Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan Prasasti Nawa Bhakti Satya di puncak Gunung Arjuno Jawa Timur menjadi salah satu spot foto favorit bagi para pendaki yang kemudian diunggah di media sosial.
Karena itu, Gubernur Khofifah melalui keterangan tertulis di Surabaya, Senin, menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya.
"Prasasti Nawa Bhakti Satya menjadi penanda puncak Gunung Arjuno yang setahun lalu dibawa oleh Tim Ekspedisi 77 saat menjalankan misi pengibaran bendera merah putih pada peringatan HUT ke-77 tahun 2022, yang diinisiasi oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jatim," katanya.
Prasasti tersebut kini menjadi ikon pendakian Gunung Arjuno dan telah menjadi daya tarik para pendaki untuk mengabadikan momen kebahagiaan setelah melalui perjalanan pendakian gunung yang cukup melelahkan.
Baca juga: Pendakian Gunung Arjuno jalur Sumber Brantas Batu Jatim ditutup sementara
Tidak sekadar prasasti, Khofifah menjelaskan, tulisan Nawa Bhakti Satya mengandung makna yang sangat berarti bagi masyarakat Jatim.
Nawa Bhakti Satya merupakan sembilan program kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim, yaitu Jatim Sejahtera, Jatim Kerja, Jatim Cerdas dan Sehat, Jatim Akses, Jatim Berkah, Jatim Agro, Jatim Berdaya, Jatim Amanah dan Jatim Harmoni.
"Semoga prasasti ini menjadi lambang masyarakat Jatim menuju puncak kesuksesan melalui program kerja Nawa Bhakti Satya," ujar Mantan Menteri Sosial itu.
Gunung Arjuno yang terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang dan Pasuruan berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo.
Menurut Khofifah, Gunung Arjuno memang menawarkan pemandangan yang indah, maka tak heran banyak pendaki menjadikan sebagai tujuan pendakiannya.
Baca juga: Gunung Bromo jadi objek wisata ikonik dengan Suku Tengger
"Sampai di puncak, kita bisa melihat panorama indah luar biasa, apalagi saat cuaca cerah kita bisa swafoto dengan latar gumpalan awan, jadi seperti negeri di atas awan," ucapnya lagi.
Luasnya hutan yang membentang dan eloknya perbukitan di sekitarnya, bisa menjadi penghilang penatnya pendakian.
Ketika sore keindahan langit saat matahari terbenam juga bisa dinikmati dari puncak "ogal agil" di ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut ini.
Selain menawarkan keindahan, Gunung Arjuno juga merupakan cagar biosfer di kawasan Bromo Tengger Semeru yang telah ditetapkan Unesco tahun 2015.
Gunung tertinggi kedua di Jatim ini juga menyimpan nilai sejarah. Di sepanjang jalur pendakiannya dapat ditemukan berbagai situs bersejarah dan petilasan.
Baca juga: Gunung Liliran di Ngawi bisa berkembang jadi wisata paralayang
Di antaranya Goa Antaboga, Sendang Dewi Kunti, Arca Semar Moksa, Punden dan Arca pertapaan Dewa Wisnu, serta Candi Semilar yang tersusun dari 9 arca penjaga dan 5 arca pandawa.
Gubernur Khofifah berpesan agar para pendaki harus tetap menjaga kebersihan dan keindahan di sana.
Menurutnya, mencintai alam tidak hanya dibuktikan dengan mampu mendaki sampai puncak saja tetapi bagaimana upaya untuk menjaga alam tetap bersih dan lestari.
"Dijaga kebersihannya, jangan mencoreti bebatuan yang ada di sana, tidak membuang sampah sembarangan. Bekal yang kita bawa saat naik ke puncak jangan sampai ada yang tertinggal saat kembali turun. Sisa makanan atau bungkusnya harus kita bawa turun kembali," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Karena itu, Gubernur Khofifah melalui keterangan tertulis di Surabaya, Senin, menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya.
"Prasasti Nawa Bhakti Satya menjadi penanda puncak Gunung Arjuno yang setahun lalu dibawa oleh Tim Ekspedisi 77 saat menjalankan misi pengibaran bendera merah putih pada peringatan HUT ke-77 tahun 2022, yang diinisiasi oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jatim," katanya.
Prasasti tersebut kini menjadi ikon pendakian Gunung Arjuno dan telah menjadi daya tarik para pendaki untuk mengabadikan momen kebahagiaan setelah melalui perjalanan pendakian gunung yang cukup melelahkan.
Baca juga: Pendakian Gunung Arjuno jalur Sumber Brantas Batu Jatim ditutup sementara
Tidak sekadar prasasti, Khofifah menjelaskan, tulisan Nawa Bhakti Satya mengandung makna yang sangat berarti bagi masyarakat Jatim.
Nawa Bhakti Satya merupakan sembilan program kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim, yaitu Jatim Sejahtera, Jatim Kerja, Jatim Cerdas dan Sehat, Jatim Akses, Jatim Berkah, Jatim Agro, Jatim Berdaya, Jatim Amanah dan Jatim Harmoni.
"Semoga prasasti ini menjadi lambang masyarakat Jatim menuju puncak kesuksesan melalui program kerja Nawa Bhakti Satya," ujar Mantan Menteri Sosial itu.
Gunung Arjuno yang terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang dan Pasuruan berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo.
Menurut Khofifah, Gunung Arjuno memang menawarkan pemandangan yang indah, maka tak heran banyak pendaki menjadikan sebagai tujuan pendakiannya.
Baca juga: Gunung Bromo jadi objek wisata ikonik dengan Suku Tengger
"Sampai di puncak, kita bisa melihat panorama indah luar biasa, apalagi saat cuaca cerah kita bisa swafoto dengan latar gumpalan awan, jadi seperti negeri di atas awan," ucapnya lagi.
Luasnya hutan yang membentang dan eloknya perbukitan di sekitarnya, bisa menjadi penghilang penatnya pendakian.
Ketika sore keindahan langit saat matahari terbenam juga bisa dinikmati dari puncak "ogal agil" di ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut ini.
Selain menawarkan keindahan, Gunung Arjuno juga merupakan cagar biosfer di kawasan Bromo Tengger Semeru yang telah ditetapkan Unesco tahun 2015.
Gunung tertinggi kedua di Jatim ini juga menyimpan nilai sejarah. Di sepanjang jalur pendakiannya dapat ditemukan berbagai situs bersejarah dan petilasan.
Baca juga: Gunung Liliran di Ngawi bisa berkembang jadi wisata paralayang
Di antaranya Goa Antaboga, Sendang Dewi Kunti, Arca Semar Moksa, Punden dan Arca pertapaan Dewa Wisnu, serta Candi Semilar yang tersusun dari 9 arca penjaga dan 5 arca pandawa.
Gubernur Khofifah berpesan agar para pendaki harus tetap menjaga kebersihan dan keindahan di sana.
Menurutnya, mencintai alam tidak hanya dibuktikan dengan mampu mendaki sampai puncak saja tetapi bagaimana upaya untuk menjaga alam tetap bersih dan lestari.
"Dijaga kebersihannya, jangan mencoreti bebatuan yang ada di sana, tidak membuang sampah sembarangan. Bekal yang kita bawa saat naik ke puncak jangan sampai ada yang tertinggal saat kembali turun. Sisa makanan atau bungkusnya harus kita bawa turun kembali," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023