Jakarta (Antara Megapolitan) - Koresponden senior dari Finlandia Rauli Virtanen mengatakan "deadline" (batas waktu) menjadi tantangan yang utama dalam menyajikan peliputan konflik yang berimbang.

"Saat ini di era digital, wartawan yang bertugas di lapangan dituntut untuk melaporkan peristiwa secara cepat. Mereka diminta untuk melaporkan konflik yang terjadi secara 'online' (daring)," ujar Rauli Virtanen dalam kegiatan "World Press Freedom Day 2017" di Jakarta, Kamis.

Untuk menghasilkan liputan konflik yang berkualitas dan berimbang, lanjutnya, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit.

"Kalau para wartawan tidak dikejar deadline, mereka dapat melakukan wawancara-wawancara secara menyeluruh kepada kedua belah pihak yang bertikai, masyarakat yang menjadi korban, dan seterusnya," tuturnya.

Ketersediaan dana, pemahaman bahasa serta budaya wilayah konflik menjadi modal utama bagi wartawan yang meliput konflik.

"Pada waktu saya meliput perang Vietnam kami tidak dikejar oleh deadline serta tidak ada penyensoran. Tim kami memiliki logistik yang cukup selama liputan. Kami pun bekerja sama dengan orang lokal untuk memahami bahasa maupun budaya," ujarnya.

Produser Radio Dario, media independen Nikaragua, Monique Blanco mengatakan sangat sulit melakukan peliputan dengan baik ketika dikejar "deadline".

Akibatnya, lanjut dia, ada media yang menampilkam informasi tanpa verifikasi faktanya.

"Jurnalis dituntut selalu melakukan liputan secepat mungkin, tapi itu tidak akurat, tidak sesuai dengan fakta. Akibatnya berita tersebut tidak kredibel," kata dia.

Di era digital, lanjutnya, wartawan harus sadar bahwa berita tersebut tidak pernah hilang. Berita yang muncul pada hari ini, maka berita itu akan ada sepanjang masa.

Sementara itu, Direktur Polish Institute of Reportage Wojciech Tochman mengatakan harus lebih banyak waktu maupun ruang untuk menghadirkan jurnalisme berkualitas.

"Saya percaya masih memungkinkan jurnalisme berkualitas. Kalau kita ingin melakukan dengan baik maka harus lebih banyak waktu dan ruang di koran. Saat ini liputan yang panjang itu sudah tidak ada lagi di koran," imbuhnya.

Jurnalis, lanjutnya, cenderung menulis reportase lengkap dan proses liputan di buku. (Ant).

Pewarta: Azis Kurmala

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017