Pemerintah menargetkan menurunkan angka kasus stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024, dan salah satu elemen strategis untuk mencapai target itu adalah adanya kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu).
Ketua Tim pengabdian Masyarakat (Pengmas) Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Wahyu Kurnia Yusrin Putra di Depok, Sabtu, mengatakan untuk itu perlu kegiatan peningkatan literasi kader posyandu.
Dikatakannya, beberapa kegiatan posyandu yang sejalan dengan pencegahan stunting adalah konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri dan ibu hamil, edukasi pemberian ASI eksklusif bagi bayi 0-6 bulan.
Baca juga: FKM UI: Satu dari empat remaja putri Indonesia alami anemia
Selain itu juga pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang kaya protein hewani bagi baduta (anak di bawah dua tahun), tata laksana balita dengan masalah gizi, imunisasi, dan edukasi gizi bagi remaja, ibu hamil, dan keluarga.
Lokasi pengabdian masyarakat FKM UI didasarkan pada hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, di mana angka stunting di Provinsi Banten mencapai 24,5 persen, sementara Kabupaten Lebak termasuk dalam zona kuning dengan angka stunting sebesar 26,2 persen.
Kecamatan Kalanganyar memiliki komitmen kuat untuk membantu percepatan penurunan angka stunting di wilayah Kabupaten Lebak, termasuk salah satunya adalah peningkatan kapasitas dan literasi kader Posyandu.
Baca juga: FKM UI ciptakan permainan "Nutrition Impact" untuk edukasi stunting
"Kita tahu bahwa salah satu kunci keberhasilan penanganan stunting berawal dari deteksi dini kasus dan edukasi pencegahan oleh para kader Posyandu," katanya.
Oleh karenanya, menjadi penting untuk terus meningkatkan literasi dan berbagi pengalaman dengan para kader agar posyandu menjadi semakin berdaya dan efektif dalam mencegah dan menangani kasus stunting.
"Para kader juga perlu mengetahui bahwa anak yang stunting juga berpeluang besar untuk mengalami anemia, karena pangan hewani yang seringkali kurang dikonsumsi anak stunting juga merupakan sumber zat besi," ujar Wahyu.
Baca juga: UI resmikan Learning Center PDRC dan Stunting Resource Center FKM
Kegiatan pengmas terbagi menjadi dua sesi, yakni pada sesi pertama para kader dibagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan analisis data hasil penimbangan dan pengukuran tinggi badan balita.
Sesi kedua adalah penyampaian poin-poin penguatan, seperti penyebab utama stunting, kaitan stunting dan anemia, pengaturan makanan untuk mencegah stunting dan anemia.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Ketua Tim pengabdian Masyarakat (Pengmas) Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Wahyu Kurnia Yusrin Putra di Depok, Sabtu, mengatakan untuk itu perlu kegiatan peningkatan literasi kader posyandu.
Dikatakannya, beberapa kegiatan posyandu yang sejalan dengan pencegahan stunting adalah konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri dan ibu hamil, edukasi pemberian ASI eksklusif bagi bayi 0-6 bulan.
Baca juga: FKM UI: Satu dari empat remaja putri Indonesia alami anemia
Selain itu juga pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang kaya protein hewani bagi baduta (anak di bawah dua tahun), tata laksana balita dengan masalah gizi, imunisasi, dan edukasi gizi bagi remaja, ibu hamil, dan keluarga.
Lokasi pengabdian masyarakat FKM UI didasarkan pada hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, di mana angka stunting di Provinsi Banten mencapai 24,5 persen, sementara Kabupaten Lebak termasuk dalam zona kuning dengan angka stunting sebesar 26,2 persen.
Kecamatan Kalanganyar memiliki komitmen kuat untuk membantu percepatan penurunan angka stunting di wilayah Kabupaten Lebak, termasuk salah satunya adalah peningkatan kapasitas dan literasi kader Posyandu.
Baca juga: FKM UI ciptakan permainan "Nutrition Impact" untuk edukasi stunting
"Kita tahu bahwa salah satu kunci keberhasilan penanganan stunting berawal dari deteksi dini kasus dan edukasi pencegahan oleh para kader Posyandu," katanya.
Oleh karenanya, menjadi penting untuk terus meningkatkan literasi dan berbagi pengalaman dengan para kader agar posyandu menjadi semakin berdaya dan efektif dalam mencegah dan menangani kasus stunting.
"Para kader juga perlu mengetahui bahwa anak yang stunting juga berpeluang besar untuk mengalami anemia, karena pangan hewani yang seringkali kurang dikonsumsi anak stunting juga merupakan sumber zat besi," ujar Wahyu.
Baca juga: UI resmikan Learning Center PDRC dan Stunting Resource Center FKM
Kegiatan pengmas terbagi menjadi dua sesi, yakni pada sesi pertama para kader dibagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan analisis data hasil penimbangan dan pengukuran tinggi badan balita.
Sesi kedua adalah penyampaian poin-poin penguatan, seperti penyebab utama stunting, kaitan stunting dan anemia, pengaturan makanan untuk mencegah stunting dan anemia.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023