Salah satu dari warisan sejarah Nusantara yang masyhur adalah candi, di mana hingga kini jejak dan bangunan fisiknya masih bisa dilihat dan dinikmati.

Sebut saja Candi Prambanan, yang berada di perbatasan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng).

Candi ini dibangun sekitar pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Kuno.

Komplek Candi Prambanan merupakan area candi Hindu terbesar di Indonesia.

Lalu, Candi Borobudur, yang terletak di Kabupaten Magelang, Jateng dan dikenal sebagai candi Budha terbesar di Indonesia bahkan dunia, yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke-9, pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra.

Candi Prambanan dan Candi Borobudur adalah warisan budaya  Indonesia yang telah masuk dalam deretan warisan budaya yang sudah ditetapkan dan diakui secara internasional melalui Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 1991.

Tidak hanya ditemukan di Pulau Jawa -- di mana jumlah candi cukup banyak, khususnya di Jateng dan Jawa Timur (Jatim) -- candi bercorak peninggalan masa kerajaan Hindu dan Budha juga ditemukan di wilayah Sumatera.

Di Provinsi Jambi, terdapar Candi Kedaton yang masuk dalam Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi.

Kemudian, ada Candi Muara Takus yang berada di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Sedangkan di Pulau Bali, juga terdapat Candi Gunung Kawi.

Bila dirujuk lebih jauh, masih banyak candi dan situs purbakala yang belum ditemukan atau belum diidentifikasi secara resmi di Indonesia.

Pada 2-8 Desember 2013 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Pemuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar pameran bertajuk "Kisah Negeri 1001 Candi".

Panitia kala itu menyatakan tidak dapat ditentukan jumlah candi yang pasti di seluruh Nusantara, sehingga dengan tema itu tentunya ada lebih dari sebanyak 1.000 candi.

Hingga kini masih banyak upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan yang terus dilakukan demi melestarikan candi-candi di Indonesia.


Menggagas "Candi Darling"

Bangunan candi banyak menyimpan nilai-nilai luhur di balik keindahan arsitekturalnya. Melalui pahatan relief di dinding candi yang mengandung cerita, terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai inilah yang perlu dimanfaatkan untuk membentuk jati diri sebagai bangsa yang besar.

Selaras dengan upaya pelestarian candi-candi itu, Djarum Foundation menggagas program Candi Sadar Lingkungan (Candi Darling) sebagai bagian kegiatan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF).

Gerakan pelestarian lingkungan perdana dilakukan di kawasan Candi Prambanan di perbatasan Kabupaten Sleman, DIY dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Rabu (26/6) 2019, dengan menanam ratusan pohon dan ribuan semak berbunga.

Penghijauan yang dikemas dalam program gerakan Candi Sadar Lingkungan atau "Candi Darling" itu adalah kolaborasi bersama antara Bakti Lingkungan Djarum Foundation dengan PT Taman Wisata Candi (TWC) Candi Prambanan dan Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY.

"Candi Darling" merupakan program pelestarian lingkungan dari gerakan Siap Darling yang digagas BLDF, setelah sebelumnya --dan hingga kini masih berjalan-- mencuatkan program kegiatan menanam pohon trembesi melalui Pohon Djarum untuk Kehidupan (Djarum Trees for Life/(DFTL), yang juga menyasar kegiatan lingkungan, berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta para pihak terkait lainnya, seperti pemerintah daerah (pemda) dan lainnya.

Program penghijauan dengan penanaman pohon di candi-candi dan situs sejarah di seluruh Indonesia itu, menurut Vice President Djarum Foundation, FX Supanji, ditargetkan rampung pada 2025.

Sekitar 250 pohon dan 5.000 semak berbunga yang terdiri atas 25 varietas ditanam menyebar di kawasan kompleks Candi Prambanan.

Sebanyak empat candi utama di kompleks itu, yakni Candi Roro Jonggrang, Candi Sewu, Candi Lumbung, dan Candi Bubrah itu, ditanami aneka pepohonan dan semak berbunga.

Beberapa pohon yang ditanam di lingkungan Candi Prambanan, di antaranya pulai (Alstonia scholaris), tanjung (Mimusops elengi), sawo kecik (Manilkara kauki), tanaman bo (bodhi), nagasari (Mesua ferrea L), kepel (Stelechocarpus burahol), keben ( Barringtonia asiatica), dan maja (Aegle marmelas (L.) Correa).

Dalam program pelestarian tersebut generasi milenial, khususnya mahasiswa dan pelajar -- yang bergabung sebagai "Darling Squad" -- dilibatkan dalam kegiatan penanaman pohon secara langsung.

"Jadi, tidak sekadar peduli saja, namun ikut terlibat langsung dalam aksi nyata, bergerak bersama dan mengejar mimpi masa depan dengan tanpa menambah jejak-jejak kerusakan pada bumi," kata FX Supandji.

Sejak diluncurkan pada Juni 2019 dengan menanam pohon di sejumlah candi dan tempat sejarah, kegiatan yang pada Juni 2020 sudah berlangsung setahun, menurut Direktur Komunikasi Djarum Foundation Mutiara Asmara, total tumbuhan dan pohon yang ditanam mencapai 11.653 pohon dari 45 jenis pohon/tanaman.

Pada lokakarya dan temu wicara virtual peringatan satu tahun "Candi Darling" bertajuk "Darling From Home" di Jakarta, Sabtu (27/6) 2020, ia menyebut dalam kurun waktu hingga Juni 2020 aksi "Candi Darling" berhasil menggandeng lebih dari 1.200 mahasiswa.

Mereka terdaftar di sebanyak 238 kampus di Indonesia untuk ikut dalam gerakan menanam pohon.

Semua tumbuhan yang ditanah pada program tersebut dihasilkan dari Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) BLDF yang terletak di Kudus, Jateng.

Aksi terakhir dilakukan Rabu (23/8) 2023, di mana sebanyak 11.920 pohon dan semak ditanam untuk menghijaukan Kawacan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Penghijauan ini dilakukan oleh 200 orang mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Provinsi Jambi, yang tergabung dalam gerakan Siap Darling oleh BLDF.


Berikan keteduhan

Apresiasi atas program BLDF yang menggagas penghijauan di candi-candi di Tanah Air diapresiasi Ketua Unit Kerja Situs Ratu Boko dan Candi Ijo Balai Pelestarian Budaya DIY, Tri Hartini.

"Gerakan penghijauan dalam wujud nyata merawat situs-situs cagar budaya ini bisa memberikan pengaruh yang baik bagi generasi muda dan masyarakat luas," katanya.

Selain akan mempercantik wilayah situs Ratu Boko dan Candi Ijo, gerakan tersebut diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk semakin mencintai lingkungan dan juga sekaligus mempelajari warisan sejarah yang ada di Indonesia.

Sedangkan bagi General Manager (GM) BUMN PT Taman Wisata Candi (TWC) Unit Ratu Boko, Wiharjanto menambahkan peninggalan sejarah Ratu Boko kini juga sudah menjadi ikon pariwisata, yang juga digemari generasi milenial, yang saat senja hari berbondong-bondong datang ke situs Ratu Boko untuk berburu "sunset".

Fenonema "sunset" itu mendongkrak kunjungan wisata di Yogyakarta, khususnya di situs Ratu Boko, di mana total kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara pada 2018 sebanyak 306.338 orang yang didominasi anak muda.

Lokasi situs kompleks Ratu Boko seluas 250 ribu meter persegi itu seringkali suhu udaranya panas sehingga dengan penghijauan itu diharapkan akan memberikan suasana lebih teduh.

Simpulan dari Direktur Program BLDF Mutiara Dyah Asmara kegiatan itu secara secara prinsip memang memadukan antara kegiatan konservasi lingkungan dengan penanaman pohon dan agenda "heritage" (warisan) sejarah-kebudayaan.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya, perujuk pada laporan the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), menyebutkan bahwa pada tahun 2011-2020, suhu permukaan global sudah meningkat rata-rata 1,09 derajat Celcius, dengan kenaikan suhu di permukaan daratan sebesar 1,5 derajat Celcius dan di permukaan lautan sebesar 0,89 derajat Celcius.

Jika tidak dilakukan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang besar pada tahun 2020-2050, suhu tersebut akan terus meningkat mencapai 2,1 derajat sampai 3,5 derajat Celcius pada skenario intermediate.

Penurunan emisi GRK mencegah kenaikan suhu bumi tak lebih dari 1,5 derajat Celcius sangat ditentukan oleh upaya-upaya penurunan GRK yang ambisius dalam rentang tahun 2020-2030.

Melihat ancaman serius dan nyata adanya tentang perubahan iklim itu, walaupun dalam skala upaya kecil, maka program menanam di area candi dan situs purbakala adalah sebuah keniscayaan yang mesti dilakukan guna menyelamatkan bumi.

Pewarta: Andy Jauhari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023