Bogor (Antara Megapolitan) - Mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB menawarkan konsep Kota Bogor menuju kota yang sensitif air atau "water seitive city" melalui hasil kajian manajemen kawasan sepadan Sungai Ciliwung.

"Seperti biasa setiap akhir semester, mahasiswa senantiasa menyampaikan hasil kajiannya kepada Pemerintah Kota Bogor, tahun ini topiknya `urban water` dengan konsep kota yang sensitif terhadap air," kata Prof Hadi Susilo Arifin, dosen pembimbing Mahasiswa Arsitektur Lanskap dalam publikasi hasil kajian di Balai Kota, Senin.

Hadi menjelaskan, ada dua topik kajian yang dilakukan mahasiswanya, yakni revitalisasi Pulo Geulis dan "River Front Delta" untuk menjadikan salah satu ikon baru Kota Bogor.

Kajian ini berangkat dari persoalan yang terjadi saat ini, krisis air dan ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk di kota. Bogor sebagai salah satu kota besar di Indonesia termasuk dalam kota dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut hasil kajian, pendekatan konsep "water sensitive city" dalam penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka merupakan upaya meningkatkan kualitas fungsi ekologi, sosial budaya dan estetika pada ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru di Kota Bogor.

"`Water sensitive city` memiliki kekuatan fokus pada penghargaan dan aktualisasi diri secara sosial, dapat menjadi kontributor kuat pada pertumbuhan kebutuhan sosial," kata Hadi.

Hadi menambahkan, kajian yang dilakukan mahasiswanya didukung oleh riset-riset yang sedang berjalan di bawah manajemen Australia Indonesia Centre (AIC) sejak awal tahun 2016.

Tapak kajian kasus pengembangan kawasan ekologi menuju Bogor sebagai kota sensitif air adalah Pulo Geulis di sebelah selatan Kebun Raya Bogor dan sempadan Sungai Ciliwung yang berada di timur Kebun Raya Bogor.

Tujuan kajian tersebut merevitalisasi lanskap Pulo Geulis dan mengusulkan pembuatan "promanade" di sisi Sungai Ciliwung yang melintas di Kenun Raya Bogor.

"Harapan kami kajian ini menjadi kontribusi IPB bagi pembangunan di Kota Bogor," katanya.

Dalam kajian tersebut, mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB menyampaikan secara detil gagasan hipotetisnya mulai dari potensi dan kendala yang ditemukan, alternatif solusi, penataan sepadan Sungai Ciliwung Kebun Raya Bogor meliputi pembuatan "promenade", "net trash trap", pertunjukkan kesenian budaya dan aksi kegiatan bersih Sungai Ciliwung.

Mahasiswa juga menyusun rencana anggaran biaya untuk setiap alternatif solusi yang disarankan berupa anggaran secara kasar atau umum. Untuk membangun rumah susun dalam rangka revitalisasi Pulo Geulis diperlukan biaya Rp73.626.660.000 dan pembangunan promenade sebesar Rp5.705.207.196.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengapresiasi kajian yang dilakukan oleh Mahasiswa Arsitektur Lanskap Kota Bogor yang secara rutin setiap tahunnya menyampaikan gagasannya untuk membantu pembangunan kota.

"Apa yang dirancang mahasiswa IPB sejalan dengan impian Kota Bogor menjadi kota yang ramah lingkungan dan bersih dari sampah di sepadan sungai," kata Bima.

Bima sangat menyukai gagasan pembuatan "promenade" di pinggir Sungai Ciliwung, yang sejak awal sudah dirancang olehnya untuk menjadikan sungai sarana transportasi masyarakat baik dalam berwisata.

"Ada tiga hal yang menjadi catatan kita terkait gagasan ini, adalah alokasi anggaran, sosial budaya dan keamanan, karena Sungai Ciliwung juga membelah Istana Bogor, faktor keamanan juga perlu diperhatikan," katanya . 

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017