Purwakarta (Antara Megapolitan) - Peneliti Sosial Kebebasan Berkeyakinan dan Beragama yang juga Dosen Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, Halili Hasan, menilai Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi cukup berani membangun toleransi di daerahnya.
"Saya salut keberanian seorang Bupati Dedi Mulyadi, yang berani menegakan toleransi di Jawa Barat," katanya, di sela kegiatan Festival Hak Asasi Manusia 2016, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis.
Menurut dia, di antara keberanian Dedi ialah dengan memberikan layanan pendidikan beragama bagi seluruh siswa. Di Indonesia cukup jarang terjadi seorang pemimpin daerah membuka ruang tersebut.
"Langka sekali, makanya saya bilang pak bupati ini berani sekali dengan memberikan ruang bagi siswa untuk beribadah di sekolahnya berdasarkan keyakinannya masing-masing. Ini merupakan bentuk layanan pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh negara," kata dia.
Ia menyatakan, pada dasarnya sikap-sikap intoleran bisa terbentuk dari tiga lingkungan, yakni lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan.
Halili mengaku pernah melakukan peneilitan timbulnya bibit intoleran yang terbangun dari tiga lingkungan tersebut.
"Untuk lingkungan keluarga dan masyarakat saya kira cukup sulit negara meminimalisir. Ini kecerdasan Purwakarta masuk ke dalam lingkungan pendidikan dalam meminimalisir intoleransi. Dengan begitu, sejak dini siswa ditumbuhkan rasa toleransinya dan sedikitnya bisa meminimalisir sikap-sikap intoleran," kata dia.
Upaya meminimalisasi intoleransi di lingkungan pendidikan seperti di Purwakarta layak dicontoh oleh daerah lainnya, karena itu merupakan hal yang positif dalam memupuk persatuan sebagai warga negara.
Purwakarta sendiri melalui inisiasi Bupati Purwakarta Dedi mulyadi, dalam membangun toleransi di daerahnya telah mengeluarkan berbagai kebijakan.
Selain membangun Satgas Toleransi, Surat Edaran Jaminan Beribadah dan Berkeyakinan serta terakhir kebijakan setiap sekolah di Purwakarta memiliki ruang ibadah sesuai keyakinan dan kepercayaan siswanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Saya salut keberanian seorang Bupati Dedi Mulyadi, yang berani menegakan toleransi di Jawa Barat," katanya, di sela kegiatan Festival Hak Asasi Manusia 2016, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis.
Menurut dia, di antara keberanian Dedi ialah dengan memberikan layanan pendidikan beragama bagi seluruh siswa. Di Indonesia cukup jarang terjadi seorang pemimpin daerah membuka ruang tersebut.
"Langka sekali, makanya saya bilang pak bupati ini berani sekali dengan memberikan ruang bagi siswa untuk beribadah di sekolahnya berdasarkan keyakinannya masing-masing. Ini merupakan bentuk layanan pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh negara," kata dia.
Ia menyatakan, pada dasarnya sikap-sikap intoleran bisa terbentuk dari tiga lingkungan, yakni lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan.
Halili mengaku pernah melakukan peneilitan timbulnya bibit intoleran yang terbangun dari tiga lingkungan tersebut.
"Untuk lingkungan keluarga dan masyarakat saya kira cukup sulit negara meminimalisir. Ini kecerdasan Purwakarta masuk ke dalam lingkungan pendidikan dalam meminimalisir intoleransi. Dengan begitu, sejak dini siswa ditumbuhkan rasa toleransinya dan sedikitnya bisa meminimalisir sikap-sikap intoleran," kata dia.
Upaya meminimalisasi intoleransi di lingkungan pendidikan seperti di Purwakarta layak dicontoh oleh daerah lainnya, karena itu merupakan hal yang positif dalam memupuk persatuan sebagai warga negara.
Purwakarta sendiri melalui inisiasi Bupati Purwakarta Dedi mulyadi, dalam membangun toleransi di daerahnya telah mengeluarkan berbagai kebijakan.
Selain membangun Satgas Toleransi, Surat Edaran Jaminan Beribadah dan Berkeyakinan serta terakhir kebijakan setiap sekolah di Purwakarta memiliki ruang ibadah sesuai keyakinan dan kepercayaan siswanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016