Jakarta (Antara Megapolitan) - Tiga mahasiswi Fakultas Teknologi Informasi Universitas YARSI, yakni Yulia Zahra Yamini, Rahmawati dan Elsita Yusera melakukan penelitian pengaruh sindrom Fear Of Missing Out (FOMO) pada pengunjung perpustakaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Serpong.

"Pertanyaan kami kala itu adalah seberapa jauh dampak dari sindrom FOMO dikalangan pengunjung perpustakaan Islam Cendikia Madani. Ternyata sama sekali tidak diketemukan sindrome FOMO di kalangan pelajar tersebut," kata Ketua Kelompok Penelitian, Yulia Zahra Yamini dalam keterangan tertulisnya, Selasa.

Yulia dalam penelitian ini didampingi pembimbing penelitian Pranajaya S.IPI.,M.Hum, dosen Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Teknologi Informasi Universitas YARSI Jakarta.

FOMO adalah kekhawatiran atau ketakutan ketinggalan berita di internet atau jejaring sosial.

Menurut Yulia, penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada perkembangan media sosial yang begitu pesat. Bahkan, banyak orang menyalahgunakan media sosial. FOMO sendiri merupakan fobia baru di kalangan internet dan media sosial.

"FOMO juga sering disebut sebagai rasa khawatir jika melihat orang lain terlihat lebih bahagia dan merasakan kepuasan yang lebih besar dari yang mereka rasakan. Hal ini diyakini merupakan salah satu dampak dari perkembangan sosial media yang cukup pesat," ujarnya.

Kemudian, kata Yulia, para peneliti kemudian bersepakat untuk membahas dampak FOMO terhadap para pelajar khususnya pada pengunjung perpustakaan MAN Insan Cendekia Serpong.

"Dari penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran yaitu berupa gambaran tentang dampak negatif Sindrom FOMO terhadap para pelajar," katanya.

Hal senada dikatakan oleh Rahmawati yang mengatakan dampak negatif dari sindrom FOMO adalah membuat penggunanya terlalu terpaku pada media sosial, kurangnya berinteraksi dengan Orang disekitarnya, kurangnya sosialisasi, kecanduan, terlupakannya bahasa formal, depresi dan ketakutan yang luar biasa hanya karena tidak melihat sosial media.

Dalam melakukan penelitian menggunakan metode deskriftif dengan menggunakan sejumlah kuisioner yang dibagikan kepada para responden. Responden dalam hubungan ini ialah para pelajar yang menjadi pengunjung perpustakaan MAN Insan Cendekia Serpong. Dari populasi tersebut di ambil sampel sebanyak 30 orang.

Rahmawati menambahkan, penelitian dilakukan di Perpustakaan MAN Insan Cendekia Serpong selama hampir tiga bulan, dari Maret sampai Mei 2016.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan dan mengisi kuesioner tentang sikap remaja terhadap fenomena media sosial dan gadget kepada 30 responden pengunjung perpustakaan di MAN Insan Cendekia Serpong. Angket diisi oleh 30 responden yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.

Berdasarkan quisioner yang diisi oleh siswa-siswi pengunjung perputakaan, syndrome FOMO atau lebih dikenal kecanduan internet untuk siswa-siswi MAN Insan Cendekia Serpong tidak berpengaruh dikarenakan peraturan tidak diizinkan membawa handphone sehingga mambatasi ruang bagi siswa-siswi untuk terkena syndrome FOMO.

Di tempat sama, Elsita menegaskan sindrom FOMO tidak akan berpengaruh terhadap siswa di lembaga pendidikan berupa asrama pondok pesantren yang memiliki aturan mengikat, tidak mengizinkan setiap siswanya membawa telepon genggam.

"MAN Insan Cendekia Serpong ini memiliki aturan-aturan yang mengikat dan wajib ditaati oleh peserta didiknya," katanya.

Salah satu peraturannya adalah siswa dan siswi tidak diizinkan membawa telepon genggam. Kegiatan memegang telepon genggam hanya dilakukan siswa-siswinya saat sedang berada di rumah.

Sehingga para siswa tidak banyak terpaku pada telepon genggam ketika sedang berada di lingkungan asrama. Pikiran mereka pun dapat terfokus hanya untuk belajar.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017