Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan laju kasus dengue di Indonesia meningkat dua kali lipat lebih pada Maret 2024 bila dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.
"Memang kalau kita bandingkan 2023 dengan 2024 terjadi peningkatan kasus dengue yang tadinya 15 ribu kasus menjadi 35 ribu," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Dilansir dari laporan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kemenkes, tren laju kasus dimulai sejak akhir Februari 2024 yang semula berkisar 15.977 kasus.
Lima kabupaten/kota dengan laju kasus tertinggi dilaporkan dari Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak.
Baca juga: Dokter: Serangan DBD untuk kedua kali berisiko lebih berat
Baca juga: Dinas Kesehatan Bogor catat 1.555 kasus DBD sejak awal 2023
Nadia mengatakan angka kasus saat ini juga diiringi insiden kematian. "Angka kematian juga meningkat, tapi memang tidak sebesar peningkatan kasus dengue," katanya.
Hingga pekan ke delapan tahun ini, Ditjen P2P melaporkan sebanyak 124 pasien dengue dilaporkan meninggal dunia.
Nadia mengatakan faktor pemanasan global, termasuk El Nino yang belakangan ini melanda Indonesia memicu kemunculan dengue di tengah masyarakat.
"Karena ada El Nino pergeseran dari musim kemarau yang memanjang menjadi musim hujan, makanya demam berdarah terjadi peningkatan," katanya.
Baca juga: UGM: Bakteri Wolbachia hanya dapat hidup di dalam sel tubuh serangga
Menurut Nadia, cuaca panas juga menyebabkan siklus hidup nyamuk sejak dalam telur hingga dewasa tumbuh lebih cepat.
Nadia memperkirakan kenaikan kasus dengue masih akan terus berlangsung hingga masa puncak di April 2024.
Upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian dengue di antaranya melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN), 3M plus, hingga gerakan satu rumah satu Jumantik.
Selain itu masyarakat juga diimbau menanam tanaman pengusir nyamuk hingga memelihara ikan pemakan jentik nyamuk pada genangan air yang rawan pertumbuhan nyamuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Memang kalau kita bandingkan 2023 dengan 2024 terjadi peningkatan kasus dengue yang tadinya 15 ribu kasus menjadi 35 ribu," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Dilansir dari laporan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kemenkes, tren laju kasus dimulai sejak akhir Februari 2024 yang semula berkisar 15.977 kasus.
Lima kabupaten/kota dengan laju kasus tertinggi dilaporkan dari Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak.
Baca juga: Dokter: Serangan DBD untuk kedua kali berisiko lebih berat
Baca juga: Dinas Kesehatan Bogor catat 1.555 kasus DBD sejak awal 2023
Nadia mengatakan angka kasus saat ini juga diiringi insiden kematian. "Angka kematian juga meningkat, tapi memang tidak sebesar peningkatan kasus dengue," katanya.
Hingga pekan ke delapan tahun ini, Ditjen P2P melaporkan sebanyak 124 pasien dengue dilaporkan meninggal dunia.
Nadia mengatakan faktor pemanasan global, termasuk El Nino yang belakangan ini melanda Indonesia memicu kemunculan dengue di tengah masyarakat.
"Karena ada El Nino pergeseran dari musim kemarau yang memanjang menjadi musim hujan, makanya demam berdarah terjadi peningkatan," katanya.
Baca juga: UGM: Bakteri Wolbachia hanya dapat hidup di dalam sel tubuh serangga
Menurut Nadia, cuaca panas juga menyebabkan siklus hidup nyamuk sejak dalam telur hingga dewasa tumbuh lebih cepat.
Nadia memperkirakan kenaikan kasus dengue masih akan terus berlangsung hingga masa puncak di April 2024.
Upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian dengue di antaranya melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN), 3M plus, hingga gerakan satu rumah satu Jumantik.
Selain itu masyarakat juga diimbau menanam tanaman pengusir nyamuk hingga memelihara ikan pemakan jentik nyamuk pada genangan air yang rawan pertumbuhan nyamuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024