Jerman baru-baru ini meluncurkan uji coba 4 hari kerja dalam seminggu selama 6 bulan yang akan membuat karyawan 45 perusahaan di seluruh negara itu bekerja sehari lebih sedikit dalam sepekan dengan gaji yang sama.
Inisiatif tersebut dipimpin oleh konsultan sumber daya Intraprenor yang bermarkas di Berlin, bersama dengan kolaborasi organisasi nirlaba 4 Day Week Global (4DWG).
Jan Buhren dari Intraprenor mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu bahwa krisis ekonomi di Jerman menyebabkan perubahan di pasar tenaga kerja sehingga perlu dilakukannya eksperimen empat hari kerja dalam sepekan.
"Kami melihat perubahan di pasar tenaga kerja, perubahan permintaan tenaga kerja, kami melihat semacam krisis ekonomi di mana-mana, terutama di Jerman dan Eropa, dan hal ini memerlukan cara berpikir baru dalam bekerja," kata Buhren.
Selama setahun terakhir, Jerman telah menyaksikan serentetan pemogokan pekerja sektor publik di seluruh negeri yang menuntut upah lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik.
Mereka yang mendukung pekan kerja yang lebih pendek berharap bahwa bekerja 4 hari dalam seminggu akan membuat pekerja lebih bahagia dan produktif pada saat Jerman sedang berkutat dengan pertumbuhan produktivitas yang lebih lambat dan kekurangan tenaga kerja.
Baca juga: Nikaragua adukan Jerman ke ICJ, dituding "memfasilitasi" genosida di Gaza
Buhren menambahkan, "Kami telah melihat bahwa mereka (staf) menjadi sangat kreatif dan menemukan cara untuk melenturkan cara bekerja dan waktu yang mereka habiskan untuk bekerja sehingga kerja 4 hari bukan sembarangan kerja 4 hari. Ada sekitar 12 mode berbeda yang yang telah kami lihat sejauh ini."
Produktivitas menjadi pertanyaan besar dari eksperimen tersebut setelah mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu sebesar 105,20 poin pada November 2017, produktivitas Jerman terus menurun, menurut data dari Deutsche Bundesbank, meskipun produktivitas itu masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara besar lainnya di Eropa.
Menurut para pendukung sistem 4 hari kerja dalam sepekan, mengurangi 1 hari kerja dalam seminggu akan meningkatkan kesejahteraan dan motivasi pekerja sehingga membuat mereka lebih produktif.
Buhren menambahkan bahwa lonjakan motivasi tersebut juga terlihat di industri yang mengalami kekurangan tenaga terampil atau staf.
"Industri sudah mengalami kekurangan pekerja, hampir menjadi paradoks untuk mengatakan, apakah Anda ingin bekerja lebih sedikit?" kata Buhren.
Baca juga: Jerman kritik pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan serukan solusi konflik dua negara
"Jadi, meskipun perusahaan-perusahaan ini menawarkan cara baru dalam mengerahkan tenaga kerja mereka, hal ini sebenarnya berfungsi sebagai insentif, sebagai branding perusahaan. Di sinilah perusahaan meningkatkan nilai merek mereka dan oleh karena itu melihat peningkatan 300 persen dalam lamaran kerja yang dikirimkan kepada mereka."
Bekerja dengan jam kerja yang lebih sedikit per pekan juga meyakinkan mereka yang tidak bersedia bekerja seminggu penuh untuk memasuki dunia kerja sehingga membantu mengurangi kekurangan tenaga kerja yang saat ini melanda Jerman.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Inisiatif tersebut dipimpin oleh konsultan sumber daya Intraprenor yang bermarkas di Berlin, bersama dengan kolaborasi organisasi nirlaba 4 Day Week Global (4DWG).
Jan Buhren dari Intraprenor mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu bahwa krisis ekonomi di Jerman menyebabkan perubahan di pasar tenaga kerja sehingga perlu dilakukannya eksperimen empat hari kerja dalam sepekan.
"Kami melihat perubahan di pasar tenaga kerja, perubahan permintaan tenaga kerja, kami melihat semacam krisis ekonomi di mana-mana, terutama di Jerman dan Eropa, dan hal ini memerlukan cara berpikir baru dalam bekerja," kata Buhren.
Selama setahun terakhir, Jerman telah menyaksikan serentetan pemogokan pekerja sektor publik di seluruh negeri yang menuntut upah lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik.
Mereka yang mendukung pekan kerja yang lebih pendek berharap bahwa bekerja 4 hari dalam seminggu akan membuat pekerja lebih bahagia dan produktif pada saat Jerman sedang berkutat dengan pertumbuhan produktivitas yang lebih lambat dan kekurangan tenaga kerja.
Baca juga: Nikaragua adukan Jerman ke ICJ, dituding "memfasilitasi" genosida di Gaza
Buhren menambahkan, "Kami telah melihat bahwa mereka (staf) menjadi sangat kreatif dan menemukan cara untuk melenturkan cara bekerja dan waktu yang mereka habiskan untuk bekerja sehingga kerja 4 hari bukan sembarangan kerja 4 hari. Ada sekitar 12 mode berbeda yang yang telah kami lihat sejauh ini."
Produktivitas menjadi pertanyaan besar dari eksperimen tersebut setelah mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu sebesar 105,20 poin pada November 2017, produktivitas Jerman terus menurun, menurut data dari Deutsche Bundesbank, meskipun produktivitas itu masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara besar lainnya di Eropa.
Menurut para pendukung sistem 4 hari kerja dalam sepekan, mengurangi 1 hari kerja dalam seminggu akan meningkatkan kesejahteraan dan motivasi pekerja sehingga membuat mereka lebih produktif.
Buhren menambahkan bahwa lonjakan motivasi tersebut juga terlihat di industri yang mengalami kekurangan tenaga terampil atau staf.
"Industri sudah mengalami kekurangan pekerja, hampir menjadi paradoks untuk mengatakan, apakah Anda ingin bekerja lebih sedikit?" kata Buhren.
Baca juga: Jerman kritik pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan serukan solusi konflik dua negara
"Jadi, meskipun perusahaan-perusahaan ini menawarkan cara baru dalam mengerahkan tenaga kerja mereka, hal ini sebenarnya berfungsi sebagai insentif, sebagai branding perusahaan. Di sinilah perusahaan meningkatkan nilai merek mereka dan oleh karena itu melihat peningkatan 300 persen dalam lamaran kerja yang dikirimkan kepada mereka."
Bekerja dengan jam kerja yang lebih sedikit per pekan juga meyakinkan mereka yang tidak bersedia bekerja seminggu penuh untuk memasuki dunia kerja sehingga membantu mengurangi kekurangan tenaga kerja yang saat ini melanda Jerman.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024