Penjabat Wali Kota Sukabumi, Jawa Barat, Kusmana Hartadji mengatakan salah satu upaya paling efektif mengendalikan inflasi di daerah khususnya di wilayahnya dengan memperkuat ketersediaan dan stabilisasi harga pangan.
"Ketersediaan dan harga pangan merupakan salah satu indikator yang paling mempengaruhi inflasi, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo saat rapat koordinasi nasional (rakornas) pengendalian inflasi beberapa hari lalu, ketersediaan dan stabilisasi harga pangan menjadi pembahasan utama dalam kegiatan yang dilakukan secara daring itu," katanya di Sukabumi, Jumat.
Menurut Kusmana, dari hasil pantauan terhadap ketersediaan dan harga pangan yang dijual di pasar-pasar tradisional hingga saat ini masih mencukupi hingga beberapa bulan ke depan dan harganya pun stabil serta pasokan lancar, namun dirinya tidak secara rinci berapa persediaan beras saat ini.
Baca juga: Pj Wali Kota: Inflasi di Kota Sukabumi awal 2024 masih stabil
Harus diakui, Kota Sukabumi bukan merupakan daerah penghasil pangan khususnya beras karena keterbatasan lahan, namun untuk produktivitas gabah kering giling (GKG) setiap hektare cukup tinggi yakni rata-rata mencapai 7-8 ton. Di mana lahan pertanian produktif saat ini 1.295 hektare.
Selain itu, untuk produksi beras rata-rata setiap tahunnya mencapai 12 ribu atau hanya bisa memenuhi sekitar 30 persen kebutuhan masyarakat yang mencapai 37 ribu ton/tahun.
Akan tetapi, Kota Sukabumi tidak pernah mengalami kekurangan apalagi sampai terjadi kelangkaan beras, karena diimbangi oleh pasokan dari berbagai daerah penghasil pangan utama ini seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur dan beberapa daerah lainnya.
Baca juga: Pj Wali Kota Sukabumi imbau jajarannya waspadai peningkatan inflasi pada awal 2024
Namun demikian, sesuai instruksi Presiden Jokowi, setiap daerah harus mewaspadai terjadinya dampak perubahan iklim apalagi diprediksi ancaman kekeringan terjadi Juli yang dipengaruhi oleh kemarau dan El Nino yang berdampak terhadap stabilitas produksi pangan sehingga memicu naiknya angka inflasi.
"Sejak dini kami sudah melakukan antisipasi terhadap ancaman kekeringan, seperti melakukan rakor dengan instansi terkait, perbaikan sarana pertanian baik saluran irigasi maupun pompanisasi dan berkoordinasi dengan daerah penghasil pangan," tambahnya.
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka inflasi Kota Sukabumi pada Mei 2024 yakni 2,52 persen atau masih berada di bawah angka inflasi nasional sebesar 2,84 persen. Akan tetapi, setiap pergerakan angka harus menjadi perhatian jangan sampai meningkat apalagi melambung karena dampaknya besar bagi masyarakat.
Baca juga: Kota Sukabumi gelar Gerakan Pangan Murah untuk stabilkan pasokan dan harga
Namun demikian, untuk mengendalikan angka inflasi, Pemkot Sukabumi tidak bisa bekerja sendiri tetapi harus didukung dan dibantu oleh seluruh pihak termasuk masyarakat, salah satunya tidak melakukan aksi borong yang bisa memicu berkurangnya persediaan pangan dan imbasnya harga menjadi naik.
Kusmana mengimbau kepada warga untuk tidak panik, karena pemerintah baik pusat, provinsi maupun kota terus berupaya untuk menekan angka inflasi dan menjamin ketersediaan pangan serta menjaga kestabilan harga.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Ketersediaan dan harga pangan merupakan salah satu indikator yang paling mempengaruhi inflasi, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo saat rapat koordinasi nasional (rakornas) pengendalian inflasi beberapa hari lalu, ketersediaan dan stabilisasi harga pangan menjadi pembahasan utama dalam kegiatan yang dilakukan secara daring itu," katanya di Sukabumi, Jumat.
Menurut Kusmana, dari hasil pantauan terhadap ketersediaan dan harga pangan yang dijual di pasar-pasar tradisional hingga saat ini masih mencukupi hingga beberapa bulan ke depan dan harganya pun stabil serta pasokan lancar, namun dirinya tidak secara rinci berapa persediaan beras saat ini.
Baca juga: Pj Wali Kota: Inflasi di Kota Sukabumi awal 2024 masih stabil
Harus diakui, Kota Sukabumi bukan merupakan daerah penghasil pangan khususnya beras karena keterbatasan lahan, namun untuk produktivitas gabah kering giling (GKG) setiap hektare cukup tinggi yakni rata-rata mencapai 7-8 ton. Di mana lahan pertanian produktif saat ini 1.295 hektare.
Selain itu, untuk produksi beras rata-rata setiap tahunnya mencapai 12 ribu atau hanya bisa memenuhi sekitar 30 persen kebutuhan masyarakat yang mencapai 37 ribu ton/tahun.
Akan tetapi, Kota Sukabumi tidak pernah mengalami kekurangan apalagi sampai terjadi kelangkaan beras, karena diimbangi oleh pasokan dari berbagai daerah penghasil pangan utama ini seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur dan beberapa daerah lainnya.
Baca juga: Pj Wali Kota Sukabumi imbau jajarannya waspadai peningkatan inflasi pada awal 2024
Namun demikian, sesuai instruksi Presiden Jokowi, setiap daerah harus mewaspadai terjadinya dampak perubahan iklim apalagi diprediksi ancaman kekeringan terjadi Juli yang dipengaruhi oleh kemarau dan El Nino yang berdampak terhadap stabilitas produksi pangan sehingga memicu naiknya angka inflasi.
"Sejak dini kami sudah melakukan antisipasi terhadap ancaman kekeringan, seperti melakukan rakor dengan instansi terkait, perbaikan sarana pertanian baik saluran irigasi maupun pompanisasi dan berkoordinasi dengan daerah penghasil pangan," tambahnya.
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka inflasi Kota Sukabumi pada Mei 2024 yakni 2,52 persen atau masih berada di bawah angka inflasi nasional sebesar 2,84 persen. Akan tetapi, setiap pergerakan angka harus menjadi perhatian jangan sampai meningkat apalagi melambung karena dampaknya besar bagi masyarakat.
Baca juga: Kota Sukabumi gelar Gerakan Pangan Murah untuk stabilkan pasokan dan harga
Namun demikian, untuk mengendalikan angka inflasi, Pemkot Sukabumi tidak bisa bekerja sendiri tetapi harus didukung dan dibantu oleh seluruh pihak termasuk masyarakat, salah satunya tidak melakukan aksi borong yang bisa memicu berkurangnya persediaan pangan dan imbasnya harga menjadi naik.
Kusmana mengimbau kepada warga untuk tidak panik, karena pemerintah baik pusat, provinsi maupun kota terus berupaya untuk menekan angka inflasi dan menjamin ketersediaan pangan serta menjaga kestabilan harga.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024