pernikahan dini paling tinggi.

Selain itu, penelitian Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen FEMA IPB tahun 2015 menemukan fakta bahwa salah satu desa di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor memiliki angka pernikahan rata-rata 17 tahun.

"Di Desa Tegalwaru sebagian besar keluarganya menikah usia dini," katanya.

Ia menjelaskan, pernikahan di usia muda akan menimbulkan masalah, baik secara fisiologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Begitu juga yang terjadi pada keluarga pasangan menikah usia dini di Desa Tegalwaru.

Warga Desa Tegalwaru banyak yang menikah di bawah tujuh belas tahun. Karena belum cukup umur, pernikahan mereka hanya di bawah tangan (nikah siri), belum sah secara negara. Akhirnya banyak suami yang menelantarkan istri, dan istri tidak bisa menuntut secara hukum.

"Banyak pasangan yang mengalami kasus kekerasan dalam rumah tangga, ditinggal pergi sang suami, dan kondisi perekonomian keluarganya rendah," kata Novan.

Sekolah Siaga Dini merupakan sekolah informal yang dibentuk mahasiswa IPB untuk mengatasi masalah akibat pernikahan usia dini. Yakni, sekolah ibu dan keluarga untuk pasangan menikah usia dini.

"Sekolah ini didirikan untuk membantu ibu-ibu dalam meningkatkan pemahaman ilmu tentang keluarga dan peningkatan taraf ekonomi," katanya.

Dia menjelaskan, kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Sekolah Siaga Dini melibatkan keluarga pasangan menikah usia dini terutama dari ibu-ibu menikah usia muda yang ada di Desa Tegalwaru.

Program tersebut disambut baik oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan ramainya ibu-ibu mengikuti sekolah yang diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu di PAUD dukuh Cikarawang Desa Tegalwaru.

"Ibu PKK terlibat secara aktif dalam program ini. Bahkan susunan kelembagaan sekolah banyak diisi oleh kader PKK, dari jabatan kepala sekolah hingga staf pengelola," katanya.

Sekolah Siaga Dini rutin dilakukan setiap minggunya adalah kegiatan belajar ilmu keluarga, training motivasi, pelatihan ekonomi, stimulasi anak dan kegiatan dengan bapak-bapak.

Pada setiap pertemuan, konsumsi berupa produk kue-kue secara kreatif dibuat para ibu. Ibu-ibu juga dilatih untuk memasarkan produk-produk desa melalui website dan soscial media.

Menurut Novan, tujuan utama program ini adalah untuk meningkatkan peran dan fungsi ibu dalam keluarga, peningkatan ekonomi keluarga, dan optimalisasi peran penggerak PKK di masyarakat.

"Ke depannya program ini akan diajukan kepada Dinas DP3APKB Kabupaten Bogor sebagai program rutin desa," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017