Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi mencatat penyebaran penyakit Tuberkolosis (TBC) di daerah itu pada periode Januari-September 2023 mencapai 10.000 kasus, atau tertinggi keempat se-Provinsi Jawa Barat (Jabar).
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Ahmad Nurfalah mengatakan pemerintah daerah (pemda) terus berupaya menekan laju pertumbuhan kasus TBC di wilayahnya.
"Berkaitan dengan insiden kasus kurang lebih ada 10 ribu, kemudian yang sudah dilakukan intervensi kurang lebih 65 persen sekitar 6 ribuan. Dari insiden kasus saat ini setengahnya sudah diintervensi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi," katanya di Cikarang, Minggu.
Baca juga: Bekasi gelar skrining-rontgen dada gratis berantas Tuberkulosis
Dia mengatakan langkah awal menekan angka kasus TBC dilakukan melalui penetrasi skema dari pintu ke pintu. Petugas mendatangi secara langsung pasien berstatus bergejala TBC di kediaman mereka untuk diskrining.
Hasil skrining itu, lanjutnya, menentukan langkah berikutnya. Ketika memenuhi kriteria saat pengambilan sampel dahak, petugas kemudian melanjutkan dengan tahapan pemeriksaan menggunakan metode Flow Cytometry (FCM) untuk mendeteksi dan menentukan kondisi secara spesifik.
"Pemeriksaan FCM dilakukan berstatus test pending. Petugas kemudian akan aktif datang ke lokasi penularan," katanya.
Nurfalah mengaku butuh peran semua pihak dalam menangani kasus TBC. Pihaknya selalu berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Daerah, Dinas Sosial, juga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Kemudian komunitas terkait, Ikatan Dokter Indonesia, seluruh puskesmas, serta RSUD.
Baca juga: Dinkes Bekasi catat 4.804 penderita TBC
"Kita menghimpun berbagai komunitas lintas sektor dalam penanganan TBC ini. Karena memang butuh peran semua, termasuk media. Kami juga berterima kasih kepada Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI yang fokus dalam upaya penanganan dan penyebaran penyakit TBC ini," ucapnya.
Sementara itu Manager Jawa Barat Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI Bambang Eko Budiyanto menjelaskan beban terberat kasus TBC di Jawa Barat ada di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung. Sedangkan Kabupaten Bekasi sendiri berada di peringkat keempat.
Menurut dia, penyebab tingginya kasus TBC disebabkan beberapa hal, diantaranya banyak masyarakat masih segan memeriksakan diri saat mengalami gejala batuk berkepanjangan karena takut didiagnosa menderita penyakit TBC.
Baca juga: Waduh, 17 Warga Kota Bekasi Positif Terjangkit TBC
"Kondisi ini membuat petugas kesulitan untuk melakukan deteksi terhadap pemeriksaan kontak erat penderita," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Ahmad Nurfalah mengatakan pemerintah daerah (pemda) terus berupaya menekan laju pertumbuhan kasus TBC di wilayahnya.
"Berkaitan dengan insiden kasus kurang lebih ada 10 ribu, kemudian yang sudah dilakukan intervensi kurang lebih 65 persen sekitar 6 ribuan. Dari insiden kasus saat ini setengahnya sudah diintervensi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi," katanya di Cikarang, Minggu.
Baca juga: Bekasi gelar skrining-rontgen dada gratis berantas Tuberkulosis
Dia mengatakan langkah awal menekan angka kasus TBC dilakukan melalui penetrasi skema dari pintu ke pintu. Petugas mendatangi secara langsung pasien berstatus bergejala TBC di kediaman mereka untuk diskrining.
Hasil skrining itu, lanjutnya, menentukan langkah berikutnya. Ketika memenuhi kriteria saat pengambilan sampel dahak, petugas kemudian melanjutkan dengan tahapan pemeriksaan menggunakan metode Flow Cytometry (FCM) untuk mendeteksi dan menentukan kondisi secara spesifik.
"Pemeriksaan FCM dilakukan berstatus test pending. Petugas kemudian akan aktif datang ke lokasi penularan," katanya.
Nurfalah mengaku butuh peran semua pihak dalam menangani kasus TBC. Pihaknya selalu berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Daerah, Dinas Sosial, juga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Kemudian komunitas terkait, Ikatan Dokter Indonesia, seluruh puskesmas, serta RSUD.
Baca juga: Dinkes Bekasi catat 4.804 penderita TBC
"Kita menghimpun berbagai komunitas lintas sektor dalam penanganan TBC ini. Karena memang butuh peran semua, termasuk media. Kami juga berterima kasih kepada Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI yang fokus dalam upaya penanganan dan penyebaran penyakit TBC ini," ucapnya.
Sementara itu Manager Jawa Barat Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI Bambang Eko Budiyanto menjelaskan beban terberat kasus TBC di Jawa Barat ada di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung. Sedangkan Kabupaten Bekasi sendiri berada di peringkat keempat.
Menurut dia, penyebab tingginya kasus TBC disebabkan beberapa hal, diantaranya banyak masyarakat masih segan memeriksakan diri saat mengalami gejala batuk berkepanjangan karena takut didiagnosa menderita penyakit TBC.
Baca juga: Waduh, 17 Warga Kota Bekasi Positif Terjangkit TBC
"Kondisi ini membuat petugas kesulitan untuk melakukan deteksi terhadap pemeriksaan kontak erat penderita," katanya.
Kemudian penanganan kasus penyebaran penyakit TBC juga masih sektoral, hanya tertumpu di dinas kesehatan saja yang melakukan intervensi. Peran aparatur desa, RT/RW, dan peran-peran sektor lain belum terlibat.
"Karena bukan soal penanganan saja, tapi bagaimana sumber-sumbernya ini baik dari faktor kemiskinan, karena dia huniannya tidak bagus, mata pencaharian kurang, water sanitasi tidak baik, tentu ini butuh peran sektor atau dinas lain untuk mengatasi persoalan ini," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023